Friday, December 8, 2017

Cerita Sex Ngentot Dengan Murid Perawanku VideoBokep.3gp - ceritasexnesia.blogspot.com



Fanny Damayanti, ialah  seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata estetis  serta jernih, dibentengi  oleh bulu mata lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, diperbanyak  dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dicukur  pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu estetis  dan
seksi. Dia tumbuh di kalangan family  yang lumayan  berada dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlampau  tinggi berkisar 155 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlampau  gemuk atau terlampau  kurus.

Seminggu yang kemudian  Fanny mulai rutin mengekor  les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. Aku memiliki  sebuah lokasi  tinggal  mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada suatu  kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun apik  di dalam rak dengan warna-warna kayu, sama laksana  meja kerja yang di atasnya terletak seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang estetis  tergantung di dinding, lukisan tersebut  semakin tampak estetis  di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan lokasi  tidur besar dan penyinaran  lampu yang menciptakan  suasana semakin romantis. Ruang tamu diatur  sangat artistik sampai-sampai  terasa nyaman.

Rumahku memang terkesan romantis dengan tersiar  pelan buaian  lagu-lagu cinta, Fanny sedang menggarap  tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlampau  asyik menggarap  tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Fanny berjuang  menggapai ke bawah bermaksud guna  mengambilnya, namun  ternyata dia memegang tanganku yang sudah  lebih dulu mengambilnya. Fanny kaget menyaksikan  ke arahku yang sedang tersenyum padanya. Fanny berjuang  tersenyum, ketika  tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, lantas  kutaruh penghapus tersebut  ke dalam telapak tangannya.

Aku sebagai orang yang sudah  cukup kawakan  dapat menikmati  getaran-getaran perasaan yang tersalur melewati  jari-jari gadis itu, seraya  tersenyum aku berkata, “Fan, anda  tampak lebih cantik bila   tersenyum laksana  itu”. Kata-kataku menciptakan  gadis tersebut  merasa tersanjung, dengan terbius  Fanny mencubit pahaku seraya  tersenyum senang.


“Udah punya pacar Fan?”, godaku seraya  menatap Fanny.“Belum, Kak!”, jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik tersebut  bersemu merah.“Kenapa, kan temen seusiamu telah  mulai punya pacar”, lanjutku.“Habis mereka maunya hanya  hura-hura kayak anak kecil, caper”, komentarnya seraya  melanjutkan mencatat  jawaban tugasnya.“Ohh!”, aku bergumam dan beranjak dari lokasi  duduknya, memungut  minuman kaleng dari dalam kulkas.“Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?”, lanjutku.“Apa ya! Coca Cola aja deh Kak”, sahutnya seraya  terus bekerja.Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus menyaksikan  dan mencari  tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik pun  gadis ini, badannya yang semampai dan bagus lumayan  membuatku bergairah, pikirku seraya  tersenyum sendiri.

“Sudah Kak”, suara Fanny mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesenangan  gadis itu. Kemudian aku mengecek  hasil kegiatan  itu, ternyata benar semua.“Ahh, ternyata di samping  cantik kamu pun  pintar Fan “, pujiku dan menciptakan  Fanny terlihat  tersipu dan hatinya berbunga-bunga.Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menjelaskan  pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai paling  lembut dan terasa nikmat terhirup  hidung, mungkin tersebut  yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.

Pujian tadi membuatnya tidak bisa  berkonsentrasi dan berjuang  mencoba memahami  apa yang sedang dijelaskan, namun  gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis tersebut  sehingga instingku menuliskan   hatinya agak tergetar.

“Kamu dapat  ngerti yang baru kakak sampaikan  Fan”, kataku sambil menyaksikan  wajah Fanny lewat sudut mata.Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng, “Belum, ulang dong Kak!”, sahutnya. Kemudian aku memungut  kertas baru dan ditaruh  di depannya, tangan kananku mulai menye butkan rumus-rumus seraya  menerangkan, tangan lainnya ditaruh  di sandaran kursi lokasinya  duduk dan sesekali aku sengaja mengelus  punggungnya dengan lembut.

Fanny semakin tidak dapat  berkonsentrasi, saat menikmati  usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan tersebut  kuusahakan senyaman dan selembut barangkali  dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak dapat  berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya terpejam menikmati usapan  tangan dan bau parfum yang lembut.

Dia berjuang  melirikku, namun  aku cuek saja, sebagai wanita  yang selalu hendak  diperhatikan, Fanny mulai mencoba unik  perhatianku. Dia memberanikan diri menempatkan  tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, terdapat  getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.

