Fanny Damayanti, ialah seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata estetis serta jernih, dibentengi oleh bulu mata lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, diperbanyak dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dicukur pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu estetis dan
seksi. Dia tumbuh di kalangan family yang lumayan berada dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlampau tinggi berkisar 155 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlampau gemuk atau terlampau kurus.
Seminggu yang kemudian Fanny mulai rutin mengekor les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. Aku memiliki sebuah lokasi tinggal mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada suatu kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun apik di dalam rak dengan warna-warna kayu, sama laksana meja kerja yang di atasnya terletak seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang estetis tergantung di dinding, lukisan tersebut semakin tampak estetis di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan lokasi tidur besar dan penyinaran lampu yang menciptakan suasana semakin romantis. Ruang tamu diatur sangat artistik sampai-sampai terasa nyaman.
Rumahku memang terkesan romantis dengan tersiar pelan buaian lagu-lagu cinta, Fanny sedang menggarap tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlampau asyik menggarap tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Fanny berjuang menggapai ke bawah bermaksud guna mengambilnya, namun ternyata dia memegang tanganku yang sudah lebih dulu mengambilnya. Fanny kaget menyaksikan ke arahku yang sedang tersenyum padanya. Fanny berjuang tersenyum, ketika tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, lantas kutaruh penghapus tersebut ke dalam telapak tangannya.
Aku sebagai orang yang sudah cukup kawakan dapat menikmati getaran-getaran perasaan yang tersalur melewati jari-jari gadis itu, seraya tersenyum aku berkata, “Fan, anda tampak lebih cantik bila tersenyum laksana itu”. Kata-kataku menciptakan gadis tersebut merasa tersanjung, dengan terbius Fanny mencubit pahaku seraya tersenyum senang.
“Sudah Kak”, suara Fanny mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesenangan gadis itu. Kemudian aku mengecek hasil kegiatan itu, ternyata benar semua.“Ahh, ternyata di samping cantik kamu pun pintar Fan “, pujiku dan menciptakan Fanny terlihat tersipu dan hatinya berbunga-bunga.Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menjelaskan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai paling lembut dan terasa nikmat terhirup hidung, mungkin tersebut yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak bisa berkonsentrasi dan berjuang mencoba memahami apa yang sedang dijelaskan, namun gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis tersebut sehingga instingku menuliskan hatinya agak tergetar.
“Kamu dapat ngerti yang baru kakak sampaikan Fan”, kataku sambil menyaksikan wajah Fanny lewat sudut mata.Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng, “Belum, ulang dong Kak!”, sahutnya. Kemudian aku memungut kertas baru dan ditaruh di depannya, tangan kananku mulai menye butkan rumus-rumus seraya menerangkan, tangan lainnya ditaruh di sandaran kursi lokasinya duduk dan sesekali aku sengaja mengelus punggungnya dengan lembut.
Fanny semakin tidak dapat berkonsentrasi, saat menikmati usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan tersebut kuusahakan senyaman dan selembut barangkali dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak dapat berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya terpejam menikmati usapan tangan dan bau parfum yang lembut.
Dia berjuang melirikku, namun aku cuek saja, sebagai wanita yang selalu hendak diperhatikan, Fanny mulai mencoba unik perhatianku. Dia memberanikan diri menempatkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, terdapat getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.
Selesai menjelaskan aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa menyangga tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat menyaksikan senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, kesudahannya Fanny memblokir mata sebab tidak kuat menyangga gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dialami gadis tersebut dengan instingku.
“Kamu sakit?”, tanyaku berbasa basi. Fanny menggelengkan kepala, namun tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Fanny diam saja sebab tidak tahu apa yang me sti dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, “Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan sudah tumbuh dewasa Fan”, gumamku lirih. pujian tersebut membuat dirinya kian bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menyangga gejolak di dadanya. Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menyangga keinginannya menempatkan kepalanya di dadaku, “Ahh..”, Fanny mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan sukses membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak mengelus lembut telinga gadis itu, lantas turun ke leher, dan pulang lagi naik ke telinga sejumlah kali. Fanny merasa angan-angannya melambung, entah mengapa dia pasrah saja ketika aku mengusung dagunya, barangkali terselip hatinya perasaan hendak terus merasakan belaian-belaian lembut itu.
