Tuesday, December 12, 2017

Cerita Sex Ngentot Dengan Sopir Yang Kontol nya Berurat - BONUS VIDEO BOKEP 3GP - ceritasexnesia.blogspot.com




Tidurku yang tak nyaman sebab  dilanda mimpi buruk, terasa kian  tak nyaman sebab  nafasku tiba-tiba terasa sesak, dan tubuhku laksana  terhimpit sesuatu. Rasanya aku tidak mengidap penyakit asma.

Namun selangkanganku terasa enak dan nikmat, laksana  ada penis yang mengaduk memekkku. Belum lagi rasanya buah dadaku diremas lembut, membuatku perlahan tersadar dari tidurku, untuk lantas  mendapati ternyata Wawan yang membuatku terbangun dengan menyetubuhiku.

Aku yang masih belum sadar betul, terkejut melihatnya terdapat  di kamarku, lagipula  sedang menyetubuhiku, membuatku menjerit ketakutan dan mendorongnya, tetapi  ia terlampau  berat bikin  cewek mungil sepertiku.

“Lho Non, katanya mulai kemarin saya boleh merasakan  Non?” tanya Wawan memprotesku.Aku langsung sadar, terkenang  kemarin memang aku menjanjikan urusan  ini.


“Tapi bukan gini metodenya  Wan! Masa aku lagi tidur anda  ajak beginian. Nggak sopan tau! Lagian aku tadi masih belum sadar benar, bangun-bangun terdapat  orang beda  di kamarku, kukira aku sedang diperkosa rampok tau!”, kataku ketus.

Sedikit jual mahal boleh dong? Mendengar omelanku, Wawan terdiam. Tapi penisnya yang menancap di vaginaku tidak mengendur sedikitpun. Aku menghela nafas panjang, kemudian  berkat.
“Ya sudah, cepat lanjutkan. Mana anda  ini lama lagi bila   main. Oh tunggu!!”, mendarat  tiba aku terkenang  dan menurunkan volume suaraku, “Gila anda  ya Wan, kakakku mana??”.

Wawan cengengesan dan berkata, “Tenang Non, liat ini jam berapa? Kakak non telah  pergi separuh  jam yang kemudian  kok. Dan saya telah  tidak tahan guna  bermain lagi dengan non nih”.
Oh.. aku tidak banyak  lega, dan menyaksikan  jam, yang ternyata telah  jam 08:15 pagi.

“Lalu, semenjak  jam berapa anda  nggghh… ” belum berlalu  aku bertanya, Wawan telah  mulai menggenjotku dengan tak sabar, sampai  aku melenguh, keenakan.
“Oh.. Wan… kamu…”, desahku nikmat.

Wawan tersenyum sarat  kemenangan, membuatku tidak banyak  jengkel juga, tapi melulu  sebentar, sebab  rasa nikmat langsung melandaku saat  Wawan mengulangi gayanya kemarin, ia mendekap  pinggangku, dan menarikku berdiri.

Penis yang amat kokoh tersebut  langsung tenggelam  begitu dalam, membuatku melenguh-lenguh. Bukan melulu  karena takut, tapi pun  tak hendak  penis tersebut  lepas dari vaginaku, membuatku tanpa sadar pulang  melingkarkan kakiku ke pinggangnya.

Rasanya tusukan penis tersebut  semakin dalam, dan aku yang telah  melingkarkan tanganku ke lehernya agar  tubuhku tidak terjatuh ke belakang, memagut bibirnya sarat  nafsu tak perduli dengan wajahnya yang amburadul.

Terakhir aku minum obat anti hamil ialah  ketika aku digangbang di ruang UKS 2 hari yang lalu, namun  aku tak kuatir hamil, sebab sekarang  aku sedang bukan dalam masa subur. Aku telah  tak lagi punya niat guna  jual mahal, sebab  rasa nikmat yang telah  menjalar ke semua  tubuhku benar-benar menghancurkan akal sehatku. Wawan terus memompa vaginaku seraya  berjalan, rasanya nikmat sekali.

