Aku punya rekan baik, sahabat karibku di kantor. Sekarang dia telah pindah ke kantor beda yang menawarkan offering lebih bagus. Tapi kami masih bersangkutan baik sebab kami berdua punya side job sebagai fotografer pre-wedding. Dari sinilah aku jadi akrab dengan keluarganya, meskipun kebalikannya tidak.
Aku yang bermukim sendiri merantau di Jakarta tidak tidak sedikit yang dapat dishare ke temanku ini, malah malah mereka yang kuanggap sebagai keluargaku. Dengan kekariban kami, aku pun kenal baik dengan istrinya. Mereka menikah 3 tahun yang lalu. Namun sampai kini belum dikaruniai dengan buah hati oleh Tuhan.
Mereka biasanya ribut dan kawanku ini suka curcol soal urusan ini. Hingga sebuah ketika, sehabis sesi potret prewedding di wilayah Pantai Indah Kapuk, kawanku berbicara “Bro, gw udah kenal lo berapa lama sih?” “Ya dari gw masuk PT XYZ, lo kan udah lama disana yang punya kantor. mmmm… berapa lama ya? 5 tahun kali?” “Iya, sekitar ini gw udah nyaman banget bersama sama lo, kerja sama lo, gila2an pun sama lo” Heummmm… apaan nih, jangan2 ntar dia bilang, dia gay trus suka sama gw x____X. “Wah mengapa nih bro, tumben2an lo mengherankan begini?”
“Gini bro, gw terdapat satu permintaan sama lo. Lo tau kan gw sama istri gw udah 3 tahun married namun belom punya anak. Gw berdua udah periksa ke dokter dan situasi gw sama istri gw sebenernya sehat kok” “Yaaaudahalaaah” kupikir dia inginkan bilang apaan. “Mungkin emang belom dikasi sama Tuhan, kali lo diajak senang-senang dulu bro, lo berdua kan kerja, jabatan oke, gaji pun oke, lo berdua bahkan tidak jarang jalan-jalan terbit negeri” Memang betul bahwa karibku dan istrinya ini dari sisi karir berhasil luar biasa.
Sejak pindah ke kantornya yang baru, dia langsung melejit dapat menduduki posisi Senior Manager yang paling diandalkan oleh Dewan Direksi. Istrinya juga begitu, tidak jarang kali dengan gampangnya memuluskan deal-deal perusahaan, maklum istrinya bekerja di bidang penyaluran komponen pembangkit listrik. Kebayang dong margin mereka gimana?
“Yaaah bukan gitu bro, gw ngerasa hidup gw hampa aja gak terdapat anak, istri gw pun ngerasa begitu.” “Yah, terus gimana bro, barangkali lo jajaki usaha lagi aja sekitar 1 tahun maybe” “gak dapat bro, istri gw udah nyerah”. “Oookkkeeeey, trus permintaan apaan yang lo maksud?” “Gini….” dia berhenti sejenak tidak melanjutkan kalimatnya. “Gini….” “eaaaahhhh…. lama daaah” “Iye iyeee, gini, gw minta pertolongan lo untuk buat istri gw hamil.” And I said WHATTT???? “Serius bro, lo tidak boleh becanda deh, aneh2 aja.” aku terhenyak mendengar permintaan dia. Gila aja, ini kan sama aja aku menghianati karibku sendiri, seseorang yang telah kuanggap kakak. “Seriusan ini…. gw udah diskusi panjang lebar sama istri gw soal ini.”
“Gak dapat lah bro, tak waras aja lo, gw bukannya gimana2, hanya men, lo sama gw kan udah temenan lama, gw udah anggap lo kayak abang gw sendiri, mmmm…. gak ada pilihan lain apa? andaikan bayi tabung?” “gak lah, bayi tabung kemahalan, gw udah konsul sama sejumlah dokter di Indonesia sama di Singapore, biayanya gede banget, dapat dapet Honda Jazz gw, belum lagi rasio keberhasilannya hanya 65.
Gw gak dapat ambil chance hanya segitu” Kawanku ini seorang akuntan yang handal, semuanya dianggarkan dari sudut pandang matematis. Pernah kami backpackeran ke Indonesia Tengah (Bali, Lombok, Flores, Timor) yang terdapat kalo backpackeran kan ngegembel, seadanya duit. Ini dia nggak, seluruh tercatat rapi, tips tukang parkir, ongkos kereta, ongkos ferry dll.
