Friday, April 20, 2018

CERITA SEX NGENTOT DENGAN JILBOOBS KAMPUS - www.ceritasexnesia.blogspot.com

 “tolong ke ruangan saya sebentar” suatu pesan singkat dari dosen sekaligus pemandu gw dulu. Dari ruang kerja kecil di sudut gedung dosen, gw beranjak ke sekretariat jurusan, mendatangi Bu Laras di ruangannya. “kamu, masih sibuk penelitian? Kelas banyak?” hardik bu Laras saat gw sedang memblokir pintu ruang sekre. “enggak sih bu, mengapa ya?” gw masih bingung dengan kondisi ini. “saya boleh mohon tolong, ambil alih ruang belajar saya. Saya mesti ke aussie” pinta beliau kemudian. ya, satu tahun setelah lulus gw masih menghamba di kampus, menolong dosen riset dan melatih di mata kuliah dasar. Bu Laras ialah satu dosen senior di jurusan gw, idealisme membuatnya dimusuhi jurusan. Dan gw dapat dibilang mahasiswa kesayangannya. Ia sendiri tidak saja mengajar di kampus ini, namun pun mempunyai status dosen di di antara universitas di Adelaide.

Pembicaraan memakan waktu sampai 3 jam, sebab gw mesti melatih di fakultas sebelah, dan bukan mata kuliah dasar, tetapi mata kuliah tingkat 3 dan menjadi bahan skripsi gw dulu. Bu Laras menunjuk gw sebagai penggantinya sebab beliau memandang gw kompeten untuk melatih ini. perkuliahan baru dibuka minggu depan. Jatah 2 ruang belajar tambahan diberikan, menciptakan waktu tidur dan riset gw berkurang, meski pundi finansial bertambah. Mungkin di kampus ini gw terbilang satu dari sejumlah dosen muda yang binal (ga nurut peraturan). Mengajar dengan gaya urakan macam mahasiswa. Beliau sendiri yang pernah bilang kalo dosen disaksikan dari otaknya, bukan gayanya. Nah, mata kuliah yang beliau berikan ini terdapat di fakultas sebelah, yang aturannya lebih ketat. Mengharuskan gw berpakaian lebih sopan.

Agen Poker, BandarQ Online, Agen BandarQ, Agen Domino 99, Agen Domino, AduQ Online Terbaik, Judi Uang Asli

Gw telat di hari kesatu gw masuk. Kemeja pendek dilapis blazer guna menutupi tattoo di tangan kiri gw menjadi style andalan. Masih stereotip kalo orang bertattoo tersebut urakan, meski di fakultas asal, gw dapat seenaknya ngajar make lengan pendek. Pintu gw buka, gw duduk di meja dosen seraya mengeluarkan susunan kehadiran. Beberapa mahasiswi agak tercengang, menyaksikan dosen dengan jenggot tebal, rambut sebahu dan diikat.

“selamat siang, bu Laras ga dapat menghadiri kuliah ini sebab harus penelitian, sy wapol bakal menggantikan beliau” kata gw membuka kelas. Dari total 23 orang di kelas, mayoritas ialah pria, sial. Namun terdapat satu mahasiswi yang menculik perhatian gw, dari susunan kehadiran gw tau namanya Clara. Duduk di baris tengah, dengan rambut sebahu yang digerai, bentuk tubuh tinggi padat. Mengenakan kemeja merah tipis dengan jeans. kulit kuning langsat ingin putih dengan wajah khas metropolitan (muka anak gaul)

Suasana hening perlahan cair saat gw mulai materi. Gw bukan tipikal dosen serius sebab selama kuliah gw belajar kalo dosen terlampau serius Cuma buat setres. Mahasiswa pun menyadari kalo gw ga seseram penampakannya. Kelas ini termasuk ruang belajar yang kooperatif. Saling lempar pertanyaan yang kadang berbalut canda.

Seperti biasa gw masuk dan mengucapkan materi. 15 menit selesai dan pintu tetiba diketuk. Clara masuk dengan muka agak panik, “maaf mas telat, boleh masuk?” ya menjadi aturan ruang belajar kalo haram hukumnya manggil gw pak. Sekilas gw menyaksikan jam tangan, telatnya belum terlampau jauh mengingat ruang belajar mempunyai durasi 3 jam, jadi gw persilahkan dia masuk namun duduk di row sangat depan. Clara duduk tepat berseberangan dengan gw.

1 jam berlalu, materi nyaris selesai, gw memberikan sejumlah soal pelajaran untuk dikerjakan, lantas duduk pulang di meja dosen. Saat tersebut Clara memakai kemeja biru muda berbahan semacam satin yang lumayan menerawang, diperbanyak keringat yang masih mengalir turun dan menciptakan kemejanya tidak banyak basah. Sambil sesekali membalas pertanyaan dari mahasiswa lain, gw menculik pandang ke arah Clara. Gw baru menyadari di balik kemejanya ia melulu mengenakan bra, saat ia menoleh ke belakang dan terpampang jelas garis bra dari balik kemejanya.

15 menit berselang, ia tetiba membuka kancing sangat atas kemejanya dan mengipas-kipaskan kerah kemejanya. “panas banget ih” gerutunya. Gw berjuang mencuri pandang ke balik kemejanya. Belahan dada yang sekilas terlihat, mencilat di sebab keringat yang masih mengairi tubuhnya. Berharap ruang belajar lebih lama berlangsung supaya gw lebih lama menyimak tubuh Clara.

Kelas ini agak unik, walau sesudah jam selesai, tidak sedikit yang belum mengajak bubar diri. Dan pada akhrinya gw mulai menyatu. Di ruang belajar profesional, di luar ruang belajar ngerokok bareng. Rian, di antara mahasiswa bilang paling jarang dosen di fakultas ini ga ngasih jark ke mahasiswanya ampe inginkan ngerokok bareng. Berdasarkan keterangan dari gw sih yang urgen di ruang belajar profesional, di luar anda teman.

