Setelah sejumlah menit menunggu, aku ditegur oleh reception bahwa aku telah dapat potong rambut seraya menunjuk ke di antara tempat yang kosong. Aku pun mengarah ke ke arah yang ditentukan. Beberapa detik lantas seorang perempuan muda nan cantik menugur seraya memegang rambutku.
“Mas, rambutnya inginkan dimodel apa?” katanya seraya melihatku lewat cermin dan tetap memegang rambutku yang telah agak panjang.
“Mmm… dirapi’in aja Mbak!” kataku pendek.
Lalu laksana halnya di lokasi cukur rambut pada umumnya, aku juga diberi penutup pada semua tubuhku guna menghindari potongan-potongan rambut. Beberapa menit kesatu begitu kaku dan dingin. Aku yang diam saja dan dia sibuk mulai motong rambutku. Sangat tidak enak rasanya dan aku mengupayakan untuk mengencerkan suasana.
“Mbak… udah lama kerja di sini?” tanyaku.
“Kira-kira telah enam bulan, Mas… ngomong-ngomong situ baru sekali ya potong di sini?” sambungnya seraya tetap mencukur rambut.
“Iya… kemarenan saya lewat jalan ini, terus kok terdapat salon, ya udah dech, saya potong di sini. Ini pun janjian sama temen, namun mana ya kok belum datang?” jawabku tidak banyak berbohong.
“Ooo..” jawabnya singkat dan berkesan cuek.
“Hei…” tersiar suara temanku seraya menepuk pundak.
“Eh… elo baru dateng?” tanyaku.
KLIK DI SINI UNTUK MENONTON / MENDOWNLOAD VIDEONYA
“Iya nih… tadi di bawah jembatan macet, mmm… gue potong dulu yach..” jawabnya seraya berlalu.
Ngobrol punya ngobrol, kesudahannya kami dekat, dan belakangan aku tahu Stella namanya, 22 tahun, dia kost di wilayah situ juga, dia orang Manado, dia enam bersaudara dan dia anak ketiga. Kami juga sepakat guna janjian ketemu di luar pada hari Senin. Bagi pembaca ketahui masing-masing hari Senin, salon ini tutup. Setelah aku selesai, sambil menyerahkan tips sekedarnya, aku menanyakan apakah ia inginkan aku ajak makan. Dia menyanggupi dan ia mencatat pada selembar secarik kertas kecil nomor teleponnya. Sambil menantikan Hanni, aku ngobrol dengan Stella, aku sempat diperkenalkan oleh sejumlah temannya yang mempunyai nama Susi, Icha dan Yana.
Ketiganya cantik-cantik namun Stella tidak kalah cantik dengan mereka baik tersebut parasnya pun tubuhnya. Susi, ia berambut agak panjang dan pada sejumlah bagian rambutnya dicat kuning. Icha, ia agak pendek, tatapannya agak misterius, dadanya sebesar Stella namun sebab postur tubuhnya yang agak pendek sampai-sampai payudaranya menciptakan ngiler seluruh mata laki-laki guna menikmatinya. Sedangkan Yana, ia tampak paling merawat tubuhnya, ia begitu mempesona, lingkar pinggangnya yang paling ideal dengan tinggi badannya, pantatnya dan dadanya-pun paling proporsional.
Akhirnya kami ketemu pada hari Senin dan di lokasi yang telah disepakati. Setelah santap siang, kami nonton bioskop, filmnya Jennifer Lopez, The Cell. Wah, cakep sekali ini orang, batinku mengagumi keelokan Stella yang waktu tersebut mengenakan kaos ketat berwarna biru muda diperbanyak dengan rompi yang dikancingkan dan dipadu dengan celana jeans ketat serta sandal yang tebal. Kami serius mengekor alur kisah film itu, sampai akhirnya semua pemirsa dikagetkan oleh sebuah adegan. Stella terlihat kaget, tampak dari bergetarnya tubuh dia. Entah terdapat setan apa, secara reflek aku memegang tangan kanannya. Lama sekali aku memegang tangannya dengan sesekali meremasnya dan ia diam saja.
Singkat cerita, aku mengirimkan dia kembali ke kostnya, di tengah jalan Stella memohon kepadaku guna tidak langsung kembali tapi putar-putar dulu. Kukabulkan permintaannya sebab aku sendiri sedang bebas, dan kuputuskan guna naik tol dan putar-putar kota Jakarta. Sambil merasakan musik, kami saling berdiam diri, sampai akhirnya Stella mengatakan,
“Mmm… Will, aku inginkan ngomong sesuatu sama kamu, memang seluruh ini terlampau cepat, Will… aku suka sama kamu…” katanya pelan namun pasti.