“Yaaa, apakek, mmm…. adopsi gimana?” “nggak lah, anda gak tau orang tua si anak ini kayak gimana” “Yang nentuin sikap anak tersebut bukan siapa ortunya, namun lingkungan dia? gw yakin kal… ” kawanku sudah mencukur tidak inginkan mendengar “Gini bro, gw bukannya sembarangan mohon tolong sama lo, gw udah tau background lo, gw diam-diam research mengenai lo, family lo, riwayat medis lo jangan tanya gimana caranya, diperbanyak lagi, gw udah kenal sama lo udah lama banget, lo orangnya gak macem-macem yaaah bandel2 dikit okelah hanya kan gak parah2 amat, lo kenal baik sama istri gw, lo kenal sama bokap nyokap gw, adek-adek gw. Ya kalo lo inginkan masuk Kartu Keluarganya bokap gw, tentu dengan senang hati mereka nerima. Intinya, gw udah bicarain masalah ini panjang lebar, pro-kontra, konsekuensi dan segalanya sama istri gw dan anda berdua setuju”
“Oke, kalo boleh tau emang yang milih gw siapa, lo apa istri lo?” “kita berdua spontan kalo nggak terdapat kandidat yang lebih tepat di samping lo” Wah terharu aku mendengarnya. “Gw gak dapat mikir kini nih bro, lo boleh kasi gw waktu bikin mutusin ini gak? ini rada mengherankan dah permintaannya.”
Diam-diam setan, aku memang mengagumi istri kawanku ini. Bisa dibayangkan lah perempuan muda, mmmm gak terlampau muda sih sebab umurnya kini sudah 32 tahun, umurnya lain 5 tahun dengan umurku, berpenampilan layaknya eksekutif muda, masing-masing kali bertemu bila dia menjemput kawanku ini, dia selalu memakai blazer kantoran yang malah menonjolkan sex appealnya. Kulitnya tidak terlampau putih, tetapi bersih, rambutnya dicukur sebahu, badannya pun gak terlampau langsing.
Tingginya semampai, ideal bila diacuhkan mungkin tingginya sedaguku. Tapi the main attractionnya ialah her boobs. Her big melon boobs. Aku perkirakan barangkali ukurannya telah 34D. Mungkin pun besarnya ini ditunjang oleh body mass dia yang memang tidaklah kurus. Bahkan dalam balutan blazer kerja resmi juga yang paling tertutup, siluet bongkahan gunung kembarnya laksana menyihir guna memandangi.
Makanya masing-masing kali aku ngobrol dengan istri kawanku ini, aku selalu konsentrasi dengan ngobrol sambil menyaksikan ke pangkal hidungnya. Aku terlalu fobia untuk eye contact, tapi pun tidak inginkan mataku jelalatan ngeliatin toket gedenya. by the way, namaku Rendi, karibku ini mempunyai nama Wein sementara istrinya mempunyai nama Novi.
Sudah nyaris dua minggu aku memikirkan urusan ini tidak kunjung tuntas. Aku tau gimana nikmatnya menggenjot tubuh Novi dengan sepenuh nafsu, lagipula udah dapet izin dari suaminya. Namun aku masih merasa terdapat yang mengganjal. Aku tetap merasa tidak enak dengan Wein. Wein ini baik sekali denganku, benar-benar laksana abang sendiri. Sudah tidak terhitung berapa kali dia meminjamkanku uang guna utang2ku, meminjamkan mobilnya, meminjamkan perlengkapan kameranya. Bahkan dapat dibilang, side job fotografer pre-wedding ini modalnya dari dia sementara aku modal dengkul saja.
TINUNINUNG BBku berbunyi tanda pesan baru diterima. Dari Wein. “Bro, gimana nih, udah terdapat keputusan belom?”. Aku belum membalas, tapi tentu di ujung sana, dia telah tau bila aku sudah menyimak pesannya. TINUNINUNG pesan baru masuk lagi. “Bro, please lah, help me, I have never ask you for any help. Gw bukannya inginkan ngungkit2 apa yang udah gw pernah tolong ke lo. Tapi please…” Mungkin bila orang beda yang menyimak pesan tersebut akan terbaca bahwa Wein ini pamrih dalam memberi bantuannya. Namun tidak bagiku, aku tau serupa aku telah berhutang tidak sedikit dari kebajikan yang diserahkan Wein. “Oke bro, gw setuju. I hope this is not one of your sick jokes.” “GREAT!!!! gw kabarin istri gw.”