Minggu ini presentasi sejumlah kelompok. Clara memakai kaos putih berbalut kardigan biru tua. Sambil menantikan kelompoknya maju, ia duduk di baris depan. Setelah gw suruh ia duduk di baris depan, ia ingin memilih baris depan bareng dua temannya. Kaos yang ia gunakan mempunyai belahan rendah dan lumayan menerawang. Samar tampak bra berwarna hitam dari balik kaosnya. Ukuran font presentasi yang kecil menciptakan clara mesti memicingkan matanya dan tidak banyak condong ke depan. Gw yang duduk di meja depan mendapat suguhan belahan dada yang lumayan terlihat dari balik kaosnya yang memang kendor. Satu momen saat ia bertanya dan kardigannya agak turun, gw baru menyadari bahwa bukan kaos yang ia pakai, namun tanktop dengan belahan samping yang lebih rendah dari belahan depannya. Membuat bra hitamnya tampak jelas. Ditambah gumpalan dada yang mencuat laksana bra tidak dapat menahannya.

Clara laksana sadar kalo gw lihat, namun gw Sengaja ga memindahkan pandangan gw dan tetap memandang belahan dadanya. Ia sedikit menyaksikan ke bawah, ke arah dadanya dan sadar kalo agak tidak banyak terbuka, tetapi bukannya unik ke atas tanktopnya, ia justeru membiarkannya dan berlaga laksana ga terdapat yang terjadi. Untuk sejumlah menit hingga presentasi berlalu gw bebas guna terus menyaksikan dadanya. Satu momen ia bahkan sengaja mengurangi dadanya ke tengah dengan merapatkan kedua tangannya.

“iya kan mas?… mas?” pertanyaan dari seorang mahasiswa yang lagi presentasi laksana membangunkan gw. “ah, iya tidak cukup lebih laksana itu” jawab gw sekenanya sambil menyaksikan ppt dan mengupayakan mengikut apa yang sedang dipertanyakan. Sekilas gw menyaksikan ke arah Clara, iya tertawa kecil sambil memblokir mulutnya dengan tangannya. “jadi, dia sengaja?” pikir gw

Seminggu sebelum UTS, hubungan gw dan ruang belajar ini semakin dekat. Beberapa anak terdapat yang menghubungi gw, mulai dari nanya materi, hingga nanya mata kuliah lain. Hari ini, laksana berbeda, Clara memakai rok sepan pendek hitam, dengan kemeja merah (berbeda dengan sejumlah minggu lalu), dan blazer. “mau lamaran kerja?” canda gw ke Clara. Gw sadari sejumlah anak pun berpakaian lebih apik dari biasanya. “ada presentasi bikin UTS mas abis ini, mesti rapi” jawab Clara. Make sense.

Seperti biasa, Clara duduk di row depan, berhadapan dengan meja gw. berhubung ini nyaris materi terakhir sebelum UTS, gw merekap sejumlah materi yang gw ajarkan. Posisi Clara yang sedang di pojok, membuatnya mesti duduk agak menyamping supaya melihat papan tulis. Awalnya biasa, tetapi tetiba Clara melebarkan kakinya. gw masih beranggapan positif bahwa itu melulu kebiasaan duduknya. Namun beberpa lama ia tidak merubah posissinya. Gw yang berdiri di sisi papan tulis yang dekat meja gw, menjadi dekat dengan Clara. Penasaran gw ngetes apa Clara benar-benar pamer bikin gw, gw mencatat lagi sejumlah poin materi. Ketika membalikan badan seperti hendak menjelaskan, dengan sengaja gw menjatuhkan spidol gw. gw lantas jongkok memungut spidol sambil menyaksikan ke arah Clara, lebih tepatnya ke arah roknya. Keadaan ini mestinya Clara segera merapatkan kakinya, namun ia tetap membuka lebar kakinya sampai-sampai gw menyaksikan bagian dalam paha mulusnya. Kalo gw lebih jongkok atau menyaksikan lebih lama mestinya gw dapat melihat celana dalamnya, tapi keadaan ga memungkinkan.Sambil menyatakan mata gw memandang seluruh mahasiswa, dan hingga akhirnya menyaksikan Clara. Ia tersenyum sebentar, senyuman sarat kode, lantas baru merapatkan kakinya. apa dengan kata lain ini? Kelas berlalu dengan kepala gw sarat pertanyaan apa maksud Clara. namun gw gak berjuang untuk memikirkannya terlampau dalam, barangkali ia Cuma menggoda.

Siang mengarah ke sore tersebut gw pulang guna mengambil sejumlah data. Daripada menggarap di kantin atau di kosan, gw lebih milih ngerjain di kantin sebelah. Sekitar jam 5 tetiba terdapat yang dateng nyapa gw “mas, ngapain?” Clara tetiba duduk di samping gw, dengan dua orang temannya. “ah ini, nugas” jawab gw sekenanya. Ia menyimak laptop dan setumpuk kertas di samping gw, “banyak ya?” tanyanya penasaran. “yah lumayan, namanya pun kerja” jawab gw seraya menghisap cerutu gw kembali. Gw memblokir laptop dan membereskan dokumen yang menumpuk. Kerjaan ini dapat nanti lagi, toh deadline masih jauh. “yaah kok dimatiin? Ganggu ya mas?” tanya Clara, “enggak kok, emang udah selesai” jawab gw. Clara lantas mengajak gw ngobrol, mulai dari hal-hal sepele, hingga ke pelajaran kuliah. Setengah jam berlalu, langit mulai gelap. Pembicaraan lagi menyenangkan, Clara menanyakan tidak sedikit hal mengenai gw, dan mengenai bu Laras. Ia penasaran laksana apa bu Laras, sebab beliau familiar di fakultasnya sebagai dosen yang menyeramkan.

“Clar, balik yuk” bisik temannya namun lumayan keras hingga gw denger. “lo duluan dah, gw ntar aja” tolak Clara halus. Temannya pergi, Clara mulai menanyakan gw lagi. Gw gabisa kabur dari matanya, dan masing-masing ia tersenyum mata gw laksana ditarik paksa guna terus melihatnya. Dan kesudahannya langit berubah gelap. “laper ga? Makan yuk” tanya gw yang mulai berasa laper. “mau siih… namun boseen mas di sini mulu” jawab Clara dengan muka manja. “ah saya 6 tahun di sebelah ga terdapat bosennya”. Pernyataan ini merangsang rasa penasaran Clara, “kok ga bosen? Bukannya kantinnya gitu-gitu aja ya?” tanya dia kemudian, “suasananya enak, jawab gw”. ia memutar matanya, agak bingung mungkin. “mau nyoba santap di sana?” tawar gw kemudian. “boleh boleh, yuuk!” Clara energik sambil unik tangan gw. lantas ia sadar, mencungkil tangan gw, agak tertunduk malu, “eh, maaf mas”. Gw mengenakan tas gw, dan memegang jemari Clara, “yuk, santai aja kali”. Clara menyambut dengan menggenggam tangan gw.