“Kamu memang paling cantik dan aku yakin jalan pikiranmu paling dewasa, Aku kagum!”, kataku merayu.Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, kemudian turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat laksana ini tentu belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela guna cepat-cepat menyelesaikan semua kejadian itu.
“Ja.., tidak boleh Kak”, pintanya guna menolak. Tapi dia tidak berjuang untuk menghindar saat bibir hangatku dengan lembut sarat perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat menikmati hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah tersebut bergeter, aku yakin baru kesatu kali ini dia menikmati nikmatnya dikulum dan dihirup bibir laki-laki.
Jantung di dadanya berdegup kian keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik guna mulai menjawab ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.
“Aaahh..”, dia mendesah menikmati remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kesenangan tersendiri baginya.“Dadamu sangat estetis Fan”, suatu pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya sekarang memegang tanganku, tidak guna melarangnya, namun ikut mengurangi dan mengekor irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.
“Aaahh”, Fanny mendesah pulang dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh lendir yang keluar dampak rangsangan yang dialaminya, urusan tersebut membuat vaginanya terasa geli, merupakan kesenangan tersendiri. Dia semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk menjangkau puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mengupayakan menahannya.“Jangan nanti disaksikan orang”, pintanya, namun tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.
Seakan dia telah tidak peduli lagi dengan keadaannya, melulu kenikmatan yang hendak dicapainya, dia pasrah ketika kugendong dan merebahkannya di atas lokasi tidur yang bersprei putih. Di lokasi tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin dapat menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus tersebut makin terbuka.
“Auuuhh”, bibirku mulai bergeser pelan mengelus dan menghirup hangat di lehernya yang putih mulus. “Aaaahh”, dia kian mendesah dan menikmati kegelian beda yang lebih nikmat.
Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. “Tubuhmu wangi sekali”, pulang rayuan tersebut membuatnya kian besar kepala. Tanganku itu tidak dipedulikan menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak kuasa menolak, seakan terdapat perasaan bangga tubuhnya disaksikan dan kunikmati. Tanganku sekarang menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku berpindah menelusuri dadanya.
“Uhh.!”, tanganku unik bajunya ke atas sampai keluar dari rok abu-abunya, lantas jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya. “Auuuhh” membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengekor irama jari-jariku, sedangkan serdaduku terasa kian tegang.
Dia mulai unik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, laksana caraku mengulum dan menghirup bibirnya. “Ooohh”, tersiar desah Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, sekarang dada dan perutnya tampak putih, mulus dan halus melulu tertutup bra coklat muda yang lembut.
Aku semakin tegang sampai harus menata gejolak birahi dengan menata pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, urusan ini menciptakan Fanny kian penasaran dan kian bernafsu, mungkin tersebut yang menciptakan gadis tersebut pasrah ketika tanganku menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.
Tanganku mulai menyusup di unsur dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.“Aaahh.. Uuuhh. ooohh”, Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari tersebut menari dan mengelus lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, sambil terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.
Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan tersebut dengan paling hati-hati. “Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Fanny mulai mengindikasikan tanda-tanda terangsang hingga berjuang ikut membuka kancing bajuku, agak susah, namun dia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan membelai dadaku, sedangkan birahinya kian memuncak. “Ngghh.. “, vaginanya yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut saat badannya diusung sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, kemudian dilempar ke samping lokasi tidur.
Sekarang tubuh unsur atasnya tidak tertutup apapun, dia terlihat tertegun dan risih sejenak, ketika mataku mencari lekuk tubuhnya. Di sisi beda dia merasa kagum dengan dua gunung estetis yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh siapapun di samping dirinya sendiri. Sedangkan aku tertegun sejenak menyaksikan pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku berjuang mengatur pernafasan, sebab tidak hendak melepaskan nafsu binatangku sampai menyakiti perasaan gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.