Hari tersebut hari Rabu, kami janjian guna ketemuan di Plasa Senayan (PS). Aku tidak jarang kali suka PS, sebab gak terlampau crowded, jadinya guna nongkrong juga enak. Kami janjian di food court. Aku sudah menantikan agak lama nyaris 20 menitan, cemilan french friesku juga udah nyaris habis, mendarat ada yang menepuk pundakku dari belakang “Hi Ren..!” salam Novi kepadaku dia mendarat dengan Wein dari arah belakang.
Aku kali ini benar-benar canggung bertemu dengan mereka, tidak seperti seringkali “Eeehh hai.. Mbak” “Mbak? Mbaak? semenjak kapan anda manggil aku Mbak?” protes Novi kepadaku “Grogi dia” celetuk Wein. Dan memang benar, aku lagi super grogi, tanganku mendadak berkeringat basah dan aku salting. “Ren, udalah nyantai aja.” “eeeh iya Novi” “Novi? duh anda rileks deh, sekali2nya anda manggil aku Novi” Betul, aku tidak jarang kali memanggil Novi dengan panggilan teteh. Karena dia dan Wein lebih tua daripadaku, lebih tua 5 tahun.
“So…” ujarku “Iya, so….” Novi mengulang kata-kataku dengan sarat semangat dan senyum. Aku hingga takut tidak boleh sampai Wein cemburu, namun nampaknya Wein oke oke saja. Wein menimpali “Makasih banget bro lo inginkan bantuin gw, ya yang kayak gw cerita, anda perlu pertolongan lo untuk…. untuk…. ya you know” “Iya, gw ngert, trus gimana prosesnya nih. Apa gw dateng tiap hari apa, berkala. kemudian ML. atau lo terdapat di situ ngeliatin gw sama teteh ntar jangan2″ “wueeeh…. ogah meen yang bener aja deh lo tidak boleh gila” kami bertiga terbahak2.
No no… gini, gw gak inginkan tau, arrangementnya antara lo sama Novi aja, kalian janjian dimana, ngelakuinnya dimana, don’t tell me. I don’t wanna know. Ntar kebayang2. Hey men, lo sobat gw hanya kalo ngebayanginnya masih gimana…” canggung deh anda bertiga. Ini dia yang sebetulnya aku takutkan. Aku fobia melukai perasaan Wein. Namun menilik ini permintaan Wein dan Novi sendiri ya mungkin dapat dikesampingkan saja.
Novi lantas menimpali. “I’ll contact you ya. btw ini terdapat hubungannya sama masa subur gw, jadi mesti dilakuin di masa-masa yang pas.” aku mengangguk tanda setuju. Malam tersebut kami lanjut nonton dan kembali ke lokasi masing2. TINUNINUNG BBMku kemasukan message, dari Novi, “Ren, kamu kelak free gak.” “Aku sih free teh, Wein emang kemana?” “Dia lagi terbit kota. “Oke teh, jadi aku ke apartemen aja nih” “Iya you can come”
Lusanya aku mendarat di apartemen, sengaja aku bilang Novi bila aku bakal datang lebih cepat barangkali sebelum gelap supaya tidak terlampau larut pulangnya. Aku menikmati deg-degan luar biasa. Jujur saja meskipun aku belum menikah, aku sudah menikmati hubungan seks dengan mantan-mantanku dulu.
Namun belum pernah kurasakan hal laksana ini, deg-degan spektakuler gak berhenti pun sejak turun mobil dari parkiran, naik ke lift hingga ke pintu apartemennya teteh. Setelah ku pencet bel 3x masih belum terdapat jawaban, kemudian aku menerbitkan BBku guna bbmin teteh, tetapi disaat bersamaan teteh membuka pintu. “Haiiiyy Reeenn, I’ve been waiting for you, come in” Eeeeuuuuhhhh…. senyum teteh buat hati melted. Aku mesti berjuang untuk tidak main hati guna urusan beginian. “Iya teh, sorry telat, tadi cari bensin dulu” “Yuk masuk”
Novi mengajak duduk diruangan tengah, di ruang tivi. Didepan tivi terhampar spreadsheet, serupa timing guna pipeline project, namun ini beda, terdapat tanggal yang berulang. Ah! Aku baru sadar, ini ialah siklus haid dan masa suburnya Novi. “Udah research ya Teh, ini kok sampe berantakan gini” “Itu dia Ren, sebelumnya aku inginkan jelasin ke anda dulu soal ini” ujar Novi yang datang dari arah dapur membawa soft drink dan ditaruh di meja kecil sebelah sofa lokasi aku duduk. Belum hingga Novi hingga ke sofa, aku turun ke bawah mengobrak-abrik spreadsheet yang diciptakan Novi, sok sok ngerti lah. Novi juga duduk di sofa setelah menempatkan kaleng soft drink di meja.