Ga lama emang kami bergandengan, gw langsung melepas tangannya sebab takut dengan regulasi kampus dan masalah profesionalitas. 10 menit berlangsung akhirnya kami hingga ke kantin fakultas gw. keadaan masih sama, tidak sedikit anak yang main gitar seraya nyanyi ga jelas. Kami duduk di pojok, agak jauh dari keramaian. Sambil mengunyah makanan masing-masing, Clara nampak bersenandung mengekor lagu. “enak ya ampe malem masih rame, pantes betah” celetuknya di tengah makan. “ya gtulah makanya betah”. Kami selesai santap dan melanjutkan obrolan. “mas, mengapa make blazer terus dah?” tanya Clara tetiba. Sebenarnya gw males buka-bukaan, namun yaudalah. Gw ga membalas tapi justeru membuka blazer gw. “ini kan ngelanggar aturan” jawab gw lantas sambil menunjukan tattoo di pergelangan tangan kiri gw. “cool!” Clara nampak hendak sekali sambil memegangi kedua tangan gw. “arti gambarnya apa mas?” tanya Clara yang gw jawab dengan makna tattoo pohon yggdrasil di tangan kiri gw. ia masih hendak sekali dan menanyakan mengenai tattoo, ia pun menceritakan sejumlah temannya yag mempunyai tattoo.

Perbincangan kami kian seru. Dan tetiba, “panas ya” seru Clara lantas sambil mengibas-kibaskan blazernya. “buka aja sih, ya panas lah, kantin” jawab gw sekenanya. Awalnya Clara nampak menolak, ia sedikit beranggapan kemudian membuka blazernya, ternyata kemeja yang dipakainya ialah kemeja tanpa lengan. Lengan putih mulus dan siluet unsur samping dadanya yang bulat membusung tampak jelas. Mata gw gabisa lepas dari dua bukit yang menjulang dan tampak jelas. Ga terasa masa-masa menunjukan jam 9. Clara menyuruh gw pulang. Gw menawari dia guna diantar pulang.

Gantian ia bangkit, menjulurkan tangannya, “yuk” ajak Clara seraya tersenyum. Gw bangkit dan meraih tangannya. Berbeda dari gw tadi, ia tidak mencungkil pegangan tangannya. Kami berlangsung bergandengan sampai sampai ke parkiran dosen. sebenarnya,dari ucapan-ucapan Clara, jarak kosannya dari kampus Cuma sekedar tembok kampus, tapi mesti muter sebab make mobil. Di jalan tetiba Clara merangkul tangan kiri gw yang emang steady di tuas gigi, “dingin banget sih mas mobilnya” kata Clara manja. Gw dapat merasakan dadanya menempel di lengan gw, tepat di atas sikut. “ya inginkan gimana, malem, buka jendela aja?” tanya gw kemudian dibalas dengan gelengan manja Clara. sepintas gw rasakan bra yang ia pakai bukan tipe bra yang bergabus tebal, jadi dapat terasa empuk-empuk dadanya. Sengaja gw naik turunin gigi, biar lengan gw bergerak menyenggol-nyenggol dada Clara. gw berpikir tadinya ga sengaja ia menyentuhkan dadanya, tapi sejumlah senggolan sampai yang sengaja gw bergerak bikin nyenggol, Clara ga mengolah posisinya. 15 menit dan kami hingga di depan kosan Clara yang ternyata Cuma berjarak 4 lokasi tinggal dari kosan gw. Malam tersebut gw kepikiran, sebenarnya mengapa Clara? apa dia suka ama gw? atau ini cerita lain mahasiswa menjilat dosen demi nilai? Entahlah.

Kamis malam, 2 hari setelahnya

Sekitar jam 10 malam di kosan, gw baru menyelesaikan sejumlah input data, dan bersiap streaming anime. Tetiba hape gw berbunyi, telpon dari Clara ternyata. “mas, maaf mengganggu, lagi di kosan ga?” tanyanya dengan suara yang agak bergetar seperti berakhir nangis. “iya di kosan ni, mengapa ya?” balas gw agak bingung. “Clara boleh ke sana ga? Plis banget mas plis, nanti Clara jelasin” gw gak tega dengan suara bergetarnya, pun sebab kosan gw bebas campur jadi ga masalah. Akhirnya gw iyain permintaan dia. Bakar cerutu sebatang dan gw turun (kamar gw di lantai 3). Baru gw hingga pagar, tampak sesosok gadis berjalan lumayan cepat. Menggunakan Celana pendek kain sepaha, kaos bali gombrong, dan jaket yang ga diresleting, dengan tas ransel di punggungnya. Clara berlangsung tergopoh, gw langsung mengajaknya masuk ke kamar gw.

“laptop Clara tetiba mati mas, ga inginkan nyala lagi, sebenarnya ada UTS dikumpulin kelak pagi, boleh pinjem laptop mas ga? Plis, Clara kerjainnya di sini deh” begitu masuk kamar, Clara langsung menyatakan maksudnya. Gw langsung mempersilahkannya make laptop gw. butuh dijelaskan, kosan gw emang agak gede, kasur single di pojok, laptop gw taro di lantai, nyangkut ke speaker luar sebab speaker laptop udah mati, dan Cuma dengan kipas laptop sebagai alasnya, praktis kalo inginkan ngerjain sesuatu ya tiduran, atau dipangku laptopnya.

“emang warnet seberang kosan mu penuh?” tanya gw membuka pembicaraan saat Clara sibuk ngeluarin kitab catetannya. “ga ada software statistik mas, Clara panik banget. Pinjem ya” balas Clara dengan nada masih panik. Awalnya Clara menggarap dengan memangku laptop, sebab emang gw larang guna narik ke manapun, lagi nyetel lagu. Ia nampak sedikit kendala mencocokan data di catatannya dengan yang dimasukan ke laptop, jdi gw ambil inisiatif ngebantu. Gw langsung pasang mode kerja, tengkurep menghadap layar.