Aku mulai mengulum buah dada gadis tersebut perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti tersebut Fanny menggelinjang, “Ahh.. uuuhh.. aaahh”. Pengalaman kesatu nya ini menciptakan angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal tersebut terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan tersebut mulai berdiri dan mengeras.
“Aaahh..!”, dia mengerang geli dan kian mendekap kepalaku, vaginanya mungkin sekarang terasa membanjir. Birahinya semakin memuncak. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh”, rintihnya kian panjang. Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu tersebut dengan bibir dan lidahku, seraya membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, lantas baju tersebut kutanggalkan, tampak dadaku yang bidang dan atletis.
Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan menjawab memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. Aku mulai menghirup dan menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku hingga ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya meningkat geli dan nikmat. “Geli.. ahh.. ohh!”Perasaannya melambung kembali, saat buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. “Uuuhh.!”, dia kian mendekapkan kepalaku, tersebut akan menciptakan vaginanya geli, menciptakan birahinya semakin memuncak.“Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh”, dia mengerang rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, sampai roknya tersingkap.
Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku melirik ke paha mulus, estetis terlihat salah satu rok yang tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku menikmati birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus mempermainkan buah dada gadis itu.“Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, tersiar gadis tersebut merintih panjang. Aku dengan pelan dan tentu mulai membuka kancing, kemudian menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang menciptakan birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
“Jangan Kak.. aahh”, namun aku tidak peduli, bahkan lantas Fanny justeru membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengusung pantatnya. Aku tertegun sejenak menyaksikan tubuh putih mulus dan estetis itu. Kemudian badan gadis tersebut kubalikkan sampai-sampai posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.
“Uuuhh”, saat membalikkan badan, Fanny menyaksikan sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu, tapi hendak tahu. “Aaahh”. Fanny mulai merapatkan kakinya, terdapat perasaan risih sesaat, lantas hilang kalah oleh nafsu birahi yang sudah menyelimuti perasaannya. “Ahh..”, dia diam saja ketika aku kembali menghirup bibirnya, menuntun tangannya ke bawah salah satu pangkal paha, dia sekarang memegang dan menikmati serdadu yang keras bulat dan panjang di balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang menciptakan hatinya penasaran, tapi lantas dia kaget dan unik tangannya.
“Aaahh”, Fanny tak kuberikan peluang untuk berfikir lain, saat mulutku pulang memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa kian membanjir, urusan ini menciptakan birahinya kian memuncak. “Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh”, seraya terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya, sebab nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.
“Teruuuss.. aaahh.. uuuhh”, sebab geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang badung mulai menyusup dan membelai vaginanya dari unsur luar celana, birahinya memuncak hingga kepala.“Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis tersebut kaget sejenak, lantas kembali mengerang rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mengupayakan mulai menyusup di balik celana melewati pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut dan hangat. Fanny kian menggelinjang dan birahinya kian membara. “Ahh.. teruusss ooh”, Fanny mengerang rintih kenikmatan.
Aku tahu gadis itu nyaris mencapai puncak birahi, dengan gampang tanganku mulai bertindak menurunkan celana dalam gadis tersebut perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, telah tidak peduli lagi bahkan mengusung pantat dan kakinya, sampai-sampai celana tersebut terlepas tanpa halangan.
Tubuh gadis tersebut kini tergolek bugil di depan mataku, terlihat semakin estetis dan merangsang. Pangkal pahanya yang paling bagus tersebut dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus. Vaginanya terlihat kemerahan dan basah dengan puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang kini berdiri tegak seraya terus membelai bibir vagina kian membanjir. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”.
Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat hingga ujung kepala. “Kak.. aahh”, Fanny tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.
Aku tersenyum sarat kemenangan menyaksikan tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis tersebut meminta untuk beraksi lebih jauh lagi. Aku melepas celana dalamku, menyaksikan serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis tersebut terbelalak kagum.