Seperti disambar petir mendengar kata-katanya, dan secara reflek aku menengok ke kiri menyaksikan dia, tampaknya dia serius dengan apa yang barusan ia katakan. Dia menatap tajam.
“Apa anda sudah yakin dengan omonganmu yang barusan, Tel?” tanyaku seraya kembali fokus ke jalan.
“Aku nggak tau mengapa bahwa aku merasa anda nggak kayak laki-laki yang pernah aku kenal, anda baik, dan kayaknya perhatian and care. Aku nggak inginkan kalo sesudah aku kembali ini, anda nggak dapat ketemu lagi, Will. Aku nggak inginkan kehilangan kamu,” jawabnya panjang lebar.
“Mmm… kalo aku boleh jujur sich, aku pun suka sama kamu, Tel… tapi anda mau khan kalo anda nggak pacaran dulu?” tegasku.
“Ok, kalo tersebut mau kamu, mmm… boleh nggak aku ‘sun’ kamu, bukti bahwa aku nggak main-main sama omonganku yang barusan?” tanyanya.
Wah rasanya laksana mau mati, jantungku inginkan copot, nafas jadi sesak. Edan ini anak, laksana benar-benar! Sekali lagi, aku menengok ke kiri menyaksikan wajahnya yang bulat dengan bola mata yang berwarna coklat, dia menatapku tajam dan serius sekali.
“Sekarang?” tanyaku seraya menatap matanya, dan dia menganguk pelan.
“OK, anda boleh ‘sun’ aku,” jawabku seraya kembali ke jalanan.
KLIK DI SINI UNTUK MENONTON / MENDOWNLOAD VIDEONYA
Beberapa detik lantas dia beranjak dari lokasi duduknya dan memungut posisi guna memberi suatu “sun” di pipi kiriku. Diberilah suatu ciuman di pipi kiriku seraya memeluk. Lama sekali ia menghirup dan ditempelkannya payudaranya di lengan kiriku. Ooh, lunak sekali, mantap!Payudaranya yang lumayan menantang tersebut sedang mengurangi lengan kiriku. Edan, enak sekali, aku jadi terangsang nih. Secara otomatis batang kemaluanku juga mengeras. Dengan pelan sekali, Stella berbisik, “Will, aku suka sama kamu,” dan ia kembali menghirup pipiku dan tetap mengurangi payudaranya pada lengan kiriku.
KLIK DI SINI UNTUK MENONTON / MENDOWNLOAD VIDEONYA
Sesaat Stella kulihat mencungkil tangannya dari kemaluanku, ia menyibakkan rambutnya ke samping tiga jarinya kembali unik bagian bawah batang kemaluanku dengan tidak banyak memiringkan kepalanya. Stella lantas mulai menurunkan wajahnya mendekati kepala kejantananku. Ia mulai merekahkan kedua bibirnya, dengan berhati-hati ia memasukkan kepala kemaluanku ke dalam mulutnya tanpa tersentuh sedikitpun oleh giginya. Kemudian bergerak perlahan-lahan semakin jauh sampai di unsur tengah batang kemaluanku. Saat itulah kurasakan kepala kejantananku menyentuh unsur lidahnya. Tubuhku bergetar sesaat dan tersiar suara khas dari mulut Stella. Kedua bibirnya sesaat lantas merapat. Kurasakan kehangatan yang spektakuler nikmatnya menyiram sekujur tubuhku. Perlahan-lahan lantas kepala Stella mulai naik. Bersamaan dengan tersebut pula kurasakan tangannya unik turun unsur bawah batang tubuh kejantananku sampai ketika bibir dan lidahnya menjangkau di unsur kepala, kurasakan unsur kepala tersebut semakin sensitif.
KLIK DI SINI UNTUK MENONTON / MENDOWNLOAD VIDEONYA
Begitu sensitifnya hingga dapat kurasakan kesenangan hisapan dan jilatan Stella begitu merasuk dan menggelitik semua urat-urat syaraf yang terdapat di sana. Kuraba punggungnya dengan tangan kiriku, kuelus dengan lembut lalu menuju bawah. Kudapatkan payudara sebelah kanan. Kubuka telapak tanganku mengikuti format payudaranya yang bulat. Kuremas dengan lembut. Kubuka satu persatu kancing rompinya, dan pulang aku membuka tepak tangan mengikuti format payudaranya. Sambil tetap mengulum, tangan kanannya bergerak menyentuh tanganku, ia tarik baju ketatnya dari selipan celana panjangnya. Dipegangnya tanganku dan diarahkannya ke dalam. Di balik baju ketatnya, aku meremas-remas payudaranya yang masih terbungkus BH. Kuremas satu persatu payudaranya seraya mendesah merasakan kuluman pada kemaluanku.