“mas, agak panas ya?” tanya Clara tetiba seraya mengibas-kibaskan jaketnya. “yah emang kosanmu terdapat AC-nya, di sini mah makenya kipas” jawab gw seadanya. “boleh Clara lepas jaket?” ia meminta izin kemudian, gw melulu menjawab anggukan. Clara membubuhkan laptop di lantai, bangkit dan melepas jaketnya. Lengan putih tersebut nampak lagi. Baju yang ia kenakan ternyata nyaris tanpa lengan. Clara lantas malah tengkurap di samping gw, “pegel mas lehernya nunduk mlu, seraya tiduran gapapa ya?” tanyanya yang laksana ga perlu jawaban gw.

Gw laksana mendengar sejumlah kali samberan petir, yang lantas disertai guyuran hujan yang lumayan deras. Tapi keseriusan kami ga terganggu sebab deadline semakin dekat. Jam separuh 12, kesudahannya Clara selesai menggarap UTSnya dan mengirimkannya ke email dosen. “yah ujan mas?” tanyanya baru sadar kalo udah separuh jam lebih hujan deras. “kamu kemana aja? Fokus banget” jawab gw seraya noyor kepalanya. “yaah gimana dong, punya payung mas?” tanyanya agak cemas. “gapunya, lagian kosan anda kan deket, ujan-ujanan dikit gapapa” jawab gw sekenanya. “Clara sih gapapa, datanya basah gimana, masih bikin uas ini” serunya seraya menunjuk setumpukan kertas yang daritadi kami pelototin angka-angka di dalamnya. “yaudah tunggu reda aja dulu, ngapain kek” jawab gw seraya bangkit duduk. Clara masih asyik tengkurap. Tekanan dari badannya menciptakan dadanya mencuat ke samping terbendung bra, bokongnya membusung berani, bulat dan seperti mohon dicubit. Dalam hati uda hadir pikiran sekitar ini Clara memamerkan badannya, boleh gw jamah nih. Tapi gw buang jauh-jauh benak itu,gw Cuma dosen pengganti, kalo sampe Clara ngadu ke bu Laras berlalu semua karir nama baik gw.

“mas punya film ga? Nonton aja yuk” tanyanya tetiba. “film apa? bokep?” tanya gw mengupayakan mancing. “yee jangan, kalo tersebut entar Clara ga pulang”. Jawaban tersebut aneh, apa tersebut berarti kalo gw bikin dia terangsang dia rela gw tiduri? Ah setan kian merasuk. “tadi lagi inginkan nonton anime sih, tuh liat aja di tab” jawab gw kemudian. “wah mas ngikutin ini juga? Ih episode baru uda terbit ya? Mau dong inginkan dong” jawab Clara hendak sekali ketika menyaksikan tab anime yang lagi gw streaming. Akhirnya kami tonton lah tersebut film. “mas kok duduk? Clara tiduran aja gapapa kan?” tanyanya tetiba di setelah mengawali film. “pegel, sakit keteken gaenak” jawaban gw masih terus memancing. Pikiran gw udah mulai kotor terus ngeliat bokong dan dada yang terjepit itu. “hah sakit? Ooh dedeknya yaa… ahahaha” Clara laksana paham dan justeru bercanda. Kenapa pancingan gw terus-terusan disambut, hmmm. “iya lah, gede sih jadi ketindihan kan sakit,hahaha” jawab gw terus memancing. “hmmm sombongnya, segede apa sih?” tanya Clara nantang. Gw udah mulai frontal dan menjurus. “gede deh, masuk mulut anda mah ga muat” jawab gw sekaligus menantang. “dih, iya deh, mulut Clara yang kecil mas tersebut sih” jawabannya ternyata ga laksana yang gw harapkan. Gw kira dia akan nantangin. Gw patah akal, gw pulang nanya ke Clara, “kamu sendiri tengkurep gitu ga sesek?” gw nanya sekaligus tangan gw nunjuk ke arah dadanya. “hah?ini? engga sih, ga sesek Cuma ngganjel ajah” kata Clara seraya tangannya memegang dada unsur sampingnya.

bandarq terpercaya, agen dominoqq online, agen poker online, agen poker terpercaya, poker online, agen aduq online, bandar sakong online, agen dominoqq online, domino 99 online, agen bandarq online, bandarq online, agen bandarq 

Clara lantas bangkit, duduk di sebelah kanan gw. katanya sesek lama-lama tiduran. Ya okelah, kami lantas mulai menyaksikan episode baru anime tersebut. Baru selesai 15 menit tetiba petir menyambar keras, dan listrik langsung padam. “hiyaaaah gelap mas” sontak Clara tetiba. “trafo kesamber petir kali” jawab gw santai. “mas kok suaranya ilang juga? Speaker laptopnya kemana?” tanya Clara yang menyadari film yang kami tonton tetiba mute. “rusak speakernya, makanya make speaker luar” jawab gw. “oh” Clara membalas seperti kehabisan stok pertanyaan. Ruang gelap gulita, cahaya Cuma dari layar laptop. Kami berdua diam menyisakan berisik guyuran hujan menghujam talang air dan atap mobil.

Gw memandang Clara, ya melulu wajahnya yang tampak jelas disinari layar laptop. Clara laksana sadar pandangan gw ga bergerak dari wajahnya, “kenapa mas? Liatin aja” tanyanya. “cakep pun kamu ya” jawab gw sambil memandang lurus matanya. “dih kemana aja sebulan lebih tiap selasa ngeliat?” candanya seraya sedikit tertawa. “selama ini terdapat pengalih terus kan, kini Cuma anda yang keliatan, ternyata cantik” jawaban gw bernada serius, meredakan tawa kecil Clara. ia pun memandang lurus mata gw. perlahan tangan gw merangkul Clara, tak terdapat perlawanan.

Kami berdua diam saling berpandangan. Tangan gw naik sampai ke belakang kepalanya, sedikit mengelus rambutnya dan perlahan unik kepalanya mendekati gw. sedangkan tangan kiri gw perlahan memblokir layar laptop. Cahaya semakin meredup sebab mengarah kian ke bawah, temaram gw dapat melihat mata Clara perlahan tertutup saat kepalanya semakin mendekati kepala gw. tak terdapat perlawanan sama sekali. Dan layar laptop telah sepenuhnya tertutup, ruangan ini gelap gulita tepat saat bibir gw menyentuh bibir Clara. tarikan napas lumayan panjang sayup terdengar salah satu guyuran hujan saat bibir kami bersentuhan. Tak terdapat penolakan, gw mulai melumat bibir Clara. bibir mungil tersebut tidak banyak terbuka, memberi ruang guna lidah gw bergerilya masuk, yang langsung disambut oleh lidahnya yang laksana sudah tidak sabar.