Sekarang kami tidak menggunakan penutup sama sekali. Fanny kagum hingga mulutnya menganga menyaksikan serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru kesatu kali dia menyaksikan benda itu. Vaginanya tentu sudah paling geli dan gatal, dia tidak peduli lagi bila masih perawan, lantas telentang dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.
Sejenak aku tertegun menyaksikan vagina yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya terlihat masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di tengahnya.
Fanny melulu tertegun ketika aku sedang di atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi semua tubuhnya. Kuluman di puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan hati-hati, kian membasah dan nikmat tersendiri. “Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh”, birahinya memuncak bisa-bisa hingga kepalanya terasa kesemutan, dipegangnya serdaduku. “Ahh” terasa hangat dan kencang.
“Kak.. ahh!”, dia mustahil lagi menyangga gejolak biraninya, menuntun serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai mengharapkan serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang terasa paling geli dan gatal. “Uuuhh.. aaahh”, namun aku justeru memainkan topi baja serdaduku hingga menyenggol-nyenggol selaput daranya. “Ooohh Kak masukkan ahh”, gadis tersebut sampai mengerang rintih dan mengemis dengan sarat kenikmatan.
Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku terus mempermainkan gadis tersebut dengan serdaduku yang keras, hangat namun lembut tersebut menyusuri bibir vagina.“Ooohh Kak masukkan aaahh”, di sela rintihan nikmat gadis itu, sesudah kulihat puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menjebol selaput daranya, Sreetts “Aduuhh.. aahh”, tangannya memegang erat bahuku. Dengan begitu, Fanny melulu merasa lubang vaginanya laksana digigit nyamuk, tidak begitu sakit, ketika selaput dara tersebut robek, dimasuki serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan hingga setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, dia mengerang kenikmatan.
Aku tidak inginkan terburu-buru, aku tidak hendak lubang vagina yang masih agak seret tersebut menjadi sakit sebab belum terbiasa dan belum elastis. Burung tersebut masuk lagi setengahnya dan.. Sreeets “Ohh..”, kali ini tidak terdapat rasa sakit, Fanny melulu merasakan geli saat dialami burung tersebut keluar masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan memeluk pinggangnya.
“Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”, serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, “Aaahh”, masuk lagi. “Ahh, terus… ahh.. uhh”, lubang vagina tersebut makin lama kian mengembang, sampai burung itu dapat masuk sampai menjangkau pangkalnya sejumlah kali. Fanny menikmati nikmat birahinya memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi. “Aaahh, ooohh, aaahh” vaginanya berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah menjangkau puncak orgasme, lantas terlihat lega yang menyelimuti dirinya.
Melihat Fanny sudah menjangkau orgasme, aku sekarang melepas semua rasa birahi yang tertahan semenjak tadi dan kian cepat merojok terbit masuk lubang vagina Fanny, “Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh”, Fanny mengerang dan menikmati nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya pulang bergetar dan mengejang, begitu pun denganku.“Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami mengerang rintih panjang mengarah ke puncak kenikmatan. Dan mereka menjangkau orgasme nyaris bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis tersebut yang masih berdenyut nikmat.
Aku menerbitkan serdadu yang terpercik darah perawan tersebut pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya agar Fanny merasa aman, dia terlihat merasa paling puas dengan latihan tahap mula yang kuberikan.“Bagaimana bila Fanny hamil Kak”, katanya seraya sudut matanya menerbitkan air mata.Sesaat lantas aku dengan sabar menyatakan bahwa Fanny tidak barangkali hamil, sebab tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang terbit dari vagina dan siklus menstruasinya.
Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa dilangsungkan karena merupakan kemauan dan kerelaannya juga. Diapun dapat tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, lantas tertidur pulas dipelukanku yang sudah menjadikannya seorang perempuan.
Bangun tidur, Fanny mencuci badan di kamar mandi. Selesai mandi dia pulang ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya, begitu estetis dan menggairahkan sehingga aku tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya pulang satu persatu. Kemudian dia pamit kembali dan menghirup pipiku yang masih berbaring di lokasi tidur.
No comments:
Post a Comment