Sore tersebut Novi paling seksi, dengan rambut diikat ke belakang dengan melulu menggunakan karet, menunjukkan lehernya yang jenjang dan tengkuknya yang laksana mengundang guna aku jilati, Novi menggunakan you-can-see warna putih yang tidak terlampau tipis, tetapi aku dapat melihat tali BHnya yang berwarna hitam menyembul melingkari pundak. Rendaan bra juga tercetak di you-can-see Novi dari depan melingkar ke belakang.
Belum apa-apa aku telah mikir macam2. Bagi bawahannya dia memakai Hotpants yang lumayan pendek, celana dalamnya juga terceplak di bokongnya yang semok. Brrrr……. Novi ini benar2 didesain Tuhan untuk mendongkrak birahi lelaki sepertinya. Aku tidak dapat bayangkan gimana Wein tiap hari, tiap malam disuguhi malaikat sempurna laksana ini.
KLOP, jari Novi disentakkan di depan wajahku “Bengongin apaan hayoooo, belom apa2an udah ngayal2″ Anjir, ketauan aku memandangin dia. “Ngggg… nggak kok teh, kagum aja dan iri sam Wein dapat punya istri se-perfect Teteh” ujarku menggombal. “Bisa aja deh kamu. Jadi gini, planning aku, anda cuma ML pada masa-masa aku sedang subur. yang berarti 14 hari sebelum aku mens. Aku ini mensnya kan tidak jarang kali tanggal 25an. Jadi ya sebelum2 tersebut kita ML” Kulihat jamku, menyaksikan bagian tanggalan, masih tanggal 29.
“oooo…. kirain mulai sekarang, kan masih tanggal 29 nih teh” “Ya well, aku inginkan test drive dulu” Apa2an nih maksudnya Novi. “Maksudnya gimana Teh?” “Hhh…. anda ini lucu ya, super lugu. Kamu tau aku sengaja berhias gini bikin kamu?” AKu semakin bingung. Novi turun ke bawah duduk diatas karpet di sebelahku. Dia mendekap lengan kiriku dan menyandarkan kepalanya di bahuku.
“Kamu tau gak sebenernya mengapa kita gak dapat punya anak?” “Iya, Wein juga kisah kok, katanya kalian berdua sehat namun bingung pun kenapa gak bisa” “Itu sepotong aja ceritanya, anda tentu ingat kemalangan yang Wein alami 2 tahun lalu” Aku lantas flashback, semuanya menjadi jelas sekarang. 2 tahun yang lalu, Wein terlibat kemalangan parah di Cipularang. Bukan… bukan lokasi kecelakaannya Saipul Jamil ntar dikira jadi kisah hantu.
Saat melaju kencang disebuah turunan, mobil Wein diserempet oleh mobil yang menyalipnya dari sebelah kiri, mobil Wein miring dan menabrak pembatas jalan hingga mobilnya terbalik berkali2 sebelum kesudahannya berhenti terbalik sesudah menabrak kaki suatu jembatan penyebrangan di atas tol. Kondisi Wein luka parah, sejumlah tulangnya remuk terutama pinggul kiri ke bawah. Tubuh unsur atas Wein sama sekali tidak rusak, tetapi pinggul sampai kaki kirinya mesti di operasi sejumlah kali sampai perlu diterbangkan ke lokasi tinggal sakit di Singapura.
“Iya aku tau teh, apa karena itu We…” Novi mengangguk, aku terlalu fobia untuk melanjutkan pertanyaanku, takut menciptakan sedih Novi. “Sejak tersebut Wein kehilangan faedah seksualnya. Dia tidak dapat “bangun” lagi. Dan ejakulasi yang dia bisa hanyalah ketika dia mimpi basah. Karena kemalangan yang dia alami, dia tidak dapat menghasilkan sperma yang bagus. Dia pasti saja gak bakal jujur ke anda kalo aku tidak dapat hamil sebab dia. Selama ini aku bersangkutan dengan Wein melulu sebatas petting saja, atau dia memasturbasikanku dengan dildo2 yang dia beli.
Aku cinta Wein, tetapi aku ada keperluan yang mesti dipenuhi. Dan di samping itu, perempuan mana sih yang gak hendak punya anak.” Aku terhenyak mendengarnya. “Iya Teh, aku ngerti kok” Setelah sejumlah lama, wajah Novi menjadi ceria kembali, saking cerianya menjadi lusty lagi. “So, Ren. Kamu inginkan kan muasin aku. Cuma anda yang aku dan Wein percaya. Aku tau Wein tentu sakit hati dengan urusan ini namun ini malah usulan dari dia” “Iya Teh”.
