Saturday, April 21, 2018

Cerita Sex Ngentot Dengan Janda Kembang Sange - www.ceritasexnesia.blogspot.com

Kali ini bercerita tentang empiris yang saya alami 3 tahun yang lalu,sebelumnya, perkenalkan Namaku Sony, berasal dari area Timur Indonesia, bermukim di Surabaya. Isteriku Lia yang terpaut lima tahun dariku sudah dipanggil menghadap hadirat penciptanya. Tinggal aku seorang diri dengan dua orang anak yang masih memerlukan perhatian penuh.

Aku mesti menjadi ayah sekaligus ibu guna mereka. Bukan urusan yang mudah. Sejumlah teman menganjurkan untuk menikah lagi supaya anak-anak mendapat  ibu baru. Anjuran yang bagus, namun saya tidak hendak anak-anak mendapat seorang ibu tiri yang tidak menyayangi mereka. Karena tersebut aku paling hati-hati.

WWW.VIPRCTI99.ORG Situs Agen Bandarq Terpercaya | Agen Domino 99 2018 | Agen Aduq Terpercaya | Agen Domino QQ Terbaik 

Kehadiran anak2 jelas adalahhiburan yang tak tergantikan. Sinta sekarang berusia 10 tahun dan jeremy adiknya berusia enam tahun. Anak-anak yang lucu dan pintar ini sangat memenuhi kekosonganku. Namun bila anak-anak lagi berkumpul bareng teman-temannya, kesepian tersebut senantiasa menggoda. Ketika hari sudah larut malam dan anak-anak telah tidur, kesepian tersebut semakin menyiksa.

Sejalan dengan itu, nafsu birahi ku yang termasuk besar tersebut meledak-ledak perlu penyaluran. Beberapa rekan mengajakku menggali wanita panggilan namun aku tidak berani. Resiko terpapar penyakit mengendurkan niatku. Terpaksa aku bermasturbasi. Sesaat aku merasa lega, namun sesudah tersebut keinginan guna menggeluti tubuh seorang perempuan selalu hadir di kepalaku.

Tidak terasa 3 bulan sudah berlalu. Perlahan-lahan aku mulai membubuhkan perhatian ke wanita-wanita lain. Beberapa rekan kerja di kantor yang masih lajang sepertinya membuka peluang. Namun aku lebih suka mempunyai mereka sebagai teman. Karena tersebut tidak terdapat niat untuk membangun hubungan serius. Di saat kemauan untuk merasakan tubuh seorang perempuan semakin meningkat, kesempatan tersebut datang dengan sendirinya.

Senja tersebut di hari Jumat, aku kembali kerja. Sepeda motorku santai saja kularikan di sepanjang Jalan Darmo. Maklum telah mulai gelap dan aku tidak terburu-buru. Di depan hotel Mirama kulihat seorang wanita keadaan bingung di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok. Kendaraan-kendaraan beda melaju lewat, tidak terdapat orang yang peduli. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak tahu apa yang berkeinginan dilakukan. Rupanya menggali bantuan. Aku mendekat.

“Ada yang dapat saya bantu, Mbak?” tanyaku sopan.

Ia terkejut dan menatapku agak curiga. Saya memahaminya. Akhir-akhir ini tidak sedikit kejahatan berkedok tawaran pertolongan seperti itu.

“Tak usah takut, Mbak”, kataku.”Namaku Sony. Boleh saya lihat mesinnya?”

Walaupun agak segan ia menyampaikan terima kasih dan membuka kap mesinnya. Ternyata melulu problema penyumbatan slang bensin. Aku membetulkannya dan mesin dihidupkan lagi. Ia hendak membayar namun aku menolak. Kejadian itu selesai begitu saja. Tidak kuduga hari berikutnya aku bertemu lagi dengannya di Tunjungan Plaza. Aku sedang mendampingi anak-anak berjalan-jalan saat ia menyapaku. Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum manis untuk keduanya.

“Sekali lagi terima kasih untuk pertolongan kemarin sore”, katanya,”Namaku Linda. Maaf, kemarin tidak sempat berkenalan lebih lanjut.”