Selesai menjelaskan  aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa menyangga  tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat menyaksikan  senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, kesudahannya  Fanny memblokir  mata sebab  tidak kuat menyangga  gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dialami  gadis tersebut  dengan instingku.

“Kamu sakit?”, tanyaku berbasa basi. Fanny menggelengkan kepala, namun  tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Fanny diam saja sebab  tidak tahu apa yang me sti dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan kirinya.

Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, “Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan sudah  tumbuh dewasa Fan”, gumamku lirih. pujian tersebut  membuat dirinya kian  bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menyangga  gejolak di dadanya. Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menyangga  keinginannya menempatkan  kepalanya di dadaku, “Ahh..”, Fanny mendesah kecil tanpa disadari.

Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan sukses  membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak mengelus  lembut telinga gadis itu, lantas  turun ke leher, dan pulang  lagi naik ke telinga sejumlah  kali. Fanny merasa angan-angannya melambung, entah mengapa  dia pasrah saja ketika  aku mengusung  dagunya, barangkali  terselip hatinya perasaan hendak  terus merasakan  belaian-belaian lembut itu.

“Kamu memang paling  cantik dan aku yakin jalan pikiranmu paling  dewasa, Aku kagum!”, kataku merayu.Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, kemudian  turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat laksana  ini tentu  belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela guna  cepat-cepat menyelesaikan  semua kejadian itu.



“Ja.., tidak boleh  Kak”, pintanya guna  menolak. Tapi dia tidak berjuang  untuk menghindar  saat bibir hangatku dengan lembut sarat  perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat menikmati  hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah tersebut  bergeter, aku yakin baru kesatu  kali ini dia menikmati  nikmatnya dikulum dan dihirup  bibir laki-laki.

Jantung di dadanya berdegup kian  keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik guna  mulai menjawab  ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.

“Aaahh..”, dia mendesah menikmati  remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kesenangan  tersendiri baginya.“Dadamu sangat estetis  Fan”, suatu  pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya sekarang  memegang tanganku, tidak guna  melarangnya, namun  ikut mengurangi  dan mengekor  irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.

“Aaahh”, Fanny mendesah pulang  dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh lendir yang keluar dampak  rangsangan yang dialaminya, urusan  tersebut  membuat vaginanya terasa geli, merupakan kesenangan  tersendiri. Dia semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk menjangkau  puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah dadanya.

Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mengupayakan  menahannya.“Jangan nanti disaksikan  orang”, pintanya, namun  tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.

Seakan dia telah  tidak peduli lagi dengan keadaannya, melulu  kenikmatan yang hendak  dicapainya, dia pasrah ketika  kugendong dan merebahkannya di atas lokasi  tidur yang bersprei putih. Di lokasi  tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin dapat  menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus tersebut  makin terbuka.

“Auuuhh”, bibirku mulai bergeser pelan mengelus  dan menghirup  hangat di lehernya yang putih mulus. “Aaaahh”, dia kian  mendesah dan menikmati  kegelian beda  yang lebih nikmat.

Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. “Tubuhmu wangi sekali”, pulang  rayuan tersebut  membuatnya kian  besar kepala. Tanganku itu tidak dipedulikan  menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak kuasa menolak, seakan terdapat  perasaan bangga tubuhnya disaksikan  dan kunikmati. Tanganku sekarang  menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku berpindah  menelusuri dadanya.

“Uhh.!”, tanganku unik  bajunya ke atas sampai  keluar dari rok abu-abunya, lantas  jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya. “Auuuhh” membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengekor  irama jari-jariku, sedangkan  serdaduku terasa kian  tegang.

Dia mulai unik  kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, laksana  caraku mengulum dan menghirup  bibirnya. “Ooohh”, tersiar  desah Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, sekarang  dada dan perutnya tampak  putih, mulus dan halus melulu  tertutup bra coklat muda yang lembut.

Aku semakin tegang sampai  harus menata  gejolak birahi dengan menata  pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, urusan  ini menciptakan  Fanny kian  penasaran dan kian  bernafsu, mungkin tersebut  yang menciptakan  gadis tersebut  pasrah ketika  tanganku menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.

Tanganku mulai menyusup di unsur  dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.“Aaahh.. Uuuhh. ooohh”, Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari tersebut  menari dan mengelus  lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, sambil  terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.

Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan tersebut  dengan paling  hati-hati. “Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Fanny mulai mengindikasikan  tanda-tanda terangsang hingga berjuang  ikut membuka kancing bajuku, agak susah, namun  dia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan membelai  dadaku, sedangkan  birahinya kian  memuncak. “Ngghh.. “, vaginanya yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut saat  badannya diusung  sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, kemudian  dilempar ke samping lokasi  tidur.