Aku heran dan menduga-duga ke mana ia inginkan  membawaku, seraya  mulai menyimak  keadaanku. Bajuku masih melekat, walaupun tanpa bra. Aku memang tak pernah istirahat  dengan menggunakan  bra. Tapi celana panjangku dan celana dalamku tidak ada, dan sempat aku menyaksikan  dari pintu kamarku saat  Wawan membawa   tubuhku keluar, kutemukan kedua benda tersebut  tergeletak di lantai kamarku.

Kini Wawan menuruni tangga, rupanya berkeinginan  mengajak rekannya kemarin guna  bersama-sama merasakan  tubuhku.


Gawat pun  nih. Kalau tiap pagi sarapan sex laksana  ini, bagaimana aku fokus  di sekolah? Tapi aku tak kuasa menolak kesenangan  ini, dan pasrah saja mengikuti keinginan  Wawan. Setiap tahapannya  di tangga menciptakan  penisnya memompa vaginaku, dan aku orgasme ringan sampai  cairan cintaku mengalir semakin banyak, seharusnya mengairi  paha Wawan, yang tampak  senang-senang saja.

Akhirnya ia membawaku ke kamar tidur penolong  laki-laki di rumahku, dimana pak Arifin dan Suwito telah  menunggu.

Dengan nafas tersengal-sengal sebab  sodokan Wawan yang semakin gencar, aku yang menyadari bakal  segera digangbang lagi, mengupayakan  mengingatkan mereka dengan terputus-putus bercampur desahan dan lenguhan,

“Kalian… me sti inghh… ingat… yaaah…. ngggh…. aku nantiiii…. me sti… sekolah….”.
Mereka tertawa, dan Suwito berkata,
“Tenang non Eliza, hanya  satu ronde kok. Kami kan pun  harus kerja mencuci  bagian luar lokasi  tinggal  Non…”.

Suwito mengelus  pantatku dan melanjutkan.
“Aduh non, bila   begini non cantik banget lho non, mana terdapat  bintang film porno yang secantik nona anda  ini ya?”.



Pak Arifin menyibakkan rambutku yang terurai ke belakang telingaku dan menimpali,
“Kita ini benar-benar beruntung dapat  kerja di sini. Di mana lagi saya dan anda bisa  menikmati nona amoy secantik non Eliza ini.. seterusnya lagi. Non Eliza sendiri kan yang minta? Kalau begini mah, bayaran gak naik pun  kita kerasan  lho Non kerja hingga  tua di sini”.

Mereka tertawa senang sedangkan  aku yang antara malu bercampur terangsang, tak dapat  menanggapi gurauan mereka, sebab  Wawan telah  melanjutkan pompaan penisnya yang sekeras batangan besi itu, membuatku menggeliat dan melenguh dalam pelukannya.

“Nggggh.. Waaan…. aduuuh…. emmpph”, Wawan memagutku dengan buas, sampai  aku tak dapat  lagi bebas melenguh.

Yang beda  sabar menanti gilirannya dengan metodenya  masing-masing, Suwito mengelus  dan meremas pantat dan payudaraku, sedangkan  pak Arifin membelai-belai rambutku yang panjang hingga  sepunggung ini, sambil mencium  bau harum rambutku.

Dengan tubuh yang dipicu  3 orang sekaligus laksana  ini, menciptakan  orgasme demi orgasme meluluh lantakkan tubuhku, hingga  akhirnya datanglah saat-saat yang sangat  nikmat itu, aku kembali menemukan  multi orgasme.

“Mmmmmph… hnngggh.. oooohhhh… aaa….duuuuuh….” erangku ketika  tubuhku terlonjak-lonjak tak karuan, cairan cintaku membanjir dan membanjir.

Betisku melejang-lejang, pinggangku tertekuk ke belakang saat  aku merasakan  orgasmeku dengan total. Tubuhku tentu  sudah jatuh bila   tak disangga  Suwito dan pak Arifin, yang memanfaatkan kesempatan tersebut  untuk menyusu pada payudaraku seraya  meremas-remas dengan gemas, menciptakan  orgasmeku yang susul menyusul ini kian  terasa nikmat.