“Aku Sony”, sahutku sopan.

Harus kuakui, mataku mulai mencuri-curi pandang ke semua tubuhnya. Wanita tersebut jelas turunan Cina. Kontras dengan pakaian kantor kemarin, ia sungguh unik dalam pakaian santainya. Ia mengenakan celana jeans biru agak ketat, dipadu dengan kaos putih berlengan pendek dan leher rendah. Pakaiannya tersebut jelas memperlihatkan keseksian tubuhnya. Buah dadanya yang ranum berukuran kira-kira 38 menonjol dengan jujurnya, dipadu oleh pinggang yang ramping. Pinggulnya bundar estetis digantungi oleh dua bongkahan pantat yang besar.

“Kok bengong”, katanya tersenyum-senyum,”Ayo minum di sana”, ajaknya.

Seperti kerbau dicocok hidungnya aku menurut keterangan dari saja. Ia menggandeng kedua anakku mendahului. Keduanya terlihat ceria dibelikan es krim, sesuatu yang tak pernah kulakukan. Kami duduk di meja terdekat sambil menyimak orang-orang yang lewat.

“Ibunya anak-anak nggak ikut?” tanyanya.

Aku tidak menjawab. Aku melirik ke kedua anakku, Anita dan Marko. Anita membungkuk menghindari air mata.

“Ibu telah di surga, Tante”, kata Marko polos. Ia memandangku.

“Isteriku telah meninggal”, kataku. Hening sejenak.

“Maaf”, katanya,”Aku tidak bermaksud menggali tahu”, lanjutnya dengan rasa bersalah.

Pokok pembicaraan berpindah ke anak-anak, ke sekolah, ke kegiatan dan sebagainya. Akhirnya aku tahu bila ia manajer cabang satu perusahaan pemasaran tekstil yang mengelola sejumlah toko pakaian. Aku pun akhirnya tahu bila ia berusia 32 tahun dan sudah menjanda sekitar satu separuh tahun tanpa anak.

Selama pembicaraan tersebut sulit mataku terlepas dari bongkahan dadanya yang menonjol padat. Menariknya, tidak jarang ia menggerak-gerakkan badannya sampai-sampai buah dadanya tersebut dapat lebih menonjol dan kelihatan jelas bentuknya. Beberapa kali aku menelan air liur menginginkan nikmatnya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.

“Nggak beranggapan menikah lagi?” tanyaku.

“Rasanya nggak terdapat yang inginkan sama aku”, sahutnya.

“Ah, Masak!” sahutku,”Aku inginkan kok, bila diberi kesempatan”, lanjutku sedikit badung dan memberanikan diri.”Kamu masih cantik dan menarik. Seksi lagi.”

“Ah, Sony dapat aja”, katanya tersipu-sipu seraya menepuk tanganku. Tapi nampak benar ia senang dengan ucapanku.

Tidak terasa nyaris dua jam kami duduk ngobrol. Akhirnya anak-anak mendesak mohon pulang. Linda, perempuan Cina itu, menyerahkan alamat rumah, nomor telepon dan HP-nya. Ketika bakal beranjak meninggalkannya ia berbisik,

“Saya menantikan Sony di rumah.”

Hatiku bersorak-sorak. Lelaki mana yang inginkan menolak peluang berada bareng wanita semanis dan seseksi Linda. Aku mengangguk seraya mengedipkan mata. Ia membalasnya dengan kedipan mata juga. Ini peluang emas. Apalagi sore tersebut Anita dan Marko bakal dijemput kakek dan neneknya dan bermalam di sana.

“OK. Malam nanti aku main ke rumah”, bisikku juga, “Jam tujuh aku telah di sana.” Ia tersenyum-senyum manis.

