Entah mengapa semakin lama orang tua kami terdapat di rumah, justeru jadi pemancing aku dan kak Lisa guna semakin nekat mengupayakan hal yang lebih tak waras dan liar. Itu sebab sensasi sembunyi-sembunyinya, lagipula mereka ialah orangtua kami sendiri. Tentunya mereka tidak bakal menyangka hubungan anak-anak mereka segila ini, khususnya kak Lisa yang untuk mereka ialah anak yang sangat penurut dan baik perangainya.
Aku sesering barangkali meminta ingin melakukan mesum pada kak Lisa. Semuanya dituruti kak Lisa tanpa keberatan. Bahkan lebih tidak sedikit dia yang menawarkan padaku. Kami curi-curi peluang untuk melakukan sekian banyak aksi cabul. Mulai dari melulu cium-cium dan gerepe-gerepe, tukaran air liur, hingga genjotin mulut kak Lisa sampai dia muntah-muntah. Semuanya kami kerjakan diam-diam di belakang Papa Mama, namun malah bercita-cita seandainya mereka menyaksikan apa yang kami lakukan.
Seperti halnya kini ini, ketika malam masa-masa Papa Mama telah tidur aku lagi-lagi menyusul kak Lisa ke kamarnya. Senang banget saat aku masuk aku langsung disambut senyum manis kakakku yang cantik. Busananya pun sangat menggoda. Dia mengenakan setelan favoritku, kemeja putih lengan panjang dengan sejumlah kancing atasnya terbuka, tanpa celana dan celana dalam pastinya yang lagi-lagi menciptakan vaginanya terekspos bebas.
“Kak Lisa memang kakak yang sangat cantik” ucapku sambil menyimak kakakku dari atas sampai bawah.
“Huuu… sok muji-muji, sangat di pikiranmu hanya ada benak cabul sekarang, iya kan dek? hihihi”
“Hehe, namun kakak emang cantik banget kok… Aku beruntung banget punya kakak kayak kak Lisa” pujiku tak terdapat henti-hentinya padanya. Kakakku ini memang layak dipuja-puji.
“Iya deh makasih. Kan emang khusus bikin kamu, adeknya kakak yang sangat mesum”
Ugh… kak Lisa memang paling baik. Akupun langsung menyeretnya ke ranjang dan menghimpit tubuhnya, sehingga lupa memblokir pintu kamarnya terlebih dahulu. Dia sendiri tampaknya tidak mempermasalahkannya. Bahkan menuliskan sesuatu yang menciptakan aku terkejut tapi pun sangat excited.
“Dek, pintunya gak usah diblokir aja yah malam ini, dimulai aja terus”
“Hah? Gak ditutup?”
“Iya… terus lampunya juga tidak boleh dimatikan. Pokoknya tetap begini hingga subuh nanti. Okeh?”
“Eh, i..iya kak..”
“Berani gak kamu?”
“Be-berani kok…”
Dadaku berdebar membayangkannya. Aku pun dapat menikmati dadanya berdebar laksana halnya diriku. Itu sebab sensasi nekat yang kami lakukan. Mesum-mesuman dengan pintu yang bakal terus tersingkap sepanjang malam! Yang mana bila orangtua kami terbit kamar, maka habislah sudah. Tapi kami tetap pun nekat melakukannya.
Akupun menghirup kak Lisa mati-matian di atas lokasi tidurnya. Wajahnya, bibirnya, sampai leher jenjangnya. Namun sesekali aku masih tetap melirik ke arah pintu sebab aku masih pun merasa was-was.
“Adek…. Biar aja” ujar kak Lisa menolehkan kepalaku lagi ke wajahnya. Kak Lisa berjuang tenang dan menyuruhku guna tidak menghiraukan pintu yang terbuka.
“Nghh…. Kak Lisaaa” akupun menghirup kak Lisa lagi. Aku sungguh gemas dengan kakakku ini. Dia sungguh-sungguh menunjukkan sisi nakalnya melulu kepadaku, adek kandungnya. Sesuatu yang tidak pernah diketahui oleh oranglain, lagipula orangtua kami.