Kami berpandangan sejumlah lama, lantas aku beranikan diri mendekatkan bibirku ke bibir Novi. Novi menyambutku dengan sarat nafsu, tangannya langsung memelukku dan badanku langsung ditindih ketika posisiku masih terduduk di atas karpet. Dengan canggung aku melulu menempatkan kedua tanganku di pinggang Novi. Ciuman kami sarat nafsu, laksana dua pasang kekasih yang telah lama tidak bertemu.
Kami saling berpacu berciuman, saling berebutan bibir atas, bibir bawah, main lidah dst dst. Perlahan tanganku dituntun untuk meremas buah dadanya. Buah dadanya yang paling besar. Tangan kananku melakukannya dengan paling baik. Good Job! tangan kiriku melingkar meremas pantatnya yang paling seksi. Sesekali kami bergulingan diatas karpet.
Setelah kami berdua ciuman dengan hotnya hingga bibir kami berdua nyut-nyutan, Novi mencungkil ciumannya. “Kamu tau, aku tidak jarang kali kagum sama anda Ren, semenjak kesatu kali ketemu. Tapi ya apa inginkan dikata, aku ini istri orang, namun look here we are now.” Aku hanya dapat tersenyum, kalo lagi sange gini seringkali otakku berhenti bekerja, jadi mendingan diam saja daripada ngomong urusan bodoh.
Lalu Novi, beranjak berdiri dan berbicara “You ready to fuck me?” “Mmmmmm…. aku gak janji Teh, aku fobia gak mampu. Lagian kan aku udah anggep Teteh kayak kakak sendiri.” Novi turun pulang dan meremas celana jeansku di unsur kontolku. “Katanya si Junior nggak tuh” seraya tersenyum nakal. Novi berdiri pulang dan berlangsung ke arah kamar tamu. “Jangan lama-lama ya nyusulnya” seraya membuka pintu kamar tamu dan menghilang ke dalam.
Aku separuh sadar langsung berdiri mengarah ke tas ranselku yang tadi kuletakkan dekat rak TV, segera bongkar celanaku, celana jins dan celana dalamku dan berganti dengan celana boxer longgar andalanku. Ku berjalan mengarah ke kamar tamu dan mengetuk sebelum masuk. Entah apa yang kupikirkan, aku masih beranggapan harus bertingkah sopan untuk Novi. Begitu aku masuk, aku mengejar Novi telah merebah di atas kasur, kasur yang seringkali kutiduri bila aku menginap disini.
Novi sudah mencopot you-can-see dan hotpantsnya. Yang terbelakang ditubuhnya hanyalah BH yang kelihatannya kekecilan sebab terlihat laksana tidak dapat menampung toket Novi yang besar, dan G-string. Novi bertumpu dengan sikunya di punggung. “Buka dong kaosnya…” sesudah kubuka kaosku, aku mendekat Novi dengan merebah di sampingnya kirinya. Novi mengolah posisinya menjadi menghadapku. Jarinya yang lentik mulai bermain-main mulai dari dadaku, turun ke bawah, masuk ke celana, pas nyaris sampai di kontolku yang telah super tegak laksana mau meledak, Novi tarik lagi jarinya keatas.
Novi lantas menciumi badanku, menjilati putingku, aku mulai menikmati nafasku menjadi tidak beraturan. Sudah horny super bos. Sambil menciumi puting kiriku, Novi lantas menaiki badanku, menunggangiku layaknya joki diatas kuda, memeknya yang masih tertutup G-string di gesek-gesekan ke kontol tegangku yang pun masih tertutup celana. Aku meremas kedua bongkah pantat Novi dan sesekali menuntun gerakan pinggulnya. Novi tampaknya merasakan yang kulakukan.
Cukup lama Novi menciumi putingku, bergantian kiri dan kanan, ciumannya mulai naik ke leher dan kami juga berciuman kembali. Ciuman kami sama panasnya laksana ciuman di sofa tadi. Sesekali Novi mencungkil nafasnya seakan tersebut yang dia tahan sekitar ini. Tangannya menjambaki rambutku, pinggulnya masih bergoyang. Pettingan ini kami lakukan lumayan lama. Kalau Novi memang Test Drive, aku barangkali memang mesti memuaskan dirinya hingga pol. Novi semakin blingsatan menciumiku, gerakan pinggulnya semakin menjadi, mengalahkan tuntunan tanganku.