Di tengah silat lidah ini, tangan Clara perlahan merangkul gw. tangan kanan gw masih menyangga kepalanya guna ga berhenti berciuman. Napasnya terdengar kian cepat. Tangan kiri gw yang telah bebas tugas perlahan mengelus perutnya, paling perlahan naik sampai bagian bawah dadanya. Mencari lampu hijau, gw colek-colek tidak banyak dadanya. Bukan penolakan yang gw dapat, namun tarikan napas cepat saat gw menyentuh dadanya. Ini pertanda yang gw cari. Jemari gw langsung tersingkap lebar, gw angkat tidak banyak dan langsung meremas dada kanan Clara. “mmmmhhhhhh” Clara melenguh di tengah ciuman kami yang semakin intim. Gw menyedot paksa lidah Clara masuk ke rongga mulut gw.

“ngghh nghhh nghhh” Clara mendesah teratur saat gw meremas dadanya dari luar kaos. Tangan kiri gw berhenti meremas dada Clara dan mulai bergerilya ke balik kaos. Perlahan gw sentuh perutnya, terus naik ke atas. Niat gw inginkan masuk langsung ke balik bra, ternyata sempit banget, paling sulit guna dijamah. Clara tetiba tidak banyak mendorong gw, sampai melepaskan ciuman kami. “susah ya?” tanyanya seraya sekelebat gw menyaksikan tangannya menuju punggungnya. Ia lantas menurunkan tali bra dari lengannya. setelah mencungkil kedua sisi tali bra dari tangannya, Clara langsung merangkul gw dan melumat binal bibir gw. tangan kanan gw merangkul punggung Clara, dan tangan kiri gw pulang bergerilya masuk ke balik kaosnya. Ketika gw mendapati bra Clara telah turun, langsung gw tarik terbit dan gw lempar sembarangan. Tangan kiri gw langsung bergerilya masuk pulang dan meremas dadanya. “aaaaahhhhhh” mendadak Clara melepas ciumannya guna melenguh panjang. Kemudian ia pulang melumat bibir gw, lidahnya binal menari di dalam mulut gw saat tangan kiri gw bermain di dadanya, meremasnya sampai mencubit putingnya. Clara merangkul gw erat, menciptakan tangan kiri gw terjepit salah satu dadanya, gabisa melakukan apa-apa kecuali meremasi kedua dadanya. Sementara mulut kami terkunci dalam satu ciuman yang makin memanas.

Perlahan gw mencungkil ciuman kami, kepala gw turun. Clara mencungkil rangkulannya. Kedua tangan gw meremas dada Clara sambil menolak kaosnya ke atas. Kepala gw perlahan menuju dada kirinya. Clara nampak paham, ia langsung menaikan kaosnya melalui kepalanya dan membuangnya entah kemana. Gw gigit kecil puting kirinya seraya gw remas dada kanannya. Bergantian perlakuan ini ke dua dadanya seraya sesekali gw isap putingnya kuat-kuat. “aahhh maaaas, enak banget siih…aaaaahh” Clara melenguh, meracau sejadinya saat putingnya gw isap kuat-kuat. Di tengah permainan ini, tetiba listrik pulang menyala. Mata gw laksana kena blitz, cerah sesaat baru lantas jelas gw lihat puting pink yang telah mencuat dari dada putih bulat membusung. Gw lantas menyelesaikan permainan, berkeinginan melihat ekspresi Clara.

Clara nampak agak malu, barangkali listrik yang menyala laksana menyadarkan dia sesaat, tetapi libidonya sudah paling tinggi, wajahnya sayu. “kenapa mas?” hardik Clara saat gw menyaksikan wajah cantiknya dalam keadaan terang benderang. Semua tampak jelas, bra putih dan kaosnya yang bergeletakan pun kembali terlihat. “ga Cuma mukanya cantik, dadanya pun bagus banget sih kamu” puji gw. Clara tidak banyak tersipu, “ah dapat aja mas”. Beberapa detik kami pulang saling diam, agak kikuk mesti melanjutkan permainan atau bagaimana. Hingga tetiba tangan Clara menuju selangkangan gw, dan langsung mengusap-usap penis gw dari luar celana. “mana yang katanya ga muat di mulut, Clara inginkan coba dong” goda Clara seraya tangannya mengusap-usap penis gw. matanya paling sayu, ia kemudian pun menggigit bibir bawahnya sesudah bicara. Libidonya jelas sudah paling tinggi.

Gw langsung melempar badan gw telentang di lantai, memberi kemerdekaan pada Clara guna ngapa-ngapain gw. ia lantas duduk di samping gw, tangannya mengelus-elus penis gw dari luar celana. Ia lantas menurunkan tidak banyak celana dan cd gw, membut kepala penis gw hadir dan batang penis terjepit celana. Kemudian menjilati perlahan kepala penis gw. sesekali Clara ngeliat gw seraya tersenyum menggoda. Seperti puas ngebuat gw kentang, baru ia lantas menurunkan celana gw, dan melemparkannya sembarangan. Ia pun menaikan tidak banyak baju gw biar ga merintangi penis. Penis gw tegak berdiri, dan Clara agak terbelalak. “gede ya, muat ga nih” entah ini ekspresi kaget pribumi atau semacam lip service. Ia lantas beranjak duduk salah satu paha gw.