Dentang grandfather clock dari dalam ruang tamu di rumahku mengindikasikan  sekarang ini ialah  jam 09:00!



Oh… entahlah, barangkali  sudah sejam kali aku digenjot Wawan, kalau diperbanyak  dengan masa-masa  aku masih tertidur. Ia memang perkasa guna  urusan sex, membuatku semakin kagum padanya. Beberapa menit sesudah  aku orgasme, Wawan tak tahan lagi.

“Oooh… memeknya non Eliza ini…. rasanya kontolku kayak diurut-urut… telah  3 menit… aaah… “, erangnya seraya  menembakkan spermanya di dalam liang vaginaku.

Aku memejamkan mata hendak  menikmati sepuas-puasnya rasa hangat yang mengisi  relung-relung vaginaku. Kurasakan tubuhku dibujur  di di antara  ranjang mereka, dan penis Wawan telah  terlepas dari vaginaku.


Aku membuka mataku, untuk menyaksikan  giliran siapa berikutnya. Sedikit lain  dari kemarin, kini  gilirannya Suwito, yang sudah memungut  posisi di selangkanganku, dan segera menenggelamkan  penisnya ke dalam vaginaku yang masih paling  basah oleh cairan cintaku dan sperma Wawan.

Aku hanya dapat  menggeliat pasrah dibawah tindihan Suwito, yang dengan sarat  semangat menggenjotku sepuas-puasnya.

Pak Arifin masih memainkan rambutku, yang menurutnya paling  indah. Tiba-tiba aku terkenang  penis Wawan yang tentu  masih belepotan sperma yang bercampur cairan cintaku. Entah apa yang mendorongku, namun  aku nyaris  tak dapat  mempercayai bahwa itu ialah  suaraku sendiri saat  aku memanggil Wawan,

“Wan, sini aku oralin bentar”.
Wawan yang sedang duduk di lantai beristirahat, pasti  saja tak butuh  kuminta dua kali, ia segera bangkit mendekatiku dan menyodorkan penisnya guna  kuoral, dan tanpa malu-malu aku memegang penis yang telah  mengendur itu, ku kulum-kulum dan kuseruput sampai  pipiku tampak  kempot, hingga  tak terdapat  sperma yang tersisa, sedangkan  Wawan melenguh-lenguh keenakan.

Benar-benar edan! Bagaimana barangkali  aku dapat  seliar ini? Bahkan aku merasa sperma tersebut  begitu enak dan gurih, apakah ini sebab  aku mulai ketagihan minum sperma? Mungkin saja, sebab  kini aku telah  tak sabar lagi menantikan  Suwito orgasme, sebab  aku hendak  segera menjilati dan menyedot sperma lagi.

Maka sesudah  penis Wawan berlalu  kuoral hingga  bersih, aku segera menggerakkan pinggulku menyambut tusukan demi tusukan Suwito, dan benar saja, tak hingga  10 menit Suwito telah  menggeram.

Ingin aku memintanya terbit  di mulutku, tetapi  aku takut dirasakan  tidak adil sebab  tadi Wawan sudah terbit  di dalam. Maka aku diam saja, tidak mempedulikan  Suwito memuaskan hasratnya guna  menyemprotkan spermanya dalam liang vaginaku.



Setelah kurasakan tak terdapat  semprotan lagi, aku segera mendorong tubuhnya hingga  penisnya terlepas dari jepitan liang vaginaku, dan buru-buru aku berkata,

”To, cepat sini…”. Suwito juga  segera menghampiriku, menenggelamkan  penisnya ke mulutku, dan aku segera menyedot-nyedot dengan memejamkan mataku, menikmati  tetes demi tetes sperma yang teroleskan di lidahku.
Rasanya nikmat sekali, asin dan begitu gurih.