Sore tersebut sesudah anak-anak dijemput kakek dan neneknya, aku mencuci sepeda motorku kemudian mandi. Sambil mandi khayalan seksualku mulai muncul. Bagaimana tampang Linda tanpa pakaian? Pasti estetis sekali tubuhnya yang bugil. Dan tentu sangatlah nikmat menggeluti dan menyetubuhi tubuh semontok dan selembut itu. Apalagi aku sebenarnya sudah lama hendak menikmati tubuh seorang perempuan Cina.

bandarq terpercaya, agen dominoqq online, agen poker online, agen poker terpercaya, poker online, agen aduq online, bandar sakong online, agen dominoqq online, domino 99 online, agen bandarq online, bandarq online, agen bandarq 

Tapi apakah ia inginkan menerimaku? Apalagi aku bukan orang Cina. Dari area Timur Indonesia lagi. Kulitku agak gelap dengan rambut yang ikal. Tapi.. Peduli amat. Toh ia yang mengundangku. Andaikata aku diberi kesempatan, tidak bakal kusia-siakan. Kalau toh ia melulu sekedar mengungkapkan terima kasih atas pertolongaku kemarin, yah tak apalah. Aku tersenyum sendiri.

Jam tujuh lewat lima menit aku sukses menemukan rumahnya di area Margorejo itu. Rumah yang estetis dan mewah guna ukuranku, berlantai dua dengan lampu depan yang buram. Kupencet bel dua kali. Selang satu menit seorang perempuan separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya penolong rumah tangga.

“Pak Sony?” ia bertanya, “Silahkan, Pak. Bu Linda menantikan di dalam”, lanjutnya lagi.

Aku mengikuti tahapannya dan dipersilahkan duduk di ruang tamu dan iapun menghilang ke dalam. Selang semenit, Linda keluar. Ia mengenakan baju dan celana santai di bawah lutut. Aku berdiri menyambutnya.

“Selamat datang ke rumahku”, katanya.

Ia mengembangkan tangannya dan aku dirangkulnya. Sebuah ciuman tiba di pipiku. Ini ciuman kesatu seorang perempuan ke pipiku semenjak kematian isteriku. Aku berdebaran. Ia menggandengku ke ruang tengah dan duduk di sofa yang empuk. Mulutku seakan terkunci. Beberapa ketika bercakap-cakap, si penolong rumah tangga datang menghantar minuman.

“Silahkan diminum, Pak”, katanya sopan, “Aku pun sekalian pamit, Bu”, katanya untuk Linda.

“Makan telah siap, Bu. Saya datang lagi kelak jam sepuluh.”

“Biar masuk senja aja, Bu”, kata Linda, “Aku di lokasi tinggal aja besok. Datang saja jam tiga-an.”

Pembantu tersebut mengangguk sopan dan berlalu.

“Ayo minum. Santai aja, aku mandi dulu”, katanya seraya menepuk pahaku.

Tersenyum-senyum ia selesai ke kamar mandi. Di saat tersebut kuperhatikan. Pakaian santai yang dikenakannya lumayan memberikan gambaran format tubuhnya. Buah dadanya yang montok tersebut menonjol ke depan seperti gunung. Pantatnya yang besar dan bulat berayun-ayun lembut mengekor gerak jalannya. Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yang indah.

“Santai saja, anggap di lokasi tinggal sendiri”, lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.

Dua puluh menit menunggu tersebut rasanya laksana seabad. Ketika kesudahannya ia muncul, Linda membuatku terkesima. Rambutnya yang panjang hingga di punggungnya tidak dipedulikan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan baju istirahat longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.

Tetapi yang menciptakan mataku membelalak merupakan bahan pakaian tersebut tipis, sampai-sampai pakaian dalamnya jelas kelihatan. BH merah kecil yang dikenakannya menutupi melulu sepertiga buah dadanya menyerahkan pemandangan yang indah. Celana dalam merah jelas memberikan format pantatnya yang besar bergelantungan. Pemandangan yang menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahi ku. Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut.

“Aku tahu, Sony suka”, katanya seraya duduk di sampingku, “Siang tadi di TP (Tunjungan Plaza) aku lihat mata Sony tak pernah lepas dari buah dadaku. Tak usah khawatir, malam ini sepenuhnya kepunyaan kita.”