Tangannya mengocok pelan penis gw seraya perlahan Clara mendekatkan wajahnya. Kembali ia menjilati kepala penis gw. baru lantas mulutnya tersingkap lebar dan perlahan memasukan penis gw ke mulutnya seraya tangannya tetap mengocok pelan batang penis gw. Clara mengulum perlahan, kepalanya naik turun. Ketika kulumannya makin dalam, tangannya beranjak turun dan mengaduk-aduk kedua biji gw. 3 menit berlalu, kepalanya kian cepat bergerak naik turun. Tangannya bertopang di panggul gw. penis gw berasa hangat meski sesekali terantuk gigi. sekeras apapun Clara berusaha, kapasitas mulutnya melulu sampai ¾ penis gw. “phuaaaahh, susaaah” seru Clara sambil mencungkil kulumannya. gw tersenyum ngocol, “ga muat kan”. Clara nampak tidak banyak cemberut, merasa dirinya tidak berhasil  menerima tantangan. Rautnya tetiba berubah tersenyum, “Clara tau caranya, tentu muat ampe ujung”. “gimana?” tanya gw sekaligus nantang. “mas tutup mata dulu, rahasia ini, pokoknya ampe ujung” pinta Clara seraya menaikan kaos gw. tepat saat leher kaos melalui hidung ia berhenti. Membuat mata gw ketutup dan kedua tangan gw menuju atas. “janji gaboleh liat, pokoknya Clara marah kalo mas liat” rajuknya. “iya, jajaki mana trik rahasianya” tantang gw. emang mata gw ketutup sama sekali, gw gabisa ngeliat apa-apa seperti ketika gelap tadi. Gw dapat ngerasain tangan Clara mengocok perlahan penis gw. lantas melepasnya. Kok gw jadi ga diapa-apain gini? “Clara mana triknya?” tanya gw seraya meyakinkan Clara ga pergi. “sebentar mas” jawab Clara seraya gw rasakan tangannya pulang mengocok penis gw namun dengan posisi yang aneh. Gw menikmati genggamannya aneh.

tetiba bleeesss…”hhhhaaaaahhhh”Clara melenguh kencang bersamaan dengan gw menikmati penis gw masuk ke suatu goa yang paling sempit, hangat, berlendir dan berdenyut di semua sisinya. Gw langsung menaikan kaos gw dan membuangnya, tidak banyak bangkit dan gw lihat Clara berjongkok menghadap gw, telanjang bulat tanpa apapun menutupinya lagi. nampak vagina berwarna coklat muda yang diisi bulu-bulu halus. Penis gw sepenuhnya tertanam ke dalam vagina Clara. ia lantas tersenyum puas dengan wajah yang sudah paling sange. “muat kan mas ampe ujung” katanya seraya perlahan bergoyang naik turun. “iya muat ampe ujung, namun curang, tersebut bibir bawah, bukan bibir atas” gw masih berjuang bicara di tengah kesenangan luar biasa ini. “sshhh…ahhh… gapapahhhh…lebih enak pun kan, ahhhh” Clara berjuang menggoda gw seraya bergoyang naik turun. “ahhh, iya enaak” gw udah gabisa nahan lagi, dinding vagina Clara terus mengurangi penis gw, menciptakan sensasi yang paling nikmat.

Setiap kali Clara bergerak turun, gw hentakkan bokong gw ke atas, menjadikan gerakan gw dan Clara saling berlawanan. Setiap hentakkan yang terjadi Clara tidak jarang kali melenguh kencang. “aaahh…uuhhh… mhhh…enaak maaas”. Kedua tangan gw pun meremas dada Clara yang berguncang liar, seraya sesekali mencubit putingnya. 10 menit berlalu, “ahh maasss keluaaar” Clara melenguh kencang, dan satu hentakkan keras terakhir menciptakan tubuhnya membusung dan bergetar. penis gw berasa dimandikan oleh cairah hangat yang menyiram di dalam vagina Clara. Clara langsung tumbang ke depan, gw menahannya dan langsung memeluknya. “enaak banget mas…enak banget” bisik Clara. gw peluk dia dan membalik posisi, ia sekarang di bawah. Kakinya gw topang di bahu gw. perlahan gw pompa Clara. “ahh iya mas teruss…ahhh” Clara meracau sejadinya saat gw mempercepat gerakan gw. bermain di rpm tinggi menciptakan Clara meracau semakin aneh, “ahhh teruss… fuck..yess..ahhh…” lengkingan, racauan, dan lenguhan menyatu dengan napas yang makin cepat dan hujan yang masih deras.

Sekitar 10 menit hingga gw menikmati gw nyaris keluar. “ahhh mas mau terbit lagi” Clara bersiap guna orgasme keduanya, juga gw menikmati udah di ujung. Kaki Clara tetiba turun dan menyilangkannya di punggung gw, mengunci posisi gw sekarang. “terus maas Clara inginkan keluaar” Clara meracau makin binal ampe gw mesti nyium dia untuk memblokir mulutnya. Kakinya mengunci di punggung gw, tangannya mengikat leher gw guna ga mencungkil ciuman, dan tubuhnya bergetar hebat. Gw menikmati penis gw laksana dipijat, semua dinding vaginanya berdenyut, menciptakan vaginanya kian sempit dan memberi pijatan hebat ke semua penis gw. “sssshhhaaaaaahhhh”Clara mendesah lemas disertai dengan guyuran cairan hangat. Dan gw menjangkau ujungnya, “ra, inginkan keluaar” gw memperlambat gerakan gw, bersiap menarik keluar penis gw. namun kaki Clara mengikat gw kian kuat, bokongnya bergoyang seperti mohon untuk gw pompa lebih cepat. Tangannya mengunci di tengkuk gw. ia mencungkil ciumannya, berbisik di telinga kiri gw “ga mau,ahhh… ga boleeeh,ahh… entot teruus…jangan dilepas…ahhh” gw hilang akal, gw pompa Clara secepat dan sekeras yang gw bisa. “aaahhhh iyaaaahhhh…teruuus” Clara makin meracau. Gw gabisa nahan muatan penis gw lagi. Satu hentakan terakhir penis gw masuk sedalam barangkali ke vagina Clara, dan langsung memuntahkan lava putih hangat di liang rahim Clara. tubuh gw bergidik, 7 semprotan bersarang dalam vaginanya. “aaaaaahhhh enaaaaak” Clara mendesah dan meracau saat ia gw rangkul erat seraya penis gw memuntahkan semua muatannya.