Aku juga merubah posisi, kami berguling dan sekarang Novi berada dibawah ku, ku gesek-gesekkan kontolku ke memek Novi. Kakinya yang jenjang melingkar mengapit pinggulku sebagai reaksi gesekanku. Semakin powerful aku menggeseknya, semakin powerful pula jepitan. Sampai akhirnya laksana Novi membantingku ke sisi dan kami berdampingan dan jepitannya kian kencang dan bergetar jambakannya pun semakin mejadi.
“AaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAaaahhhhhhh…….hhhhhhhhhhh ……..” Novi sedang orgasme. Orgasme Novi diblokir dengan exhale nafas panjang Novi dan dilanjutkan dengan ciuman mesra ke bibirku. Mukaku merah padam, bahagia rasanya dapat memuaskan Novi. “Gimana Teh, barusan O ya” “Ouuuwhhh iyaaaah…. udah lama aku gak ngerasain O kayak begitu, bahkan kontol anda pun belom masuk.” Novi pulang menciumi bibirku, tangannya yang lembut seraya mengelus-elus pipiku. AKu menikmati rasa sayang dari belaiannya, atau memang beginilah perilaku seksual Novi.
“Kamu gak inginkan nelanjangi aku? Aku masih menyeluruh gini?” “Jangan dulu Teh, Teteh lebih seksi kalo terdapat yang nutupin, inginkan pelan-pelan aja. Btw aku boleh sampe jam berapa ini?” “Terserah anda aja..mmm… sekuatnya anda aja…” Novi pulang menciumiku. sungguh spektakuler Novi terus-terusan menggodaku dengan body seksinya. Sambil menciumiku, Novi menggeliat-geliat, menggesek-gesekan tubuhnya ke tubuhku. Kami berdua bertukar panas tubuh, wajahnya yang nafsuin semakin meningkatkan nafsuku kepadanya.
Geliatan Novi semakin menjadi, pelan dan halus tetapi tau bagaimana mendongkrak birahiku. Hingga menggeliat turun, sampailah kepala Novi di depan celanaku. “Buka ya” “terserah Teteh, punya teteh kok” Novi membuka celanaku sama sekali tidak memakai tangan, dengan bibirnya dia unik celanaku turun kebawah. Sampai didengkul celanaku dilanjutkan dipeloroti dengan tangannya. Novi lantas menunggangiku lagi. Otomatis posisi tubuhnya berputar. Jadi saja kami dalam posisi 69 yang super seksi.
Aku telah telanjang bulat sementara onderdil Novi masih lengkap. Novi menciduk kontol tegakku. Sesekali dia menciuminya dengan lembut. “Ren, gede amat nih, aku gak yakin muat.” “Yah teh, diusahakan aja dulu, diukur pake mulut” godaku. Novi menjawab dengan cubitan pelan di pahaku. Novi perlahan menciumi sekeliling kontolku sampai basah dengan air liurnya, lantas sleebb… masuklah kontolku ke dalam mulut Novi yang di pagari dengan bibir tipis nan seksi. “Mmmmmmhhhhh…… mmmmmmhhhh……mmmmmm…..” sama sepertiku Novi sangat merasakan sepongan yang dia kerjakan ke kontolku.
Pinggul Novi yang ketika ini terdapat di atas dadaku mulai menggeliat, aku cengekeram pantat Novi dan kuremas2. “Teh, kubuka ya” aku merujuk untuk G-string Novi.. “hhheee emmmm” tanda persetujuan Novi terbit dari mulut yang masih sarat dengan kontolku. G-String Novi modelnya entah apa namanya, yang pasti melulu dengan membuka satu simpul tali di belakang G Stringnya telah terlepas.
Wow… lembah surgawi Novi benar-benar indah, putih dan tidak terdapat jembut yang tumbuh di sekitarnya, diperbanyak wangi sekali. Aku tidak langsung menjilati, jempolku mengelus2 lokasi sekitaran bibir memek Novi yang masih basah dari orgasmenya yang kesatu tadi. Kemudian kuciumi saja memeknya, lama kelamaan ciumanku pulang menjadi jilatan, tidak terdapat sudut memek yang luput dari jilatanku. Goyangan pinggul Novi semakin menjadi, jilatanku pun tidak dapat kalah, aku juga semakin menjadi menjilatnya.
