Tentu saja kedatanganku disambut gembira oleh pasangan muda itu, khususnya oleh kakakku, Mbak Elin (nama samaran). Kelihatannya ekonomi kakakku masih paspasan. kisah sex Rumah yg dikontrak ialah rumah petak dan melulu berkamar istirahat satu, ruang tamu kecil dan ruang santap merangkap dapur, serta kamar mandi kecil. Dgn situasi rumah laksana itu, aku darurat tidur bersamasama Mbak Elin dan suaminya Mas Ari.
Aku istirahat di sebelah kanan, Mbak Elin di tengah dan Mas Ari di sebelah kiri. Malam tersebut aku berbincangbincang dgn kakakku hingga larut malam, kulihat Mas Ari sdh tertidur lebih dulu. Sampai kesudahannya kami kehabisan kisah dan tertidur. Kurang lebih jam 04:00 pagi Mbak Elin bangun dan terbit kamar guna urusan dapur. Aku tahu ini ialah kebiasaan sewaktu remaja. Dia tidak jarang kali bangun sangat awal.
Cerita dewasa terbaru, Sebenarnya aku jg terjaga saat ia turun dari lokasi tidur, namun aku tetap di lokasi tidur sebab malas. Dalam keremangan lampu 5 watt, kulirik Mas Ari kakak iparku yg masih kelihatan istirahat pulas di sebelahku tanpa terhalang oleh tubuh Mbak Elin, walaupun jarak kami lumayan jauh.Dalam tidurnya yg telentang dgn mengenakan piyama warna abuabu, tanpa sengaja kulihat ke arah selangkangannya. Kulihat sesuatu yg mencuat tinggi dari balik celananya.
Hatiku berdesir terdapat perasaan hangat menyelusuri tubuhku, kutahan nafasku. Aku tdk berani bergerak dan aku tetap purapura istirahat walaupun kupincingkan mataku untuk merasakan pemandangan yg syuur itu. Tibatiba Mas Ari mengembalikan badan menghadap ke arahku, kupejamkan mataku. Aku purapura masih tertidur lelap. Tibatiba kurasakan tubuh Mas Ari digeserkan mendekatiku, entah disengaja atau tdk, namun gerakannya paling hatihati, barangkali takut aku terbangun.
Aku tetap purapura masih istirahat dalam posisi telentang, jantungku berdegup keras, aku tdk tahu apa yg mesti kuperbuat. Kuatur nafasku, hendak rasanya aku melompat turun dan terbit kamar. namun desiran hangat yg mempercepat peredaran darahku membuatku membatalkan niatku.Tangan Mas Ari laksana tanpa sengaja menempel ke tanganku, aku tetap tdk bergerak. Tdk berapa lama, kurasakan tangannya menindih tanganku, dan itu lumayan lama hingga aku bingun mesti melakukan apa. Ketika dilihatnya aku diam saja, kurasakan dia mulai membelai lengan dgn lembut dan kurasakan kehangatan yg paling menyenangkan.
Tangannya terus membelai ke atas leherku, aku menyangga kegelian. Melihatku diam saja, Mas Ari semakin berani dan tangannya mulai turun guna merabaraba buah dadaku dari luar daster. Tdk lama kemudian, tali daster dan tali BHku diturunkan dan tangannya menerobos masuk ke dalam buah dadaku. Aku menggelinjang saat jarinya meremas buah dadaku dgn lembut, dan mengeluselus puting susuku.
Nafasku memburu, aku kian terangsang, bahkan Mas Ari tanpa sadar sudah merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Kaki kirinya sudah menindih kedua lututku yg diam mustahil berontak, sebab hasratku membuatku bingung. Kurasakan penisnya yg sudah mengeras di balik piyamanya menempel ketat di pinggul kiriku. Dan aku masih purapura tidur.
Dilepaskan tangannya dari BHku, tangan kirinya merayap di pahaku, kemudian menyusup di bawah daster dan membelai paha atas unsur dalam dan kesudahannya berhenti di pangkal paha. Dielusnya dgn lembut bibir kemaluanku yg masih rapat terbungkus dgn celana dalam, kurasakan kehangat dan perasaan nikmat mengalir di dalam dinding kemaluanku.
Elusan di atas celana di depan memek, kadangkadang diselipkan jari tanganya dari samping celanaku menciptakan dinding memekku berdenyut lembut dan enak. Aku menikmati bahwa kepunyaanku sdh basah. Tiba saatnya Mas Ari memasukkan tangan kirinya ke dalam celanaku melewati pusar, ketika tersebut aku sadar dan aku takut bila Mbak Elin tibatiba masuk, maka kupegang tangannya dan kutahan supaya Mas Ari tdk meneruskan niatnya. namun tangannya tdk mau terbit dari celanaku dan aku tetap menahannya.
Kubuka mataku, kutatap wajahnya. Mas Ari tersenyum, namun aku tdk dapat menjawab senyumnya. Aku hendak marah kepadanya atas kelancangannya, namun aku tdk dapat, sebab dalam gejolak rangsangan yg membuaiku sebetulnya aku sdh kehilangan rasioku. Aku menikmatinya dan penolakanku lebih mempunyai sifat kekhawatiranku akan timbulnya Mbak Elin dari pintu kamar yg tdk terkunci. Dalam suasana demikian kuarahkan pandanganku ke pintu kamar. Mas Ari menciduk apa yg kumaksud.