Setelah yakin seluruh muatannya keluar,Clara baru melepas semua kunciannya dan baru gw cabut penis gw. gw duduk salah satu paha Clara, menyaksikan lava putih perlahan meleleh terbit bercampur cairan hangat dari vagina yang menganga. Tangan Clara menengadah ke atas mohon gw memeluknya. Gw istirahat di sampingnya dan mendekap Clara erat. Kami pulang berciuman sebentar. “enak banget mas, sumpah demi apapun enak” puji Clara. gw melulu menjawab dengan senyuman. Beberapa menit memenuhi tenaga, Clara lantas bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci vaginanya. gw pindah tiduran di kasur. Pikiran gw baru agak jernih, inget kalo gw buang muatan di dalam. Deg-degan pun sih. Clara terbit dari kamar mandi, gw masih ga berani bilang apa-apa. ia lantas duduk di bibir ranjang. Melihat gw dengan mata sarat kepuasan, lantas pandangannya perlahan turun ke penis gw yang telah menyusut. Ia lantas membelai penis gw. “ntar kalo udah gede, ngentot lagi ya… Clara ketagihan” goda Clara. “itu, peju, gapapa?” gw panik sampe gabisa ngomong kalimat lengkap. Clara tersenyum, “kondom tersebut proteksi lemah, tidak jarang sobek, kalo KB 99% aman”. Dan gw dapat napas lega atas jawaban itu, layak Clara pede banget guna gw terbit di dalam.

Hujan masih menyiram deras, dan waktu telah menunjukan tengah malam. Clara merebahkan dirinya di samping gw, di kasur yang sempit ini sampai-sampai kami mesti istirahat miring supaya muat. Clara tiduran membelakangi gw. “mas, Clara boleh nginep aja ga? Udah tengah malem” ujarnya tetiba. Gw merangkul perutnya seraya membalas, “baru inginkan minta anda nginep aja daripada tengah malem pulang, hahaha”. Clara tetiba membalikan tubuhnya sampai-sampai tidur oleng menghadap gw. “iya mas boleh? Asyik” serunya lantas mengecup bibir gw, kemudian tersenyum manja. Tangan gw beranjak naik dan mengelus rambutnya. Gw lantas tidur telentang, tangan kiri gw menjadi bantal Clara, ia istirahat sambil mendekap gw. tangan kiri gw mengusap-usap rambutnya. Malam makin larut, kami istirahat tanpa mengenakan apapun yang menutupi tubuh kami. ga perlu waktu lama sampai Clara terlelap, barangkali ia telah kelelahan.

Pagi menjelang, gw bangun dan menyaksikan jam, baru jam 6. Clara telah tidur berubah posisi, oleng membelakangi gw. perlahan gw rangkul perutnya, berbisik di telinganya. “Clara, udah pagi, bangun”. Ia masih pulas tertidur. Beberapa kali gw membangunkannya dan tidak terdapat respon. Perlahan gw berbisik, kemudin iseng gw mengendus di lehernya. Clara bergidik tetapi masih pulas. Tangan kanan gw naik perlahan dari perutnya, mengarah ke dadanya yang tumpah ruah. Gw elus perlahan, masih ga terdapat respon. Gw lantas cubit pelan putingnya. “mmhh…” Clara bergidik seraya sedikit mendesah. Beberapa kali gw cubit perlahan putingnya, lantas gw remas pelan dadanya, kiri kanan bergantian. “mhhh, aaahhhh” Clara mendesah seraya masih terlelap, jadi laksana mengigau. Gw mainkan kedua putingnya, seraya gw jilati lehernya. Clara semakin mendesah, tetapi belum terdapat tanda ia bangun. Tangan gw turun dari dadanya mengarah ke bokongnya. Gw cubit bokongnya, dan ia masih pun belum bangun. Kemudian tangan gw turun tidak banyak ke selangkangannya, gw elus vagina yang mengintip salah satu kedua belah bokongnya. “ahhhh…ahhh” Clara mendesah, bokongnya bergoyang mengekor pola elusan | belaian | belaian jari gw di bibir vaginanya. gw lantas memainkan Clitorisnya yang terjepit salah satu bibir vagina dan pahanya. “aaahhhh…mmmmm” desahan Clara kian mejadi, tubuhnya bergoyang, tetapi masih laksana orang mengigau. Vaginanya perlahan basah, dan bahkan sudah nyaris banjir.

Penis gw udah berdiri tegak, antara sange dan berdiri saat pagi. Gw selesaikan gesekan jemari gw di vagina Clara. gw lantas memegang penis gw, mengarahkannya ke antara dua bokong Clara. gw gesekan perlahan penis gw di bibir vagina yang mengintip tersebut. “mmhhh” Clara mendesah kembali, disertai bokongnya yang bergoyang perlahan. Gw mengira-ngira di mana letak lobang vaginanya, gw arahkan kepala penis gw tepat di depan lobang vaginanya, dan perlahan gw memasukan penis gw ke dalam vagina Clara. kepala penis gw sekarang sudah masuk, menyisakan batang penis yang telah keras di luar. Tangan kanan gw lantas meremas melebarkan bokong Clara dan dengan kekuatan sarat gw benamkan semua penis gw ke dalam vagina Clara. “huaaaaahhh” Clara tidak banyak berteriak saat sodokkan gw langsung menenggelamkan seluruh penis gw ke dalam vaginanya yang telah basah. Langsung gw sodok cepat Clara. posisi ini menciptakan vaginanya terasa lebih sempit. Penis gw seperti diapit oleh ruang hangat yang sudah basah. Tangan kanan gw naik dan langsung meremas dada Clara.