Pak Arifin yang sempat tak kulihat batang hidungnya, kulihat kembali, sambil membawa   sebuah sendok teh dan piring kecil. Aku tak terlampau  memperdulikan urusan  itu, dan terus mengulum penis Suwito.

Tiba-tiba, aku mencungkil  kulumanku, seraya  melenguh pelan sebab  merasakan nikmat pada selangkanganku. Tak apa-apa, toh penis Suwito telah  bersih. Tapi bukan tersebut  yang me sti kupikirkan, maka aku menyaksikan  ada apa dengan selangkanganku.

Ternyata pak Arifin sedang menyendoki lelehan sperma yang bercampur cairan cinta yang mengalir terbit  dari vaginaku, dan ditadahi dengan piring kecil tadi.

Aku melulu  diam menyangga  nikmat, saat  sendok kecil tersebut  mengorek-ngorek vaginaku dengan lembut, seolah menyendoki cairan cintaku dan sperma-sperma dari Wawan dan Suwito. Setelah lumayan  lama, barangkali  setelah vaginaku telah  tak terlampau  becek lagi, pak Arifin berkata,

“Non Eliza, non suka peju ya? Saya suapin peju inginkan  ya?”.
Aku dengan tidak banyak  malu, mengangguk pelan, dan pak Arifin mulai menyuapiku dengan lembut laksana  menyuapi anaknya yang sedang sakit.


Kembali aku menikmati  sperma yang bercampur cairan cinta. Suapan demi suapan cairan yang gurih dan nikmat ini menciptakan  aku tak begitu lapar lagi meskipun aku ingat aku belum santap  pagi. Setelah jatahku habis, pak Arifin mulai bersiap menggenjotku, seraya  bertanya,

“Non Eliza, non inginkan  nggak bila   nanti saya menerbitkan  peju dalam mulut non?”.
Aku mengangguk senang, lantas  melebarkan selangkanganku selebar-lebarnya, sebab  aku ingat penis pak Arifin ini berukuran raksasa.

Kurasakan penis tersebut  sudah mulai melesak sedikit, dan gairahku langsung naik cepat. Apalagi Wawan dan Suwito ikut menyusu pada payudaraku dengan remasan-remasan kecil.
“Aduh… oooh…”, erangku antara sakit dan nikmat.

Tetap saja terdapat  rasa sakit yang melanda vaginaku, sebab  ukuran penis pak Arifin paling  besar. Tapi sekarang  aku dapat  lebih cepat beradaptasi, dan mulai mengimbangi genjotan sopirku ini. Setelah rasa sakit tersebut  lenyap, aku mulai mendesah dan melenguh keenakan.

Penis tersebut  seolah menancap begitu erat, sehingga saat  pak Arifin unik  penisnya, seolah vaginaku yang mengapit  penisnya ikut tertarik, dan tubuhku terangkat sedikit. Namun saat  penis tersebut  menghunjam, rasanya vaginaku serasa sedang ditembus  daging keras yang besar sampai  sesak sekali.

Tak sekeras punya Wawan memang, namun  masih keras guna  ukuran orang seumur pak Arifin. Dan lumayan  keras untuk menciptakan  aku serasa melayang ke awang-awang.

Rasa nikmat ini akhirnya menciptakan  aku orgasme, pulang  kakiku melejang-lejang menciptakan  jepitan vaginaku pada penis pak Arifin kian  erat, dan ini menciptakan  pak Arifin kelabakan, penisnya berkedut-kedut.

Ia segera unik  penisnya lepas dari vaginaku dengan tergesa-gesa, dan segera menenggelamkan  penisnya dalam mulutku.

Segera semprotan spermanya yang pun  terasa asin dan gurih, mengairi  kerongkonganku. Aku terus melahap sperma itu, menjilati dan mengulum penis itu sampai  bersih. Aku telah  tak merasa lapar lagi sesudah  sarapan sperma dan cairan cintaku sendiri.