Ditariknya tangannya dari celanaku, dan dia segera turun dari lokasi tidur dan segera menguncipintu kamar. Aku tdk tahu apa yg mesti kuperbuat, seharusnya aku bangun dari lokasi tidur dan segera terbit kamar, sampai-sampai dapat terhindar dari tindakan Mas Ari yg lancang itu, namun tdk. Bagian dalam memekku masih berdenyut dgn lembut, aliran darahku dan birahiku masih belum turun dari kepala. Sensasi ini belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan dgn pacarku saja aku masih sekedar bergandgn tangan saja. Entah apa yg kubayangkan ketika itu.
Kubalikkan tubuhku menghadap tembok membelakangi Mas Ari yg pulang dari arah pintu. Direbahkannya tubuhnya rapat di belakangku sambil unik pundakku ke arahnya, sampai-sampai aku pulang dalam posisi telentang dan dia mengupayakan menciumku, namun aku mengelak dari ciumannya. Kugelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, hingga akhirnya Mas Ari dapat menangkap mulutku dgn mulutnya. Saat tersebut aku sdh tdk bisa lagi menyangga kuasa nafsu birahi dari dalam tubuhku yg masih perawan ini.
Itulah kesatu kalinya aku dihirup oleh seorang lakilaki, aku masih bebal ketika dia menyedot dan menjilat bibirku. Aku tdk menyerahkan tanggapan yg seharusnya perempuan berikan saat dicumbu seorang lelaki, aku masih kaget, nafasku tdk beraturan, namun nafsuku bangkit kembali. Tanpa sadar kupeluk pundaknya eraterat saat tangannya meremasremas buah dadaku. Kurasakan payudaraku mulai mengeras, lagipula ketika puting susuku dipelintir ke kanan dan ke kiri berulangulang dgn lembut. Sensasinya sungguh diluar dugaanku.
Ketika bibirnya mulai menjalar ke leherku, tangannya pindah dari dada ke arah selangkangan, kubiarkan Mas Ari membuka ujung bawah daster dan menelusup ke bawah celana dalam. Diusapusapnya rambut kemaluanku untuk sejumlah lama, dan lantas jari tangannya mulai terasa menggesek dinding memek dan lantas ke atas ke arah klitoris.
Aaahh.., terdapat rasa ngilu yg paling nikmat.
Beberapa lama jarinya membelai dan menggeletarkan klitorisku, tanpa sadar kuikuti iramanya dgn menggoyang pingulku. Kenikmatan sdh menjalar ke semua kelamin, ke pinggul dan bahkan ke unsur pantatku. Aduh nikmat sekali.
Aku mengerang dan mendesah pelan sarat kenikmatan. Ketika Mas Ari unik tangannya dari dalam celana, aku merasa kecewa, ternyata tdk, ia ternyata mencungkil celananya ke bawah sampai-sampai penisnya yg sudah berdiri dgn kokoh menyeruak keluar. Kepala yg membesar sudah mengkilat. Dibimbingnya dgn lembut tangan kiriku ke arah penisnya dan aku tdk kuasa lagi menolaknya. Kugenggam dan kuremasremas dgn lembut batang panjangnya.
Inilah kesatu kalinya aku menyaksikan sekaligus menyentuh perangkat kelamin seorang lakilaki. Dadaku bergetar sarat birahi, lantas ketika jarinya pulang memainkan klitorisku, sedang jari lainnya semakin masuk ke dalam liang senggamaku, maka kukocok penisnya semakin cepat.
Kudengar nafasnya mengejar disertai desis yg pendek dari mulutnya. Dinding dalam liang kewanitaanku berdenyut semakin dalam. Kujepit jarinya dgn bibir bawahku, aku tdk tahan lagi, kesenangan sdh menjalar sampai ujung rambut. Tibatiba denyutan yg powerful datang dari arah liang rahimku. Aku menyangga nafas, aku menggelinjang dan kujepit jarinya dgn kuat. Aku telah menjangkau puncak, liang kewanitaanku berkedutkedut dgn kuat.
Aahh.., dan pada ketika yg nyaris bersamaan, Mas Ari menekankan pinggulnya ke pahaku, dan penis yg berada dalam genggamanku terasa berkedutkedut dgn kuat, dan kurasakan air maninya menyemprot dan mengairi pahaku.
Aaahh.., melulu desisan yg bisa kukeluarkan dari mulutku.
Beberapa detik aku terbaring dgn lemas bersebelahan dgn tubuh hangatnya Mas Ari. Dgn malas aku bangun, kubuka pintu kamar dan segera aku ke kamar mandi. Aku fobia bertemu Mbak Elin yg masih sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi kami.
Saat di kamar mandi, aku sempat menginginkan sensasi kesenangan yg berlangsung sejumlah menit yg lalu. Ada perasaan senang bercampur dgn perasaan fobia bergejolak di dalam diriku ketika kubersihkan kemaluanku di kamar mandi. Mas Ari masih telentang di lokasi tidur seraya tersenyum menatap wajahku saat aku terbit dari kamar mandi dan langsung mengarah ke ke dapur menolong Mbak Elin yg tdk memahami adanya sensasi estetis di kamar itu.
Hari tersebut jg kuputuskan aku mesti pulang ke kotaku, aku tdk mau urusan tersebut terjadi lagi. Bukan aku tdk menyukainya, namun aku tdk hendak rumah tangga kakakku menjadi berantakan garagara kehadiranku yg membangunkan birahi suaminya. Mbak Elin kaget saat aku pamitan guna pulang. Aku memberikan dalil bahwa terdapat tugas kuliah yg tak sempat kuselesaikan.
No comments:
Post a Comment