Ia lalu menghirup pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami telah lekat berpagutan. Aku merengkuh tubuh montok tersebut ketat ke dalam pelukanku. Tangaku mulai bergerilya di balik baju tidurnya mencari-cari buah dadanya yang montok itu. Ia menggeliat-geliat supaya tanganku lebih leluasa bergerak seraya mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku. Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dengan lidahnya.

Tangannya juga aktif mencaplok T-shirt yang kukenakan dan meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yang mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya itu. Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak.

Peralahan-lahan tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalam tersebut dan menyentuh bibir memeknya. Ia mengaduh pendek namun segera bungkam oleh permainan lidahku. Kurasakan badannya mulai menggeletar menyangga nafsu birahi yang semakin meningkat.

Tangannyapun menerobos celana dalamku dan tangan lembut tersebut menggenggam batang kemaluan yang kubanggakan itu. Kemaluanku termasuk besar dan panjang. Ukuran tegang sarat kira-kira 15 cm dengan diameter selama 4 cm. Senjata kebanggaanku berikut yang pernah menjadi kesenangan dan kehormatan hati isteriku. Aku yakin senjataku ini bakal menjadi kesenangan Linda. Ia tentu akan ketagihan.

“Au.. Besarnya”, kata Linda sambil membelai lembut kemaluanku.

Elusan lembut jari-jarinya tersebut membuat kemaluanku semakin mengembang dan mengeras. Aku mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dengan tersebut melepaskan bajuku. Segera sesudah lepas bajuku bibir mungilnya tersebut menyentuh puting susuku. Lidahnya bergerak lincah menjilatinya. Aku merasakan kesenangan yang luar biasa. Tangannya pulang menerobos celanaku dan menggenggam kemaluanku yang semakin berdenyut-denyut. Aku juga bergerak mencungkil pakaian tidurnya. Rasanya laksana bermimpi, seorang perempuan Cina yang cantik dan seksi duduk di pahaku melulu dengan celana dalam dan BH.

“Ayo ke kamar”, bisiknya, “Kita tuntaskan di sana.”

Aku bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya mohon digendong. Tubuh bahenol nan seksi tersebut kurengkuh ke dalam pelukanku. Kuangkat tubuh tersebut dan ia bergayut di leherku. Lidahnya terus menerabas batang leherku menciptakan nafasku megap-megap nikmat. Buah dadanya yang sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaku. Masuk ke kamar tidurnya, kurebahkan tubuh tersebut ke ranjang yang lebar dan empuk. Aku menariknya berdiri dan mulai mencungkil BH dan celana dalamnya.

Ia tidak mempedulikan aku mengerjakan semua tersebut sambil mendesah-desah menyangga nafsunya yang tentu semakin menggila. Setelah tak terdapat selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, aku mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yang mengagumkan itu. Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak sipit laksana umumnya orang Cina. Rambutnya hitam tergerai hingga di punggungnya.

Buah dadanya sungguh besar tetapi padat dan menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan. Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha tersebut kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang estetis dan menggairahkan birahi.

“Ngapain melulu lihat tok,” protesnya.

“Aku kagum bakal keindahan tubuhmu”, sahutku.

“Semuanya ini milikmu”, katanya seraya merentangkan tangan dan mendekatiku.

Tubuh bugil polos tersebut kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aku ke atas ranjang lunak itu. Mulutnya segera menjelajahi semua dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaku. Tangannya lincah mencungkil celanaku. Celana dalamku segera dipelorotnya. Kemaluanku yang telah tegang tersebut mencuat terbit dan berdiri tegak. Tiba-tiba mulutnya menciduk batang kemaluanku itu. Kurasakan sensai yang luar biasa saat lidahnya lincah memutar-mutar kemaluanku dalam mulutnya. Aku mengerang-ngerang nikmat menyangga semua sensasi tak waras itu.