Mereka bertiga kesudahannya  duduk menata  nafas mereka yang masih memburu. Wawan yang sangat  duluan pulih, tetapi  sesuai janji mereka, ini melulu  satu ronde. Tiba-tiba Sulikah datang terburu-buru sambil membawa   celana dalam dan celana panjang satin pasangan baju tidurku.

“Non, kakaknya non telah  pulang. Cepetan non, gunakan  ini dan pulang  ke kamar non”, seru Sulikah agak panik.

Aku pun  ikut panik, segera menggunakan  celana dalam dan celana panjang ini, lantas  berlari pulang  ke kamarku. Yang lain pun  segera menggunakan  bajunya masing-masing, lantas  segera terbit  dari kamar lokasi  kami pesta sex barusan, seakan-akan  sedang bekerja laksana  biasa.

Untung Sulikah memberitahu tepat pada waktunya, aku telah  di dalam ruang makan saat  kudengar deru mesin mobil kakakku di garasi. Rupanya dosen yang melatih  mata kuliahnya pagi ini tidak datang.

Aku naik tangga dengan jantung berdegup kencang, kesudahannya  sampai pun  aku ke dalam kamarku yang kulihat telah  rapi, tentu  Sulikah yang merapikan. Sempat kulihat jam, ternyata telah  jam 09:30.


Dan aku segera masuk ke kamar mandi, mencuci  tubuhku dari keringatku dan keringat 3 orang tadi, pun  vaginaku kucuci bersih, sampai  terasa kesat. Mungkin sebab  cuma 1 ronde, tubuhku tak terlampau  lelah.

Selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku seraya  meyakinkan  tak ada firasat  aku baru saja bermain sex dengan mereka. Lalu aku menggunakan  baju santai, dan turun ke ruang makan. Di sana sudah menantikan  kakakku, yang membawakan aku nasi campur di sekitar  sekolahnya, kesukaanku.

Yah, kebetulan deh. Aku kan belum santap  pagi, hanya  sarapan sperma dari mereka bertiga tadi. Aku mendekap  kakakku senang, dan berkata,

“Thank you ya kokoku yang baik”.
Kokoku tertawa dan menggodaku,

“Iya me. Tapi baik bila   bawain makanan aja ya? Kalau nggak jadi nggak baik?”.
Aku memukul lengannya manja, kemudian  kami santap  bersama. Kami ngobrol kesana kemari, dan tak terasa kesudahannya  selesai pun  kami makan.

Kokoku pulang  ke kamarnya, barangkali  main komputer. Aku pun  kembali ke kamarku, mempersiapkan diri ke sekolah. Sekarang telah  jam 10, aku seringkali  berangkat jam 11:30. masih terdapat  satu separuh  jam lagi, aku menyiapkan seragamku, putih abu-abu. Juga tas sekolahku, yang membuatku teringat mengenai  obat perangsang itu.



Lalu aku menyisir rambutku rapi, dan duduk manis di ranjangku. Sambil menunggu, aku menelepon temanku, dan kami ngobrol hingga  tak terasa telah  waktunya aku me sti berangkat. Setelah berpamitan, aku mengenakan seragam sekolahku, kemudian  berpamitan pada kokoku, dan turun ke garasi. Seperti biasanya, pak Arifin menawarkan diri guna  mengantarku, namun  kutolak halus sebab  aku hendak  menyetir mobil sendiri.

KLIK DI SINI UNTUK MENDOWNLOAD / MENONTON VIDEONYA

Dalam perjalanan, aku mengingat-ingat kejadian pagi ini, dan membayangkan kelak  aku me sti melayani mereka bertiga lagi sebab  kokoku kuliah pagi hingga  siang. Hmm, sarapan sex tiap pagi sebelum ke sekolah? Aku menggelengkan kepala tak berakhir  pikir, bisa-bisanya ada penolong  plus sopir yang menggunakan  tubuh anak majikannya. Entahlah, yang lebih tak waras  lagi, anak majikannya ini tak merasa keberatan alias cewek bispak gitu loh.

No comments:

Post a Comment