Novi juga mengimbanginya dengan menghisap, menjilati, menciumi kontolku dengan liar. Bijiku juga tak luput diciumi olehnya. Saat Novi semakin turun ke bawah, aku tau dia inginkan menjilati lobang sunholeku. Aku menolak. Kutarik tubuh Novi agar mulut Novi pulang sejajar dengan kontolku dan kuarahkan kontolku ke mulutnya pulang “Jangan Teh, tidak boleh ke situ, aku gak suka” “Okemmm…… mmmm…. Ren, as you wish….mmmmmhhhhmmmm” Ya men, plis deh, dia cium silitku, aku dan dia nantinya ciuman, ya apa bedanya aku cium silit sendiri.
Aku lanjutkan menjilati memek Novi yang semakin basah. Novi pun sudah mulai panas, tanganku dengan lihai bergerak kepunggungnya, membuka kaitan BHnya dan melepasnya. Aku tidak dapat melihatnya tetapi aku dapat merasakan, toket kencang nan kenyal mengurangi pinggang depanku. Kutengok ke kananku, ternyata lemari pakaian kamar tamu terdapat cerminnya. Aku dapat melihat dengan jelas posisi kami benar benar hot. Sambil meneruskan jilatanku, aku merogoh toket Novi guna kuremas-remas dengan kedua tanganku.
Posisinya memang sulit tetapi sepertinya Novi menyukainya “Teruuuuussss…..mmmmmmhhhmmm…. teruuuss….” Novi menggumam. Setelah berapa lama, dan setelah sejumlah sedotan tiba2 paha Novi melingkar erat memiting kepalaku erat salah satu selangkanganku, dan CRrroooooottt……… terbit cairan hangat dari memek Novi. Ternyata dia O yang kedua kalinya, Novi gemeteran menyangga Orgasmenya kali ini seraya meremas pahaku dalam posisi membungkuk.
“AAAaaaaahhhhhhhhh…. ya ampuuuuuuunnnhhhh….hhhhh… anda hebat banget aku udah dua kali…” Novi langsung berbalik badan dan berbicara “Now for the main course-nya ya. Novi jongkok diatas pinggangku, berupaya guna memasukkan kontolku ke dalam memeknya, tetapi sudah sejumlah detik kelihatannya dia kesulitan, aku langsung memeluknya dan berjuang menukar posisi, membantingnya dengan lembut ke kasur dan membuka kedua kakinya. “Iya, main coursenya nih, siap-siap yah.” Ku perlahan mulai memasukkan kontolku ke dalam memeknya.
Memek Novi benar-benar sempit, aku tak mengerti, mungkin sebab sudah lama tidak pernah ditembus kontol, tapi mestinya dengan dua kali O sudah dapat dengan gampang dicoblos. Apa barangkali memeknya yang terlampau kecil dan kontolku yang kegedean. Atau memang keduanya. “Sempit nih Teh” “Lanjutin…. lanjutin… aku gak kenapa2″ dengan satu sodokkan kuat tetapi perlahan, kesudahannya Kontolku dapat menembus liang vagina Novi. “AAAAAAaaaakkkkkhhhh….” jeritan keras Novi dan cakaran di punggungku menyertai tusukanku.
AKu perlahan mulai genjot, rasanya luar biasa, Novi yang awalnya meringis kesakitan lama-lama tampak menikmati, makatanya telah merem melek gak karuan. Nafasnya bersuara tak beraturan dan seirama dengan sodokanku. Dalam posisi ini kami bergumul lama sekali, sejumlah kali Novi memiting pinggangku tetapi aku tetap sodok saja. Lalu Novi mengupayakan mengubah posisi hendak di atas. Novi mendorong tindihanku dan berbalik memindihku. Semua dilaksanakan tanpa kontolku terlepas dari memeknya.
Gantian kini Novi yang memompa kontolku. Sungguh nikmat menyaksikan wanita sesempurna Novi sedang merasakan bercinta denganku. Toketnya yang besar dan kenyal menggandul gandul seiring dengan genjotannya dia. Sesekali Novi juga melenguh dan menghela nafasnya panjang. Jika Novi telah agak capai, Novi memelukku, tetapi seringnya dia duduk diatasku memamerkan toketnya yang besar. Tangannya menuntun tanganku supaya tetap meremas buah dadanya dan memainkan putingnya. Sesekali aku juga menjilati putingnya.
Masih dalam suasana pinggulnya memompa kontolku. Aku sejumlah kali berjuang merubah posisi menjadi man on top lagi tetapi Novi menahan. ia masih hendak menguasai kontolku demi kepuasannya untuk sejumlah lama. Tiba2 genjotan Novi semakin kencang. Kedua kaki Novi memiting pinggulku dan tubuh Novi ambruk ke tubuhku dan Novi menyerangku dengan ciuman ganas. Novi O ketiga kalinya.