Aku berhenti sejenak untuk mencungkil seluruh pakaianku sampai telanjang bulat. Kak Lisa senyum-senyum menyaksikan aku yang terlihat bersemangat. Aku kemudian kembali menindih kak Lisa dari atas. Menjamah tubuh seksi kakak kandungku yang masih tetap mengenakan kemejanya. Menciumnya, merabanya, serta menggesek-gesekkan penisku ke pahanya. Aku berjuang menuruti omongannya guna tidak menghiraukan pintu yang tersingkap meskipun tidak semudah itu. Namun memang dengan pintu yang tersingkap begitulah aku semakin nekat melakukan cabul.
Kakakku memang pintar membangunkan nafsuku. Aku semakin hendak melakukan sesuatu yang lebih bareng kak Lisa. Aku hendak menyetubuhinya. Tapi apakah kak Lisa hingga senekat tersebut membolehkan aku bersetubuh dengannya?? Karena sekitar ini bila kami mesum-mesuman dia tidak jarang kali mengingatkanku supaya jangan hingga terjadi ML. Dia selalu mengawal jarak penisku dengan vaginanya.
Aku tahu bila kami berdua telah sama-sama terbawa nafsu sekarang. Dia ikut menggerakkan pinggulnya maju-mundur seirama gesekan penisku di pangkal pahanya. Tingkah kak Lisa laksana mau walau tak mau. Kak Lisa pun mengerang-ngerang memanggil namaku. Bahkan menyinggung Papa Mama, entah apa maksudnya.
Aku mengupayakan tetap laksana biasa dengan melulu sekedar menggesek-gesekkan penisku di sela-sela pahanya. Mencoba bertahan meskipun penisku telah gatal hendak masuk ke liang vagina kakakku itu.
“Kak… aku pengen ngentotin kakak dong…”
“Hmm??” gumamnya memandangku sayu.
“Aku pengen ngentot sama kak Lisa” kataku lagi dengan dada berdebar.
“Gak boleh”
“Yah kak please…”
“Kamu ini… segitu pengennya yah anda ngentotin kakak kandungmu sendiri?”
“Iya kak… pengen…” ujarku seraya mempercepat gesekan penisku di pangkal pahanya. Aku hendak dia tahu bila aku memang sudah paling bernafsu kepadanya.
“Gak boleh.. dosa adekku” ujarnya tapi justeru mengimbangi gerakan pinggulku.
“Ngmmh… kak Lisa… please…”
“Kamu ini, bengal banget sih dibilangin!”
“Gak tahan nih kak… Pengen banget rasain ngentotin kak Lisa”
“Kalau Papa Mama ngelihat gimana coba?” tanya kak Lisa sok fobia ketahuan.
“Itu hal nanti kak, yang urgen kita ngentot dulu yuk” kataku kemudian menghentakkan pinggulku bercita-cita penisku masuk, namun meleset.
“Adeekkk… ih, anda ini”
“Please kak…”
“Hmm… anda selipin dikit aja yah… Cuma kepala burungmu aja” ujarnya kemudian. Yah… kok hanya kepala penis aja sih? Aku kan pengen masukin penisku ke vagina kak Lisa semuanya. Tapi ya telah lah dari pada gak sama sekali. Mungkin aja nanti kak Lisa berubah pikiran.
“Iya deh kak…” jawabku. Kak Lisa menjawab dengan senyuman manis seraya mencubit hidungku.
Aku kemudian bangkit dan memungut posisi di depan selangkangannya. Ku buka kaki kak Lisa lebar-lebar dan kutekuk. Dengan dada yang paling berdebar-debar ku arahkan kepala penisku mengarah ke ke vaginanya. Ku lihat wajah kak Lisa, dia menatapku dengan wajah sayu berjuang tersenyum padaku. Senyum yang pun sebagai isyarat kalau tidak boleh sampai nyelip masuk.
Perlahan-lahan kutekan kepala penisku sampai masuk ke liang vagina kak Lisa. Akhirnya aku dapat menikmati lagi hangatnya vaginanya meskipun melulu kepala penisku saja yang masuk. Rasanya sungguh luar biasa. Dari posisi ini aku dapat melihat seluruh keindahan ini dengan jelas. Mulai dari wajahnya yang cantik jelita, kemudian kemeja asal-asalan yang menunjukkan belahan dadanya yang estetis serta putingnya yang nyemplak, hingga vaginanya yang sedang ditembus kepala penisku. Kakakku sungguh-sungguh sempurna. Kakak tercantik dan terbaik yang pernah ada.