Kuremas agak powerful dan Stella juga berhenti mengulum sekian detik lamanya. Kuelus-elus kulit dadanya yang agak menyembul dari BH-nya dengan sesekali menyelipkan di antara jariku salah satu payudaranya yang kenyal. “Agh…” desahku merasakan kuluman Stella yang kian cepat. Aku turunkan BH-nya yang menutupi payudara sebelah kanan, aku bisa meraih putingnya yang telah mengeras. Kupilin dengan lembut. “Ooh… esst…” desahnya melepas kuluman dan tersiar suara dampak melepaskan bibirnya dari kemaluanku. Menjilat, menghisap, naik turun. Ia begitu menikmatinya. Begitu seterusnya berulang-ulang. Aku tak dapat lagi menyaksikan ke bawah. Tubuhku semakin lama semakin melengkung ke belakang kepalaku telah terdongak ke atas.
KLIK DI SINI UNTUK MENONTON / MENDOWNLOAD VIDEONYA
Kupejamkan mataku. Stella begitu spektakuler melakukannya. Tak sekalipun kurasakan giginya menyentuh kulit kejantananku. Gila, belum pernah aku dihisap laksana ini, pikirku. Pikiranku telah melayang-layang jauh entah ke mana. Tak kusadari lagi sekelilingku oleh gelombang kesenangan yang mendera semua urat syaraf di tubuhku yang semakin tinggi. Aku berhenti sejenak meraba payudaranya. Kutengok ke bawah, tangan kanannya menggenggam dengan erat serupa di unsur leher batang kemaluanku, dan ia tampak tersenyum kepadaku. “Kamu luar biasa, Tel,” bisikku seraya menggeleng-gelengkan kepala terkagum-kagum oleh kehebatannya. Stella tersenyum manis dan berkesan manja. “Eh, dapat keluar aku kalo anda kayak gini terus,” bisikku lagi merasakan cengkeraman tangannya yang tak kunjung mengendur pada kemaluanku. Stella tersenyum. “Kalo anda udah nggak pengen keluar, keluarin aja, nggak usah ditahan-tahan,” jawabnya dan setelah tersebut menjulurkan lidahnya terbit dan tentang ujung batang kemaluanku. Rupanya ia memahami aku sedang berusaha untuk menyangga ejakulasiku.
“Aaghhh…” desahku agak keras menyangga rasa ngilu. Bukan kepalang nikmat yang kurasakan, tubuhnya bergerak tidak karuan, seiring dengan gerakan kepalanya yang naik turun, kedua tangannya tak henti-henti meraba dadaku, terkadang ia memilin kedua puting susuku dengan jarinya, terkadang ia mencungkil kuluman untuk memungut nafas sejenak kemudian melanjutkannya lagi. Semakin lama gerakannya kian cepat. Aku sudah berjuang semaksimal untuk menyangga ejakulasi. Kualihkan perhatianku dari payudaranya. Aku meraba ke arah bawah. Kubuka kancing celananya. Agak lama kucoba membuka dan kesudahannya terlepas juga. Pelan-pelan kuselipkan tangan kiriku di balik celana dalamnya. Aku bisa rasakan rambut kemaluannya tipis.
Mungkin dipelihara, pikirku dalam hati. Kuteruskan agak ke bawah. Stella mengolah posisinya. Tadinya ia yang melulu bersangga pada satu sisi pantatnya saja, kini ia renggangkan kedua kakinya. Dengan gampang aku bisa menyentuh kemaluannya. Beberapa ketika telunjukku bermain-main di unsur atas kemaluannya. Aku naik-turunkan jari telunjukku. Ugh, nikmat sekali nih rasanya, pikirku. Sesekali kumasukkan telunjukku ke dalam lubang kemaluannya. Aku jelajahi masing-masing milimeter ruangan di dalam kemaluan Stella. Aku temukan suatu kelentit di dalamnya. Kumainkan klitoris tersebut dengan telunjukku. Ugh, pegal pun rasanya tangan kiriku. Sejenak kukeluarkan jariku dari dalam. Lalu aku merasakan setiap kuluman Stella. Rasanya sudah sejumlah tetes spermaku keluar. Aku benar-benar diciptakan mabuk kepayang olehnya.