Aku semakin nafsu menyaksikan Novi yang telah O, mengembalikan posisi menjadi man on top, mumpung Novi sedang tidak terdapat tenaga guna melawanku. “bentar…hhhh… time outtt..hhhh” Ujar Novi menyerah. “Jangan Teh, tanggung, mari lagi.” Aku pulang menggenjot, tidak tanggung-tanggung aku menggenjot dengan rpm cepat dan konstan, Novi semakin menggila dan berteriak2. Sesekali aku mencumbu bibirnya, menjilati putingnya, menciumi lehernya, menjilati kupingnya. Diperlakukan seperti tersebut genjotan Novi dari bawah semakin menjadi.
Saat dipuncak2nya aku keluarkan kontolku. Kutarik tubuh Novi dan kubalik badannya hingga Novi nungging di hadapanku. Disuguhi dengan pemandangan berupa bemper yang paling seksi, ku langsung masukkan kontolku ke dalam memeknya dari belakang. Ku raih dua bantal guna menopang tubuhnya dan kumulai genjot kembali. Rasanya dengan posisi ini aku bakal cepat keluar.
Kugenjot dengan cepaat cepaaat aaaaaahhhhhhhhh “Teeeeeehhhh…. aku inginkan keluarrrr….” “Iyyyaaa Reeeennnnn…. keluarin ajaaaa” genjotanku kulanjutkan, rasa semriwing disekitar kemaluanku telah mengumpul tetapi entah mengapa tidak keluar2 juga. Novi kelihatannya sudah menyerah, dia tidak dapat lagi melawanku, kesudahannya dia dalam posisi tengkurap, melemparkan bantal dari bawah tubuhnya dan ambruk ke kasur. Dengan posisiku menindih Novi tanganku melingkar ke depan meraih kedua toketnya. tak luput pulang kuciumi tengkuk dan leher belakangnya. Novi yang telah tak berdaya masih terangsang dengan ciuman2ku.
Hingga akhirnya, ledakan tersebut muncul “TTttttteeeeeehhhhhhh…..AAAAaaaaaaahhhhhhh…… ….” Kubuang seluruh cairan spermaku. Belum pernah aku selega ini mencungkil spermaku ke dalam liang vagina seorang wanita. Biasanya aku memakai kondom ataupun buang diluar. Namun sensasi buang di dalam tanpa kondom memang lebih nikmat. CRrrrrroooooooooooootttt…..crrrrrttttt crrrrrtttttt…. aku dapat merasakan denyutan memek Novi menyambut datangnya sperma2ku. “Enaak ren” “Enak banget Teh” “Bukan, bukan, tadi aku bukan nanya ke kamu, aku bilang ke anda dientotin kamu tersebut nikmat banget.
Aku beruntung banget sesudah sekian lama puasa langsung dapet yang kayak kamu” Posisi kami masih dalam posisi bercinta kami sebelumnya, aku masih menindih Novi dari belakang dengan kontol masih terhujam di dalam tetapi akhirnya aku ambruk kesamping. Kuciumi pundak Novi, kubelai dengan lembut punggungnya dan kubelai rambutnya yang tadinya telah berantakan. Kami berdua juga ketiduran.
Aku terbangun menyaksikan jam telah di pukul 10.30 malam. Aku menyaksikan kesampingku, Novi tidak ada. Tidak lama lantas pintu kamar terbuka, Novi masuk pulang dan langsung menyerangku. Malam tersebut kami lagi2 bercinta sampai pagi.
Setelah test drive yang kesatu ini kami juga rutin mengerjakan seks sekitar lebih dari 1 bulan. Seringnya ketika Wein tidak terdapat di rumah, atau gantian di apartemenku atau kami ke luar kota. Sampai kesudahannya berita gembira tersebut hadir, Novi positif hamil. Wein dan Novi dan pun Keluarga besarnya gembira bukan main. Aku juga senang kesudahannya aku menjadi ayah dan juga dapat membahagiakan Wein. Namun biarlah Wein yang mengurus anak ini dengan lebih baik. Aku dan Wein juga masih bersahabat sampai kini.
Tapi yang Wein tidak tahu, meskipun telah lewat 3 tahun Novi sukses hamil dan mencetuskan anak dariku, tetapi Aku dan Novi masih tidak jarang bercinta. Mungkin saja Wein tahu dan membiarkan. Entahlah, aku tak tahu bagaimana mengakhirinya.
No comments:
Post a Comment