“Kenapa dek? Kok diam? Goyang-goyangin dong… entotin kakak, tapi hanya kepalanya aja yah… hihihi” ujar kak Lisa menyadarkanku.
“Eh, i..iya kak…”
“Lamunin apa sih kamu? Udah nyelip masa’ dianggurin sih??”
“Hehehe, kakak cantik banget sih… nafsuin, aku hingga kelupaan”
“Hahaha, dasar” ujarnya tersenyum seraya lagi-lagi mencubitku hidungku. Ugh, kak Lisa sungguh buat aku gemes. Sungguh kakak yang nafsuin.
Seperti yang dia suruh, akupun mulai menggoyangkan pinggulku. Mengocok kepala penisku di dalam liang vaginanya. Rasa nikmat menjalar ke semua tubuhku. Belum lagi rasa deg-degan sebab pintu kamar kak Lisa yang tersingkap dan eksistensi orangtua kami di rumah. Sensasinya sungguh luar biasa.
Suasana menjadi panas dan tubuh kami telah mulai berkeringat. Cukup lama aku aku mengocok penisku di sana seraya menyebut-nyebut nama kak Lisa. Kak Lisa sendiri pun sepertinya telah terbawa suasana. Dia merintih-rintih manja seraya menatap mataku, tentunya menciptakan aku semakin bernafsu. Bikin aku gak tahan untuk sungguh-sungguh menghujam penisku seluruhnya ke vaginanya dan muncrat di dalam sana.
“Nghh… kak Lisa… kakak kandungku”
“Iya adekku… terus dek… entotin kakak kandungmu ini”
“Kak… pengen masukin semuanya…”
“Jangan dek” Ugh… kak Lisa tega. Padahal aku bercita-cita kak Lisa kesudahannya membolehkan penisku masuk seluruhnya. Mana aku udah inginkan klimaks pula. Tapi aku belum menyerah. Ku lepaskan penisku sebentar. Aku hendak nyelip-nyelip penisku dari belakang.
“Ngapain sih dek? Mau ganti gaya? Tapi inginkan gaya apapun tetap gak boleh masukin semuanya ya!” ujarnya lagi yang sungguh-sungguh tahu isi pikiranku.
Aku tidak membalas dan melulu cengengesan, dia pun balas tersenyum. Aku kemudian ikut tiduran dan memeluknya dari belakang. Ku masukkan kepala penisku lagi, kali ini dari belakang melalui pahanya. Sehingga dengan begitu kepala penisku masuk ke dalam vagina kak Lisa, sementara batangku dapat merasakan mulusnya kulit paha kakakku ini. Belum lagi tanganku yang dapat dengan bebasnya bergeriliya menggerayangi buah dada kakakku dari balik kemejanya. Aku sungguh-sungguh tidak kuat!
Posisi kami sama-sama menghadap ke arah pintu. Perasaan deg-degan fobia ketahuan justeru membuat aku semakin terbawa nafsu. Berkali-kali aku terus berusaha supaya penisku masuk lebih dalam ke liang vaginanya. Anehnya kak Lisa justeru merespon positif goyangan pinggulku yang semakin berjuang memasukkan penisku seutuhnya ke vaginanya, sebenarnya tadi dia berkata supaya berhati-hati. Duh, kak Lisa ini. Apa dia pun merasakan urusan yang sama denganku?
Entah kak Lisa menyadari atau tidak, tidak banyak demi tidak banyak aku semakin berjuang memasuk penisku lebih dalam ke vaginanya. Kalau tadi penisku terbit masuk melulu sebatas kepala. Kini sudah terbit masuk sampai sekedar leher penis. Aku semakin nekat. Sekarang bahkan sudah nyaris setengah batang penisku yang terbit masuk. Aku menikmati ada yang mengganjal kepala penisku di ujung sana. Apakah tersebut selaput daranya? Memikirkannya aku jadi tambah penasaran dan tambah horni. Goyanganku kian cepat.