Sekarang tubuh unsur  atasnya tidak tertutup apapun, dia terlihat  tertegun dan risih sejenak, ketika  mataku mencari  lekuk tubuhnya. Di sisi beda  dia merasa kagum dengan dua gunung estetis  yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh siapapun di samping  dirinya sendiri. Sedangkan aku tertegun sejenak menyaksikan  pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku berjuang  mengatur pernafasan, sebab  tidak hendak  melepaskan nafsu binatangku sampai  menyakiti perasaan gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.

Aku mulai mengulum buah dada gadis tersebut  perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti tersebut  Fanny menggelinjang, “Ahh.. uuuhh.. aaahh”. Pengalaman kesatu nya ini menciptakan  angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal tersebut  terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan tersebut  mulai berdiri dan mengeras.

“Aaahh..!”, dia mengerang  geli dan kian  mendekap kepalaku, vaginanya mungkin sekarang  terasa membanjir. Birahinya semakin memuncak. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh”, rintihnya kian  panjang. Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu tersebut  dengan bibir dan lidahku, seraya  membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, lantas  baju tersebut  kutanggalkan, tampak  dadaku yang bidang dan atletis.

Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan menjawab  memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. Aku mulai menghirup  dan menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku hingga  ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya meningkat  geli dan nikmat. “Geli.. ahh.. ohh!”Perasaannya melambung kembali, saat  buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. “Uuuhh.!”, dia kian  mendekapkan kepalaku, tersebut  akan menciptakan  vaginanya geli, menciptakan  birahinya semakin memuncak.“Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh”, dia mengerang  rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, sampai  roknya tersingkap.



Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku melirik ke paha mulus, estetis  terlihat salah satu  rok yang tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku menikmati  birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus mempermainkan buah dada gadis itu.“Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, tersiar  gadis tersebut  merintih panjang. Aku dengan pelan dan tentu  mulai membuka kancing, kemudian  menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang menciptakan  birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.

“Jangan Kak.. aahh”, namun  aku tidak peduli, bahkan lantas  Fanny justeru  membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengusung  pantatnya. Aku tertegun sejenak menyaksikan  tubuh putih mulus dan estetis  itu. Kemudian badan gadis tersebut  kubalikkan sampai-sampai  posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.

“Uuuhh”, saat  membalikkan badan, Fanny menyaksikan  sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu, tapi hendak  tahu. “Aaahh”. Fanny mulai merapatkan kakinya, terdapat  perasaan risih sesaat, lantas  hilang kalah oleh nafsu birahi yang sudah  menyelimuti perasaannya. “Ahh..”, dia diam saja ketika  aku kembali menghirup  bibirnya, menuntun  tangannya ke bawah salah satu  pangkal paha, dia sekarang  memegang dan menikmati  serdadu yang keras bulat dan panjang di balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang menciptakan  hatinya penasaran, tapi lantas  dia kaget dan unik  tangannya.

“Aaahh”, Fanny tak kuberikan peluang  untuk berfikir lain, saat  mulutku pulang  memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa kian  membanjir, urusan  ini menciptakan  birahinya kian  memuncak. “Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh”, seraya  terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya, sebab  nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.

“Teruuuss.. aaahh.. uuuhh”, sebab  geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang badung  mulai menyusup dan membelai  vaginanya dari unsur  luar celana, birahinya memuncak hingga  kepala.“Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis tersebut  kaget sejenak, lantas  kembali mengerang  rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mengupayakan  mulai menyusup di balik celana melewati  pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut dan hangat. Fanny kian  menggelinjang dan birahinya kian  membara. “Ahh.. teruusss ooh”, Fanny mengerang  rintih kenikmatan.

Aku tahu gadis itu nyaris  mencapai puncak birahi, dengan gampang  tanganku mulai bertindak  menurunkan celana dalam gadis tersebut  perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, telah  tidak peduli lagi bahkan mengusung  pantat dan kakinya, sampai-sampai  celana tersebut  terlepas tanpa halangan.


Tubuh gadis tersebut  kini tergolek bugil di depan mataku, terlihat  semakin estetis  dan merangsang. Pangkal pahanya yang paling  bagus tersebut  dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus. Vaginanya terlihat  kemerahan dan basah dengan puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang kini  berdiri tegak seraya  terus membelai  bibir vagina kian  membanjir. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”.

Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat hingga  ujung kepala. “Kak.. aahh”, Fanny tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.

