Thursday, June 14, 2018

Cerita Sex Ngentot Dengan Amoy Semok - www.ceritasexnesia.blogspot.com

Sejak peristiwa sexku dengan Diana aku semakin aktif untuk mengekor senam, yach biasa untuk mengalirkan hasratku yang menggebu ini.

Kegiatan ini seluruh tentunya pun rapi sebab ku nggak kepingin istriku tahu urusan ini. Suatu saat aku diperkenalkan pada teman-teman diana satu kelompok, dan pinter sekali bersandiwara dengan berpura-pura sudah bertemu denganku pada sebuah pesta pernikahan seseorang sampai-sampai temannya tidak terdapat yang curiga bahwa aku telah bersangkutan dengan diana.


Hari ini, seusai senam jam 08.30 aku mesti langsung kekantor guna mempersiapkan pertemuan urgen nanti siang jam 14.00. Kubelokkan kendaraanku pada toko buku untuk melakukan pembelian perlengkapan kantor yang kurang, ketika aku asyik memilih tiba-tiba pinggangku terdapat yang mencolek, ketika kutoleh dia ialah fifi rekan diana yang tadi dikenalkan.

“Belanja Apa De…, kok serius banget…”, Tanyanya dengan senyum manis.
“Ah enggak cuman tidak banyak untuk keperluan kantor aja kok…”
Akhirnya aku terlibat pembicaraan ringan dengan fifi. Dari pembicaraan tersebut kuperoleh bahwa Fifi ialah keturunan cina dengan jawa sampai-sampai perpaduan wajah tersebut manis sekali kelihatannya. Matanya sipit namun alisnya tebal dan…, Aku pulang melirik kearah dadanya.., alamak besar sekali, kira-kira 36C bertolak belakang jauh dengan diana sahabatnya.
“Eh.., De aku terdapat yang pengin kubicarakan sama anda tapi tidak boleh sampai tahu diana ya”, pintanya seraya melirikku sarat arti.
“Ngomong apaan sih.., serius banget Fi…, apa perlu?”, tanyaku sarat selidik.
“Iya butuh sekali…, Tunggu aku sebentar ya…, anda naik apa..”, tanyanya lagi.
“Ada kendaraan kok aku…” timpalku penasaran. Akhirnya kuputuskan Fifi ikut aku walaupun mobilnya ada, nanti bila omong-omgngnya sudah berlalu Fifi tak antar lagi ketempat ini.
“Masalah apa Fi anda kok serius banget sih…”, tanyaku lagi.
“Tenang De…, ikuti arahku ya…, santai saja lah…”, pintanya.
Sesekali kulirik paha Fifi yang putih tersebut tersingkap sebab roknya pendek, dan Fifi tetap tidak berjuang menutupi. Sesuai tuntunan arah dari Fifi kesudahannya aku menginjak rumah besar serupa villa dan dikisahkan oleh Fifi bahwa tempat tersebut biasa digunakan untuk persewaan.

“Ok fi kini kita kemana ini dan anda mau ngomong apaan sih”, tanyaku tak sabar, sesudah aku masuk ruangan dan Fifi mempersilahkan duduk.
“Gini De langsung aja ya…, Kamu pernah menikmati Diana ya..?”, tanyanya.
Deg…, dadaku berguncang mendengar ucapan Fifi yang ceplas ceplos itu.
“Merasakan apaan sih Fi?”, tanyaku pura-pura bodoh.
“Alaa De tidak boleh mungkir aku dikasih tahu lho sama Diana, dia mengisahkan bagaimana sukanya dia menikmatimu…, Hayooooo masih mungkir ya…”.
Aku melulu diam tetapi sedikit grogi juga, nampak wajahku panas mendengar penuturan Fifi yang langsung dan tanpa sungkan tersebut. Aku terdiam sedangkan Fifi merasa diatas angin dengan bercakap panjang lebar seraya sesekali dia senyum dan menyilangkan kakinya sampai-sampai nampak pahanya yang mulus tanpa cacat. Aku melulu cengar cengir saja mendengar seluruh omomgannya.
“Gimana De masih inginkan mungkir nih…, Bener seluruh kan ceritaku tadi…?”, Tanyanya antusias.
Aku melulu tersenyum kecut. Kuperhatikan Fifi meninggalkan lokasi duduknya dan tak lama kemuadian dia terbit sambil membawa dua gelas air minum. Fifi pulang menatapku tajam aku laksana tertuduh yang menantikan hukuman. Tak lama berselang pulang Fifi berdiri dan duduk disampingku.