Kembali kumasukkan jariku, kali ini dua jari, jari telunjuk dan jari tengahku. Pada ketika aku memasukkan kedua jariku, Stella terlihat melengkuh dan mendesah pelan. Semakin lama semakin cepat aku mengeluar-masukkan kedua jariku di lubang kemaluannya dan Stella sejumlah menghentikan kuluman pada batang kemaluanku seraya tetap memegang batang kemaluanku. Entah telah berapa orang yang melihat pekerjaan kami terutama semua supir atau kenek truk yang kami lewati, tetapi aku tidak peduli. Kenikmatan yang kurasakan saat tersebut benar-benar membiusku sampai-sampai aku telah melupakan segala sesuatu. Kembali Stella menjilat, menghisap dan mengulum batang kemaluanku dan entah telah berapa lama kami mengerjakan ini.
Kutundukkan kepalaku untuk menyaksikan yang sedang digarap Stella pada kemaluanku. Kali ini Stella mengerjakan dengan sarat kelembutan, ia julurkan lidahnya sampai mengenai ujung kepala kemaluanku lagi. Ia memutar-mutarkan lidahnya tepat di ujung lubang kemaluanku. Sungguh dashyat kesenangan yang kurasakan. Beberapa kali tubuhku bergetar tetapi ia tetap pada sikapnya. Sesekali ia masukkan seluruh batang kemaluanku di dalam mulutnya dan ia mainkan lidahnya di dalam. “Ooh.. Tel… enakk…” desahku sambil mencungkil tangan kiriku dari lubang kemaluannya. Kupegang kepalanya mengekor gerakan naik turun.
“Stella, aku telah nggak tahannn…” kataku agak lirih menyangga ejakulasi. Namun gerakan Stella kian cepat dan sejumlah kali ia buka matanya tetapi tetap mengulum dan tersiar suara-suara dari dalam mulutnya. “Aaaagghhh…” desahku keras diiringi dengan keluarnya sperma dari dalam batang kemaluanku di dalam mulutnya. Keadaan mobil kami saat tersebut sedikit tersentak oleh pijakan kaki kananku. Aku merasakan setiap sperma yang terbit dari dalam kemaluanku sampai akhirnya habis. Stella tetap menjilati kemaluanku dengan lidahnya. Dapat kurasakan lidahnya menyapu semua bagian kepala kemaluanku. Ugh, nikmat sekali rasanya. Setelah mencuci seluruh spermaku dengan lidahnya, Stella bergerak ke atas. Kulihat dia, terlihat ada sejumlah spermaku menempel di sebelah kanan bibirnya dan pipi kirinya. Aku mulai bergerak membetulkan posisi dudukku, perlahan-lahan. Sambil tetap digenggamnya batang kemaluanku yang telah lemas, Stella beranjak ke atas melumat bibirku, masih terasa spermaku. Sekian detik kami bercumbu dan aku memejamkan mata. Akhirnya ia membereskan posisinya, ia duduk dan membereskan pakaiannya. Aku pun membereskan pakaianku sekedarnya. Aku kenakan celana panjangku tetapi tidak kumasukkan kemejaku.
KLIK DI SINI UNTUK MENONTON / MENDOWNLOAD VIDEONYA
Beberapa hari sesudah itu, aku main ke kost Stella dan pada saat tersebut pula kami mengikat tali kasih. Awal bulan Maret kemudian Stella pulang dari Manado sesudah 2 minggu ia sedang di sana dan ia tidak pulang lagi bekerja di salon itu. Sekarang kami hidup bareng di suatu tempat di wilayah Grogol, kini ia diterima sebagai operator di di antara perusahaan penyedia jasa komunikasi handphone. Sedangkan aku tetap sebagai animator yang bekerja di suatu perusahaan di wilayah Kedoya namun aku mesti meninggalkan kostku. Setelah kami hidup seatap, Stella mengakui padaku bahwa sekitar enam bulan ia bekerja di salon itu, ia pernah melayani pelanggannya dan ia menuliskan bahwa seluruh pekerja yang bekerja di salon tersebut juga pekerja seks.
Stella tidak memahami bagaimana asal mulanya. Stella sendiri tidak tahu apakah salon adalahsebuah kedok atau seks ialah sebuah tambahan. Dia menuliskan bahwa guna mengajak terbit salah satu karyawati di situ, seseorang mesti menunaikan di muka sebesar Rp 500.000. Rasanya Jakarta melulu milik kami berdua, tiap malam sesudah mandi sepulang dari kerja atau setelah santap malam, kami mengerjakan hubungan seks. Entah hingga kapan seluruh ini akan selesai dan entah kapan kami bakal resmi menikah.
KLIK DI SINI UNTUK MENONTON / MENDOWNLOAD VIDEONYA
No comments:
Post a Comment