“Adeeeek! Kamu pengen ngentotin kakak!?” teriaknya pelan tiba-tiba. Tapi aku telah tidak peduli. Aku sudah sungguh-sungguh terbawa nafsu. Aku hendak ngentotin kak Lisa.
“Nghh…. Kak Lisa… ngentot… ngghhh…” racauku.
“Adeekk! Kita tersebut saudara kandung. Kamu inginkan ngentotin kakak sendiri hah? Kamu pengen hamilin kakak!?” protesnya lagi dengan suara semakin kencang. Aku sungguh-sungguh tidak peduli dan kian mencoba masuk lebih dalam.
“Pa… Ma… llihat nih adek nakal, masa’ kakaknya sendiri inginkan dientot… Pa.. Ma… lihat!” ujarnya lagi yang justeru membuat perasaanku tak karuan. Dia memprotes tapi justeru dengan perkataan seakan mengundang Papa Mama menyaksikan aksi kami. Mana aku inginkan berhenti coba. Yang terdapat aku semakin hanyut terbawa nafsu.
“Ugh… kak Lisa… aku masukin yah semuanya”
“Kalau anda emang inginkan kakak jitak ya masukin aja!” jawabnya sok jutek. Dia melulu mengancamku dengan jitakan. Kalau gitu lebih baik ku entotin saja dia. Dengan sepenuh tenaga akupun menghujam semua penisku dalam vaginanya.
“Jlebb” penisku masuk… penisku masuk seluruhnya ke vagina kakak kandungku sendiri. Akhirnya!
“Adeeeekkkk! Sssshhh… sakiiiitt.. Kok beneran anda masukin sih!” ujarnya kesal seraya mencubit pinggangku. Suaranya lumayan keras yang dapat saja membangkitkan Papa Mama. Ku lihat mata kak Lisa berair. Sepertinya dia menikmati perih. Aku baru saja memungut keperawanan kakak kandungku sendiri! Tampak terdapat darah yang mengalir terbit dari sana.
“Kak…” Aku sekarang jadi fobia dia marah. Dia melulu diam selama sejumlah saat.
“Awas anda ntar…” ucapnya lirih seraya memasang wajah kesal, tetapi kemudian berjuang tersenyum padaku. Seakan meyakinkanku bila tidak apa-apa dan mempersilahkanku guna melanjutkan.
Aku senang bukan main. Aku yang memang sudah paling bernafsu pulang menggenjot kakak kandungku ini. Kali ini dengan penisku yang telah benar-benar masuk ke vaginanya. Aku kerjakan dengan pelan, namun semakin lama menjadi semakin cepat. Aku sungguh-sungguh menggunakan peluang ini guna mereguh kesenangan yang telah lama aku dambakan. Tidak peduli walau bisa jadi aksi kami bakal dipergoki orangtua kami.
“Pa… lihat, kak Lisa yang kalian kenal sopan sedang ngentot dengan adeknya sendiri” kataku ngasal seraya terus menggenjot. Kak Lisa yang mendengar ucapanku tersebut malah tertawa pelan, bahkan dia pun ikut-ikutan. Sepertinya rasa perih yang dia rasakan telah mulai hilang.
“Lihat Ma… lihat, anak-anak mama sedang berzinah ria sekarang,” ucapnya.
“Pa… Ma… boleh kan aku hamilin kakak sendiri” kataku lagi.
“Adek.. kakak, kalian ngapain!? Masak ngentot-ngentotin gitu sih!” ujar kak Lisa meniru gaya bicara mama. Kakakku benar-benar nakal! Kak Lisa yang awalnya menolak-nolak mau sekarang sudah benar-benar terlihat dengan senang hati disetubuhi olehku. Kami sama-sama sudah terbawa nafsu.
Sambil terus ngentot, kami terus meracau tak jelas. Tertawa cekikikan di tengah keadaan nikmat tiada tara. Keringat kami mulai mengalir turun karena panasnya hawa persetubuhan ini. Persetubuhan sedarah sungguh-sungguh memberikan sensasi yang buat aku melayang-layang. Apalagi wanita tersebut secantik kak Lisa. Dia terlihat semakin cantik dengan posisi disetubuhi dari belakang olehku. Wajahnya mengkilap oleh keringat. Kemeja yang dia kenakan mulai basah oleh keringatnya sendiri. Membuatnya tampak semakin seksi. Membuatku semakin bernafsu padanya.