“De…”, sapanya manja.
Aku melirik dan, “Apa?”, jawabku kalem.
“Aku mau laksana yang kau kerjakan pada Diana De…”, aku tidak banyak terkejut mendengar pengakuannya dan tanpa melemparkan waktu lagi kudekatkan bibirku pada bibirnya.
Pelan dan kurasakan bibir Fifi hangat membara. Kami berpagut bibir, kumasukkan lidahku ketika bibir Fifi terbuka, sedangkan tanganku tidak bermukim diam. Kusentuh lembut payudaranya yang kenyal dia tersentak kaget. Bibirku masih bermain semakin larut dalam bibirnya. Fifi kelihatan merasakan sekali sentuhan tanganku pada payudaranya. Sementara tangan kananku mengelus lembut punggungnya. Fifi semakin menjadi leherku diciumi dan tangan Fifi berada dipunggungku. Tanganku beroperasi semakin jauh dengan meraba paha Fifi yang mulus dia semakin menggelinjang ketika tangan kananku mulai masuk dalam payudaranya. Tanpa menantikan reaksi lanjutan aku mendongkrak BH sampai-sampai tanganku dengan gampang menyentuh putting yang mulai mengeras.

Kudengar nafas Fifi mengejar dengan diselingi ucapan yang aku tak mengerti. Fifi mulai pasrah dan kedua tangaku mendongkrak kaos sehingga sekarang Fifi melulu memakai rok mini yang telah tidak lagi berbentuk sementara BH hitam telah tidak lagi memblokir payudaranya. Kudorong perlahan Fifi guna berbaring di Sofa, Aku terkagum menyaksikan putihnya tubuh yang hampir tanpa cacat. Kuperhatikan putting susunya memerah dan kaku, bulu-bulu halus berada disekitar pusar meningkatkan gairahku. Fifi melulu terpejam dan aku mulai menurunkan rok mini sesudah jariku sukses menyentil pengait dibawah pusar. Kini Fifi melulu tinggal menggunakan CD dan BH hitam kontras dengan warna kulitnya. Aku bergegas mempreteli pakaianku dan melulu tinggal CD. Cepat-cepat kutindih tubuh mulus tersebut dan Fifi mulai menggelinjang menikmati sesuatu mengganjal dibawah pusarnya. Aku turun menciumi kakinya sesenti demi sesenti.
“Enggghh hhss”, melulu suara tersebut yang kudengar saaat mulutku bertindak di lutut dan pahanya.

Penisku terasa sakit sebab kejang. Mulutku mulai menjalar di paha.., benar-benar kunikmati sejengkal demi sejengkal. Tanganku mengupayakan menelusuri wilayah disela pahany, Dan kudengar suara tersebut semakin menjadi ketika tanganku sukses menyusup dari pinggir CD hitam dan sukses menemukan lokasi berbulu dengan tidak banyak becek didalamnya. Tanganku terus mengelus bulu-bulu kaku dan tangan satunya berjuang mempermudah dengan menurunkan CD didaerah pada berpapasan dengan mulutku. Kusibak seluruh penghalang yang menghalangi tanganku guna menjamah kemaluan, dan sekarang semakin nampak wajah pribumi kemaluan Fifi estetis montok putih kemerahan dengan bulu jarang tapi tertata letaknya. Mataku terus memantau kemaluan Fifi yang menarik, kulihat klitorisnya membengkak terbit merah muda warnamya…, aku semakin terangsang hebat.

Mulutku masih disela pahanya sedangkan tanganku terus menjebol liang semakin dalam dan Fifi semakin menggelinjang terkadang mengejang ketika kupermainkan daging kecil disela gua itu. Kusibakkan dua paha dengan merentangkan kaki kanan pada sandaran sofa sementara kaki kiri kubiarkan menyentuh lantai. Kini kemaluan Fifi semakin tersingkap lebar. Mulutku telah tak sabar hendak merasakan lidahku telah berdecak kagum dan bercita-cita cepat menerobos liangnya beradu dengan daging kecil yang manja tersebut dengan bulu yang tidak banyak. Kumisku bergeser perlahan beradu dengan bulu halus kepunyaan Fifi dan dia hanya dapat terpejam dengan lenguhan panjang separuh menjerit. Kubirakan dia mengguman tak karuan. Lidahku mulai menjilat dan bibirku menciba menghisap daging kecil kepunyaan Fifi yang menjorok keluar. Kuadu lidahku dengan daging kecil dan bibirku tak henti mengecup, kurasakan kemaluan semakin basah.