Puas mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya ia mencungkil diri dan merebahkan diri di sampingku. Aku menelentangkannya dan mulutku mulai beraksi. Kuserga buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah dadanya yang mengeras itu. Buah dadanya pun mengeras diiringi deburan jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku berpindah ke buah dada kiri. Lalu perlahan tetapi tentu aku menuruni perutnya. Ia menggelinjang-linjang menahan tekanan birahi yang semakin menggila. Aku menjilati perutnya yang rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.

“Auu..” erangnya, “Oh.. Oh.. Oh..” jeritnya semakin keras.

Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yang mulus padat tersebut membuka, menampakkan lubang surgawinya yang sudah merekah dan basah. Rambut hitam lebat melingkupi lubang yang kemerah-merahan itu. Kudekatkan mulutku ke lubang tersebut dan perlahan lidahku menyuruk ke dalam lubang yang sudah basah membanjir itu. Ia menjerit dan spontan duduk sambil mengurangi kepalaku sampai-sampai lidahku lebih dalam terbenam. Tubuhnya menggeliat-geliat laksana cacing kepanasan. Pantatnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka.

“Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritnya keras.

Aku tahu tidak terdapat sesuatu juga yang bakalan menghalangiku merasakan dan menyetubuhi si canting bahenon nan seksi ini. Tapi aku tak hendak menikmatinya sebagai orang rakus. Sedikit demi tidak banyak tetapi paling nikmat. Aku terus mempermainkan klitorisnya dengan lidahku. Tiba-tiba ia menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat. Ia melolong keras.

Pada saat tersebut kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia sudah menjangkau orgasme yang kesatu. Aku berhenti sejenak tidak mempedulikan ia menikmatinya. Sesudah tersebut mulailah aku menjelajahi pulang bagian tersensitif dari tubuhnya itu. Kembali erangan suaranya tersiar tanda birahi nya mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku sudah tegak sekeras beton. Ia meremasnya. Aku menjerit kecil, sebab nafsuku pun telah diubun-ubun perlu penyelesaian.

Kudorong tubuh bahenon nan seksi tersebut rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya lebar-lebar siap menerima penetrasi kemaluanku. Kepalanya bergerak-gerak di atas rambutnya yang terserak. Mulutnya terus menggumam tidak jelas. Matanya terpejam. Kuturunkan pantatku. Batang kemaluanku berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang laksana kepinding.

“Cepat.. Cepat.. Aku telah nggak tahan!” jeritnya.

Kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Dan.. BLESS!

Kemaluanku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya membelah malam. Tetangga sebelah mungkin dapat mendengar lolongannya itu. Aku berhenti sebentar tidak mempedulikan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi pantatku sampai-sampai kemaluanku yang panjang dan besar tersebut menerobos ke dalam dan tenggelam sepenuhnya dalam liang surgawi miliknya.

Ia menghentak-hentakkan pantatnya ke atas supaya lebih dalam menerima diriku. Sejenak aku diam merasakan sensasi yang spektakuler ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya pun luar biasa.

Dinding-dinding lubang kemaluannya berjuang menggenggam batang kemaluanku. Rasanya seberti digigit-gigit. Pantatnya yang bulat besar tersebut diputar-putar guna memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di kemaluannya. Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat.

Desisan itu pulang menjadi erangan lantas jeritan panjang terlontar membelah udara malam. Kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kemaluanku leluasa bertarung dengan kemaluannya, di sini lidahku juga leluasa bertarung dengan lidahnya.

“OH..”, erangnya, “Lebih keras sayang, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!”

Tangannya melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya seirama dengan gerakan pantatku. Di ketika itulah kurasakan fenomena ledakan magma di batang kemaluanku. Sebentar lagu aku bakal orgasme.

“Aku inginkan keluar, Linda”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.

“Aku juga”, sahutnya, “Di dalam sayang. Keluarkan di dalam. Aku hendak kamu di dalam.”

Kupercepat gerakan pantatku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan pantatku dan kemaluanku membenam sedalam-dalamnya. Spermaku menyemprot deras. Ia juga melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima diriku sedalam-dalamnya.

Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ia pun menjangkau puncaknya. Kemaluanku berdenyut-denyut memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya. Inilah orgasmeku yang kesatu di dalam kemaluan seorang wanita semenjak kematian isteriku. Dan ternyata perempuan itu ialah Linda yang cantik bahenol dan seksi.

Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk seluruh detik kesenangan itu. Lalu perlahan-lahan aku mengusung tubuhku. Aku memandangi wajahnya yang bersinar karena birahi nya sudah terpuaskan. Ia tersenyum dan mengelus wajahku.

“Sony, anda hebat sekali, sayang”, katanya, “Sudah lebih dari satu tahun aku tidak menikmati lagi kejantanan pria seperti ini.”

“Linda pun luar biasa”, sahutku, “Aku sungguh puas dan bangga dapat menikmati tubuhmu yang menawan ini. Linda tidak menyesal bersetubuh denganku?”

“Tidak”, katanya, “Aku justeru berbangga dapat menjadi perempuan kesatu setelah kematian isterimu. Mau kan anda memuaskan aku lagi nanti?”

“Tentu saja mau”, kataku, “Bodoh bila nolak rejeki ini.” Ia tertawa.

“Kalau anda lagi pingin, telepon saja aku,” lanjutnya, “Tapi bila aku yang pingin, boleh kan aku nelpon?”

“Tentu.. Tentu..”, balasku cepat.

“Mulai kini kamu dapat menyetubuhi aku kapan saja. Tinggal kabarkan”, katanya.

Hatiku bersorak ria. Aku menarik keluar kemaluanku dan rebah di sampingnya. Kurang lebih separuh jam kami berbaring berdampingan. Ia kemudian mengajakku mandi. Lapar katanya dan pingin makan.

Agen Poker, BandarQ Online, Agen BandarQ, Agen Domino 99, Agen Domino, AduQ Online Terbaik, Judi Uang Asli

Malam itu sampai hari Minggu siang sungguh tidak terlupakan. Kami terus berpacu dalam birahi guna memuaskan nafsu. Aku menyetubuhinya di sofa, di meja makan, di dapur, di kamar mandi dalam sekian banyak  posisi. Di atas, di bawah, dari belakang. Pendek kata hari itu ialah hari penuh kesenangan birahi.

Dapat ditebak, pertemuan kesatu tersebut berlanjut dengan ragam pertemuan lain. Kadang-kadang kami menggali hotel namun terbanyak di rumahnya. Sesekali ia mampir ke tempatku bila anak-anak lagi mendatangi kakek dan neneknya. Pertemuan-pertemuan kami selalu dipenuhi dengan permainan birahi yang panas dan menggairahkan.

Satu malam di kamar tidurnya. Setelah sejumlah kali orgasme iseng aku menggodanya.

“Linda”, kataku, “Betapa beruntungnya aku yang berkulit gelap ini dapat menikmati tubuhmu bahenol, seksi, putih dan mulus seorang perempuan Cina.” kataku, disambut dengan tawa cerianya.

1 comment:

  1. MADAM TOGEL merupakan situs agen judi togel online resmi terpercaya dan terpopuler 24 jam yang menyediakan 14 pasaran internasional dengan bayaran jackpot tertinggi sebesar Rp.9.800.000,-.

    Dengan minimal deposit 10.000 dan minimal betting 100 perak bebas invest tanpa batasan line!!!

    PROMO & BONUS MADAMTOGEL
    - BONUS NEW MEMBER 10%
    - BONUS HARIAN 5.000 PERAK
    - BONUS CASHBACK 10%
    - BONUS TERBALIK LURUS
    - BONUS PRIZE 2 & 3
    - BONUS REFFERAL TOGEL 2%

    👉👉👉 LINK DAFTAR : LINK DAFTAR MADAM TOGEL 👈👈👈

    Dan Untuk memudahkan dalam mecapai Jackpot (JP) MADAM TOGEL sudah menyiapkan SEMUA PREDIKSI di setiap 14 PASARAN tsb

    👉👉👉 LINK PREDIKSI : PREDIKSI MADAM TOGEL 👈👈👈

    ReplyDelete