935_1000
Aku hendak muncrat! Aku tidak tahan dengan rangsangan super hebat ini.
“Kak Lisa… aku keluarin di dalam yah…” pintaku seraya menggoyankan pinggulku kian cepat, begitupun kak Lisa yang pun ikut mengimbanginya seakan membantuku guna menjemput orgasme kami.
“Bandel banget sih anda dek… anda nafsu sama kakak sendiri?”
“Iya kak…”
“Pengen anda entotin terus?”
“Ngh… iya”
“Pengen hamilin kakak kandung sendiri? Ya udah.. hamilin gih..” ucapanya dengan centil. Membuat aku tidak tahan lagi!
Crooottttt crottttt….
Spermaku muncrat berkali-kali. Rahim Kak Lisa ditembaki bertubi-tubi oleh embrio adeknya sendiri. Ku keluarkan semuanya hingga tubuhku kelojotan. Ini adalahorgasmeku yang sangat luar biasa, orgasme di dalam vagina kak Lisaku yang cantik. Aku langsung tergeletak lemas di sampingnya. Nafas kami sama-sama berat dan terputus-putus.
“Adek…” panggilnya tidak lama kemudian.
“Ya kak?”
“Sini deh…” panggilnya seraya tersenyum manis. Akupun menghampiri ke arahnya.
JITAAAAAK! Dugh, keningku kena jitak olehnya. Sakit! Ternyata ucapannya tadi memang benar bila dia akan menjitakku.
“Rasain! Itu sebab udah berani ngentotin kakak!”
“Ugh.. sakit tau kak”
Dia mendekatiku sekali lagi, aku pikir dia bakal menjitakku lagi, tapi…
“Cup” Dia menghirup keningku.
“Dan tersebut karena kakak sayang kamu” ujarnya seraya tersenyum manis. Ugh… kak Lisa. Aku merasa melayang-layang karenanya. Rasa sakit yang tadi ada sekarang tak terasa lagi. Langsung ku dekap dirinya jatuh ke atas badanku. Ku peluk erat dirinya. Dia pun balas memelukku. Aku sungguh sayang kakakku.
“Dek…”
“Ya kak?”
“Ngaceng lagi?”
“Hehe… iya nih… boleh satu ronde lagi gak?”
“Hmm… iya deh… dasar” katanya seraya tersenyum.
Kamipun melakukannya sekali lagi sebelum tidur. Kali ini kak Lisa membuka kemejanya yang sudah basah oleh keringat itu. Kami sama-sama telanjang bulat sekarang. Ngentot-ngentotan seraya pintu kamar tersingkap dan lampu menyala. Bersetubuh seraya tukar-tukaran air liur dan saling menjilati keringat yang membanjir. Aku pulang muncrat di dalam vaginanya. Aku sungguh-sungguh ingin menghamili kakakku.
Subuhnya aku dibangkitkan kak Lisa. Ini sebetulnya sudah agak telat, namun untung Papa Mama masih belum bangun. Rencananya aku hendak langsung pulang ke kamarku, tapi menyaksikan kak Lisa yang bugil polos menciptakan nafsuku bangkit. Kamipun bersetubuh lagi subuh itu. Aku bahkan meminta urusan yang lumayan gila.
“Pipis di dalam vagina kakak? Gila kamu” tanyanya terkejut mendengar permintaanku. Aku sendiri tak tahu dari mana dapat mendapatkan gagasan ini. Terlintas begitu saja. Keinginan untuk mengerjakan hal yang lebih tak waras dengan kakakku lah yang menjadi pendorongnya.
“Iya kak… kebelet nih..”
“Iya… namun masa gitu sih?”
“Penasaran aja kak… inginkan yah kak, sekali ini saja”
“Duh… anda ini ada-ada aja. Hmm… iya deh… kakak turutin fantasimu! Tapi tidak boleh di atas kasur yah… ntar repot bersihinnya, dapat ketahuan mama ntar”
“Oke deh kak…”
Kamipun turun dari kasur dengan penisku tetap sedang di vaginanya. Kami mendekati lemarinya kak Lisa, kemudian ngentot berdiri seraya melihat bayang-bayang kami yang terdapat di cermin. Tampak kakakku yang cantik, dengan tubuh estetis dan kulit putih mulus sedang disetubuhi olehku.