Fifi berteriak semakin keras ketika tangaku pun mengambil inisiatif guna meremas payudaranya yang bergerak kiri kanan ketika Fifi bergoyang kenikmatan. Aku pun tidak tahan menyaksikan semua ini. Kutarik bibirku menjauh dari kemaluanya dan kulepas Cdku sampai-sampai nampaklah batang penisku yang telah tegak berdiri dengan ujung merah dengan tidak banyak lendir. Kusaksikan Fifi masih terpejam kudekatkan ujung penisku hingga akhirnya menyentuh kecil kemaluan Fifi. Jeritan Fifi semakin menjadi dengan mengusung pantatnya agar penisku menjenguk lubangnya. Kujauhkan penisku sebentar dan kulihat pantat Fifi semakin tinggi mencari. Kugesek gesekkan lagi penisku dengan keras, aku terkejut tiba-tiba tanfan Fifi menagkap batang penisku dan dibimbing menuju lubang yang sudah disiapkan. Denga lembut dan sopan penisku masuk perlahan. Saat kepala penis masuk Fifi menjerit keras dan menjepitkan kedua kainya dipinggangku. Kupaksakan perlahan batang penisku akhirnya sukses menjenguk lubang terdalam kepunyaan Fifi. Kaki Fifi kaku menahanku dia membuka mata dan tersenyum.

“Jangan digoyang dulu ya De…”, pintanya dan dia terpejam kembali.
Aku menurut keterangan dari saja. Kurasakan kemaluan Fifi berdenyut keras memijit penisku yang terbenam dalam tanpa gerak. Akhirnya Fifi mulai menggoyangkan pantatnya perlahan. Aku menikmati geli yang luar biasa. Kuputar pun pantatku seraya bergerak maju mundur dan ketika penisku terbenam kurasakan bibir kemaluan Fifi ikut terbenam dengan kulit penisku. Tak seberapa lama aku menikmati penisku mulai panas dan geli yang berada diujung aku semakin mengurangi dan manarik cepat-cepat. Fifi merasakan pun rupanya, dia mengimbangi dengan menjepitkan kedua kakinya dipinggangku sampai-sampai gerak penisku terhambat. Saat penis masuk karena pertolongan kaki Fifi semakin dalam kurasakan lokasi yang dituju.
Aku tidak powerful dan, “Fi aku inginkan keluar”, lenguhku.

Fifi melulu tersenyum dan semakin mempererat jepitan kakinya. Akhirnya, Kutekan seluruh penisku dalam-dalam dan kusaksikan Fifi terpejam dan berteriak keras. Kurasakan semprotan spektakuler didalam kemaluan Fifi. Dan aku terus menggoyangnya, tiba-tiba Fifi berteriak dan tangannya memelukku kuat-kuat. Bibirnya menggigit dadaku sedangkan pantatnya terus mengejang kaku, aku melulu terdiam menikmati nikmatnya seluruh ini.
Aku menindih Fifi dan penisku masih betah didalam liang sanggamanya. Fifi membelai punggungku perlahan seolah merasa fobia kehilangan kesenangan yang telah direguknya. Perlahan kujauhkan pantatku dari tubuh Fifi dan kurasakan dingin penisku saat terbit dari liang kenikmatan. Aku terlentang menikmati sisa-sisa kenikmatan. Fifi pulang bergerak dan berdiri. Dia tersenyum melangkah mengarah ke kamar mandi. Kudengar suara gemericik air mengguyur…,
Fifi pulang mendekatiku, aku duduk diatas karpet guna berdiri berkeinginan membersihkan penisku yang masih belepotan, aku terkejut ketika Fifi pulang mendorongku guna tidur.
“Eh fi aku inginkan ke kamar mandi dulu.., bersih- bersih nih…”
Tapi tak kudengar jawaban sebab Fifi membungkuk di sela pahaku dan kurasakan mulut Fifi kembali bertindak memanjakan penisku dengan lidahnya. Aku geli menggelinjang menikmati nikmatnya kuluman mulut Fifi ke penisku. Telur penisku dijilat dan dihisap perlahan. Serasa ujung syarafku menegang.