Aku tersenyum sarat  kemenangan menyaksikan  tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis tersebut  meminta untuk beraksi  lebih jauh lagi. Aku melepas celana dalamku, menyaksikan  serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis tersebut  terbelalak kagum.

Sekarang kami tidak menggunakan  penutup sama sekali. Fanny kagum hingga  mulutnya menganga menyaksikan  serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru kesatu  kali dia menyaksikan  benda itu. Vaginanya tentu  sudah paling  geli dan gatal, dia tidak peduli lagi bila   masih perawan, lantas  telentang dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.

Sejenak aku tertegun menyaksikan  vagina yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya terlihat  masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di tengahnya.

Fanny melulu  tertegun ketika  aku sedang di  atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi semua  tubuhnya. Kuluman di puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan hati-hati, kian  membasah dan nikmat tersendiri. “Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh”, birahinya memuncak bisa-bisa hingga  kepalanya terasa kesemutan, dipegangnya serdaduku. “Ahh” terasa hangat dan kencang.

“Kak.. ahh!”, dia mustahil  lagi menyangga  gejolak biraninya, menuntun  serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai mengharapkan  serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang terasa paling  geli dan gatal. “Uuuhh.. aaahh”, namun  aku justeru  memainkan topi baja serdaduku hingga  menyenggol-nyenggol selaput daranya. “Ooohh Kak masukkan ahh”, gadis tersebut  sampai mengerang  rintih dan mengemis  dengan sarat  kenikmatan.

Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku terus mempermainkan gadis tersebut  dengan serdaduku yang keras, hangat namun  lembut tersebut  menyusuri bibir vagina.“Ooohh Kak masukkan aaahh”, di sela rintihan nikmat gadis itu, sesudah  kulihat puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menjebol  selaput daranya, Sreetts “Aduuhh.. aahh”, tangannya memegang erat  bahuku. Dengan begitu, Fanny melulu  merasa lubang vaginanya laksana  digigit nyamuk, tidak begitu sakit, ketika  selaput dara tersebut  robek, dimasuki  serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan hingga  setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, dia mengerang  kenikmatan.

Aku tidak inginkan  terburu-buru, aku tidak hendak  lubang vagina yang masih agak seret tersebut  menjadi sakit sebab  belum terbiasa dan belum elastis. Burung tersebut  masuk lagi setengahnya dan.. Sreeets “Ohh..”, kali ini tidak terdapat  rasa sakit, Fanny melulu  merasakan geli saat dialami  burung tersebut  keluar masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan memeluk  pinggangnya.

“Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”, serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, “Aaahh”, masuk lagi. “Ahh, terus… ahh.. uhh”, lubang vagina tersebut  makin lama kian  mengembang, sampai  burung itu dapat  masuk sampai menjangkau  pangkalnya sejumlah  kali. Fanny menikmati  nikmat birahinya memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi. “Aaahh, ooohh, aaahh” vaginanya berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah menjangkau  puncak orgasme, lantas  terlihat lega yang menyelimuti dirinya.

Melihat Fanny sudah menjangkau  orgasme, aku sekarang  melepas semua  rasa birahi yang tertahan semenjak  tadi dan kian  cepat merojok terbit  masuk lubang vagina Fanny, “Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh”, Fanny mengerang  dan menikmati  nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya pulang  bergetar dan mengejang, begitu pun  denganku.“Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami mengerang  rintih panjang mengarah ke  puncak kenikmatan. Dan mereka menjangkau  orgasme nyaris  bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis tersebut  yang masih berdenyut nikmat.

Aku menerbitkan  serdadu yang terpercik darah perawan tersebut  pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya agar  Fanny merasa aman, dia terlihat  merasa paling  puas dengan latihan  tahap mula  yang kuberikan.“Bagaimana bila   Fanny hamil Kak”, katanya seraya  sudut matanya menerbitkan  air mata.Sesaat lantas  aku dengan sabar menyatakan  bahwa Fanny tidak barangkali  hamil, sebab  tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang terbit  dari vagina dan siklus menstruasinya.



Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa dilangsungkan  karena merupakan kemauan  dan kerelaannya juga. Diapun dapat  tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, lantas  tertidur pulas dipelukanku yang sudah  menjadikannya seorang perempuan.

Bangun tidur, Fanny mencuci  badan di kamar mandi. Selesai mandi dia pulang  ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya, begitu estetis  dan menggairahkan sehingga  aku tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya pulang  satu persatu. Kemudian dia pamit kembali  dan menghirup  pipiku yang masih berbaring di lokasi  tidur.

No comments:

Post a Comment