Beberapa lama gw menggoyang Clara barulah ia bangun, “mmhhh aaahhh maas enaaaak, teruuus” Clara bangun langsung meracau. Tangannya langsung merangkul kepala gw. tangan gw lantas mengusung kaki kanan Clara, membukanya lebar, lantas tangan gw langsung menyusup ke perutnya dan turun ke vaginanya. di balik rambut-rambut halus vagina tersebut gw mainkan Clitoris Clara seraya masih memompanya. Kepala Clara menengadah seraya terus meracau “hhhaaaahhh teruus… teruus mas teruus, Clara inginkan pipis”. Beberapa sodokan kencang menciptakan tubuh Clara membusung, tangannya kencang merangkul kepala gw, tubuhnya bergetar, sesaat lantas gw menikmati penis gw disiram cairan hangat yang begitu deras disertai lenguhan panjang Clara. meyakinkan ia berlalu orgasme baru gw cabut penis gw, dan cairan putih mengalir terbit vaginanya, mengairi bulu-bulu halus yang telah lembab. Gw lantas membalik tubuh Clara, memeluknya erat dan menghirup bibirnya mesra, “selamat pagi Clara”. Clara tersenyum manja, ia mendekap gw erat sampai-sampai penis gw yang masih berdiri tegak menempel di perutnya. “pagi mas, pagi-pagi Clara udah dientot aja mas” timpalnya seraya tersenyum manja. “ya anda dibangunin ga bisa, memek udah basah, tusuk aja lah, hehehe. Marah ya?” balas gw kemudian. Clara menggeleng, “enggak, alarmnya enak banget mas. Clara biasa bangun sebel kalo bunyi alarm, kalo ini enak”. Jawaban diiringi dengan tawa kami pagi itu. “kamu enak, mas kentang nih” timpal gw. “uuu kaciaan dedeknya belum terbit yaa” canda Clara seraya tangannya perlahan mengocok penis gw yang masih berdiri tegak. “masukin lagi ya?” tanya gw mohon ijin. Clara bangkit duduk seraya tangannya masih memegang penis gw. “bukan ga inginkan mas, Clara lemes entar gabisa kuliah, disepong aja yaa?” jawabnya. Yang tanpa menantikan balasan gw, wajahnya menuju penis gw dan langsung menjilati kepala penis gw. perlahan Clara mengulum penis gw seraya tangannya mengocok batang penis gw. kuluman yang sarat gairah disertai lenguhan-lenguhan yang dapat gw dengar di sela-sela kulumannya.

Clara lantas memposisikan tubuhnya berlutut salah satu paha gw. ia melepas kulumannya, mendirikan penis gw, lantas menjepitnya salah satu kedua dadanya. Ya, dada Clara lumayan besar untuk dapat benar-benar mengapit penis gw dan mengocoknya. Namun posisi ini keliatan sulit buat dia. Jadi gw mohon ia berhenti dan istirahat telentang di lokasi gw. lantas gw berlutut di atas perutnya, ia pulang menjepitkan dadanya di penis gw. gw bergerak maju mundur beraturan dengan pola Clara mengocokkan dadanya. Sesekali kepalanya berjuang menjangkau kepala penis gw. agak sulit keliatannya namun ia sukses mengulum kepala penis gw seraya dadanya mengocok penis gw. sensasi menarik ini menciptakan gw paling bergairah. Dan tak butuh waktu lama guna gw hingga ke puncaknya. “ahhh inginkan keluaar” dan crot crot crot crot empat semburan bersarang ke wajah cantik Clara. ia menjilati sperma gw yang mendarat di dekat mulutnya. Clara tersenyum puas dengan wajah belepotan sperma.

Rehat sejenak baru kami lantas mandi. Jujur kamar mandi gw ga lumayan lebar untuk dapat dipakai berdua. Sehingga tak tidak sedikit yang dapat kami lakukan. Setelah Clara mencuci sperma gw yang mulai mengering di wajahnya, kami menyiram badan masing-masing. Clara menuangkan sabun di dadanya, dan memakai dadanya guna menyabuni gw. ia menempelkan dadanya di semua tubuh gw, lantas berlutut dan menenggelamkan penis gw yang masih tertidur di dadanya. “dedek bangun dedek” candanya seraya menggosok-gosokan dadanya yang sarat sabun di penis gw. “jangan ganggu dedek tidur, ntar kalo bangun anda lemes” balas gw disertai tawa Clara. berlalu menyabuni gw. Setelah tidak banyak membilasnya, gantian gw menuangkan sabun di telapak tangan gw dan mulai menyabuni tubuh Clara. ia berdiri membelakangi gw. gw oleskan ke semua tubuhnya, dan terakhir dadanya. Gw mengolesi seraya meremas-remas dadanya. Tubuhnya mencilat, air bercampur sabun diterpa cahaya. Membuat perlahan penis gw bangkit kembali. Gw lantas mencoba memungut sikat gigi, tetapi sengaja menjatuhkannya. “yah ambilin dong tolong” pinta gw. Clara membungkuk berjuang mengambil sikat gigi yang terjatuh, dengan cepat gw arahkan penis gw yang telah meninggi ke vagina clara, “aaaaahhhhhhh” Clara melenguh kencang saat penis gw menyeruak masuk ke dalam vaginanya. tangannya yang semula hendak mengambil sikat gigi langsung bertopang ke tembok. Gw memegang panggul Clara sebagai andalan dan langsung memompanya perlahan. “sshhh aahhh alibi banget ngambil sikat gigi maas…ahhh” Racau Clara menyadari permintaan gw Cuma alibi. “ahh mas, enak…ahhh, udah jam segini mas…ahh” Clara meracau keasyikan namun pun menyadari jam kuliahnya nyaris tiba. Baru selama 3 menit gw cabut penis gw. ga enak pun kalo dia ampe ga masuk kuliah, kentang sebenernya sih, tapi inginkan gimana lagi. Clara bangkit, membilas tubuhnya. Kemudian berbalik dan langsung menghirup gw. lidahnya langsung binal menyeruak. Gw menjawab pelukannya, seraya meremas bokongnya. Cukup lama kami berciuman, sampai Clara yang mencungkil ciuman kami. ia lantas menggenggam penis gw, “sabar ya dedek, nanti Clara puasin anda deh” ujar Clara. “janji?” tanya gw kemudian. Clara membalasnya dengan senyuman nakal, lalu mendekap gw.

Selesai mandi kami bergantian handukan. Keluar kamar mandi gw duduk di bibir ranjang. Gw memandanginya yang sedang mengeringkan tubuhnya. Ia sadar kalo pandangan gw tertuju padanya saat ia akan menggunakan celana dalamnya, “kenapa mas?” tanyanya. “yah anda make baju, inginkan liat anda telanjang lebih lama” jawab gw seraya terus memandangi dadanya yang berguncang liar. “iya mas entar anda main lagi, puasin deh liat Clara telanjang” jawabnya seraya berpakaian. “masih lama ya? Pengen terus liat anda telanjang aja boleh?” tanya gw diselingi tidak banyak tawa. “yeeh masuk angin dong clara kalo telanjang terus” jawab Clara separuh bercanda. Selesai berpakaian, kami lantas turun. Gw mengantar Clara ke kosannya, guna berganti baju dan menyiapkan bawaan kuliahnya. Kemudian berangkat mengarah ke kampus.

No comments:

Post a Comment