Kujepit kepalanya dengan dua pahaku, Aku mulia menggumam tak karuan namun Fifi semakin buas melumat penisku. Ujung penisku dihisap kuat-kuat lantas dilepas lagi dan tangnnya mengocok tiada henti. Akhirnya aku menyerah guna merasakan kesenangan mulut Fifi yang semakin menggila. Kulihat kepala Fifi naik turun mengelomoh penisku yang menegang. Saat mulutnya menghisap kusaksikan pipi Fifi kempot laksana orang tua. Penisku dikeluarkan dari mulutnya dan kusaksikan kepala penisku telah memerah siap guna menyemprotkan air kehidupan. Fifi pulang menggoyang mulutnya guna penisku tiada henti. Kepala penisku mendapat perlakukan istimewa. Dihisap dan dikulum. Lidahnya menjilat dan mengecap semua bagian penisku. Tangan Fifi menolong mulutnya yang mungil memegangi penisku yang mulai tak pasti arah. Aku kegerahan, kupegang kepalanya dan kuataur ritme supaya aku tidak cepat keluar.


Hanya suara mengherankan itu yang sanggup terbit dari mulutku. Aku mengupayakan duduk untuk menyaksikan seluruh gerakan Fifi yang semakin binal pada penisku. Kepala Fifi tetap dalam dekapan tangaku, kuciumi rambutnya yang halus dan kobelai punggungnya yang putih licin, dia mulai berkeringat mengagumu penisku. Mulut Fifi berguman merasakan ujung penisku yang semakin membonggol. Tanganku kuarahkan guna meremas payudaranya. Saat kegelianku datang, payudaranya jadi sasaran amuk tanganku. Kuremas powerful Fifi melulu mengguman dan melenguh. Gila, Sayang aku tidak sukses mengatur masa-masa yang lebih lama lagi guna tidak menerbitkan cairanku. Mulut Fifi sekain buas melihat tingkahku yang mulai tak karuan. Lenguhku semakin keras. diluar sangkaan Fifi semakin kuat mengerjakan kuluman dan hisapan peda penisku. Akhirnya aku tidak tahan merasakan kesenangan yang tiada tara ini. Kuangkat pantatku tinggi – tinggi, rupanya Fifi memahami maksudku, dimasukkannya dalam-dalam penisku dan kurasakan Fifi tambah powerful menghisap cairanku aku jadi merasa tersedot masuk dalam mulutnya.

Tak seberapa lama sesudah cairanku habis, Fifi masih mengulum dan mencuci sisa-sisa dengan mulutnya. Aku hanya dapat tengadah menikmati semuanya. Setelah tersebut Fifi mulai melepas mulutnya dari penisku. Kulihat semuanya telah bersih dan licin. Fifi tersenyum dan dia membelai dadaku yang masih telanjang. Aku baru dapat berdiri dan mengarah ke ke kamar mandi ketika Fifi beranjak dari duduknya guna membuatkan aku minuman. Kubersihkan diriku. Aku minum sejenak, dan Fifi melulu diam saja memandangiku.
“Kenapa Fi…?”, tanyaku.
Dia memandangku dan berkata, “Maaf ya De sebetulnya aku tadi melulu memancingmu saja kok, aku nggak tahu anda udah pernah main ama Diana atau belum, abisan aku lihat tatapan mata Diana sama anda kadang mesra sekali sih aku jadi curiga”
“Gila, kupikir”, namun aku melulu senyum saja mendengarnya.

Tak terasa masa-masa sudah mengindikasikan jam 12.45 aku mesti bergegas guna menyiapkan rapat. Kami berdua mengarah ke ke toko lokasi Fifi memarkir mobilnya. Selama diperjalanan kami semakin mesra dan berkali-kali kudengar lenguh manja Fifi seakan masih merasakan sisa-sisa orgasmenya. Tangankupun sekali-kali tidak lagi fobia menelungkup disela pahanya atu penggelayut dipayudaranya yang besar. Bahkan Fifi semakin tidak mempedulikan pahanya tersingkap lebar dengan rok terangkat guna mempermudah tanganku menjelajah dikemaluannya. Fifipun enggan kalah penisku jadi sasaran tangannya ketika tangaku tidak menduduki kemaluannya. Kurasakan penisku tegang kembali. Fifi melulu tersenyum dan meraba terus penisku dari luar celana. Akhirnya sampai pun ditempat Fifi memarkir mobil dan kami berpisah, Fifi menyerahkan kecup manja dan perkataan terima kasih.

Aku melulu tersenyum dan bergumam, “Besok aku inginkan lagi..”
Fifi mengangguk dan berbicara “Kapanpun Ade mau, Fifi bakal layani”
Hati setanku bersoak mendengar jawaban yang berisi makna kemanjaan suatu penis dan keganasan kemaluan memerah dengan bulu halus. Diana tidak mengetahui bila aku sering menikmati kemaluan Fifi yang putih dan lunak itu. Mereka masih tetap akrab dan berjalan bareng seperti biasanya

No comments:

Post a Comment