“Aku pipis yah kak…” ujarku seraya menatapnya melewati cermin. Diapun mengangguk tersenyum manis mengiyakan sambil pun balik menatapku. Ugh… sungguh cantik.
Akupun mengerahkan semua tenagaku guna kencing. Serrrrrrrrrrr….. air seniku mulai terbit di dalam vaginanya.
“Dek…”
“Ya kak?”
“Kita pipis barengan aja deh…”
“Hah?”
Ku lihat kak Lisa pun seperti mengejan. Kak Lisa pun kencing sewaktu aku kencing di vaginanya.
Sambil aku terus kencing aku pun menggoyang-goyangkan pinggulku menggenjot vaginanya sampai membuat air seni kami menghambur kemana-mana. Sungguh bukan pemandangan yang lazim untuk dilaksanakan oleh saudara kandung. Apa jadinya bila Papa Mama terbangun kini dan menyaksikan ulah kami.
Sungguh hangat ketika air seni kami bercampur di dalam vagina kak Lisa. Aku menyaksikan senyum lega kak Lisa laksana halnya diriku melewati cermin. Setelah tersebut kami terus ngentot hingga akupun muncrat lagi di dalam vaginanya. Rahimnya sekarang bercampur air seni kami dan pun pejuku.
Barulah lantas aku pulang ke kamarku. Sebenarnya aku inginkan membantunya mengelap ceceran air kencing kami di lantai, namun kata kak Lisa gak usah. Kak Lisa memang baik.
Tentunya tidak melulu hari tersebut saja kami bersetubuh dan mengerjakan perzinahan sedarah ini. Namun terus-terusan tiap malam sesudah Papa Mama tidur, bahkan pernah kami curi-curi peluang melakukannya di siang hari masa-masa mereka istirahat siang atau nonton tv. Seandainya orangtua kami melihatnya!
Kami pun melakukan urusan yang semakin gila, laksana saling mengencingi satu sama lain. Aku mengencingi tubuh kak Lisa, dia pun mengencingi tubuhku. Sensasinya benar-benar luar biasa. Kami melakukkannya di kamar mandi. Tapi pernah pun sekali waktu tersebut aku mengencingi kakak kandungku ini di kamarnya. Membuat wajahnya, tubuhnya, serta lantai kamarnya jadi pesing oleh air kencingku. Mengencingi kakak sendiri? Gila bukan? 😛
Dan kini, orangtua kami bakal kembali ke kota XX guna mengurus kerjaan. Meninggalkan kami berdua di lokasi tinggal ini.
“Kalian akur-akur yah… tidak boleh ribut terus” ujar Mama.
“Dek, jaga kakakmu, tidak boleh kamu usilin terus, dengerin dia ngomong” nasehat Papa padaku.
“Sip Pa… aku pasti akan jagain kakakku kok…” ujarku seraya tersenyum pada kak Lisa. Tentunya melulu kami berdua yang tahu maksud ucapanku ‘jagain kakakku’ itu.
“Ya sudah… jaga diri kalian baik-baik yah…”
“Iya…. Bye… Pa… Ma..” pamit aku dan kak Lisa pada orangtua kami. Merekapun berangkat dengan mobil.
Aku dan kak Lisa kemudian saling pandang.
“Dek… kini kita hanya berdua nih di rumah, bebas… hihihi”
“Iya kak, hehehe…”
“Yuk dek masuk” ujarnya sambil unik tanganku menuntunku masuk ke dalam rumah. Pintu depanpun tertutup. Kalian pasti tahu bukan apa yang bakal terjadi selanjutnya?? Hanya terdapat aku dan kakakku yang cantik ini di rumah. Kalian tentu tahu bagaimana kami akan menguras hari-hari kami selanjutnya bukan? Hehe… Ya… persetubuhan panas, liar, dan tiada henti, antara aku dan kakakku yang cantik, kak Lisa.
“Lisa… Andre… buka pintunya, tersebut kacamata Papa ketinggalan!”
Waduh!
No comments:
Post a Comment