Saturday, July 21, 2018

Cerita Sex Ngentot dengan Tante Ivone yang Sombong - www.ceritasexnesia.blogspot.com


Udara pagi ini terasa sejuk sekali, seakan menyambut baik datangnya hari Minggu ini. Secerah wajah tante Ivone yg tengah bercengkrama dengan bunga bunga ditaman. Meskipun nampak angkuh, namun keelokan wajahnya mustahil disembunyikan.

Aku baru saja berlalu mandi dan berniat ngeteh diteras lokasi tinggal sambil mnghirup udara pagi yg segar. Akan namun mataku menyaksikan tante Ivone tengah asyik merasakan keindahan bunga ditaman depan rumah. Dengan gaya ala petani bunga Cibodas, tante Ivone nampak srius mmperhatikan tumbuhan itu. ” Pagi tan ” sapaku. ” Hmm… ” balasnya tanpa berpaling dari rumpunan bunga. ” Mau aku buatin minum nda tan!? ” tanyaku lagi separuh menawarkan jasa. ” Nda usah!! ” jawabnya pun seraya membelakangiku. Aku tak menyaksikan tante Rita, Hendri ataupun Nita pagi ini. ” Ach, pada lari pagi kali? ” fikirku dalam hati.

Aku kmbali mmperhatikan tante Ivone yg mmblakangiku. Mulai dari betisnya yg putih mulus mskipun nampak kurus, pahanya yg lebih mulus dari betisnya, bokongnya meskipun trbalut clana pendek, tetapi trlihat jelas lekukannya. ” Coba dia dapat aku tiduri sperti tante Rita ya? ” gumanku dalam hati. Belum berakhir lamunanku,tiba mendarat kulihat tubuh tante Ivone trhuyung lemah hendak trsungkur. Dengan cepat aku mloncat dan mmegangi tubuhnya yg hampir trsungkur itu, mninggalkan saldo lamunan cabulku.

Kurangkul tubuhnya yg mulus dan trlihat lemas sekali. “Ga papa kan tan??” tanyaku sarat rasa khawatir, sraya mmapah tubuh tante Ivone. “Kpalaku trasa pusing Fad” jawab tante Ivone lemah. “Ya udah, tidur aja didalam” saranku seraya terus memapahnya ke dalam rumah. “Akhirnya aku dapat mrangkulmu Vone” ucapku dalam hati. Ada sjuta kebahagian dihatiku karna dapat mrangkul tubuh si sombong trsebut.

Stelah brada didalam rumah, dengan perlahan kududukan tante Ivone disofa ruang tamu. Dengan mnarik nafas tante Ivone duduk dan brsandar pada sandaran sofa. Stelah tersebut aku melangkah mninggalkannya sendiri. Tak brapa lama aku pulang dngn sgelas air hangat dan mnghampiri tante Ivone yg tengah brsandar disandaran sofa. “Minum dulu tan, biar enakan!” ujarku seraya mnyerahkan gelas brisi air hangat yg kubawa. Tante Ivone juga mminum air hngt yg kuberikan. “Makasih ya Fad” ucapnya lemah seraya mletakan gelas dimeja yg terdapat didepannya.

“Kpalanya masih pusing ga tan!?” tanyaku. Tante Ivone melulu mnganggukan kpalanya. “Mau dipijatin ga!?” tanyaku lagi. “E, em” jawab tante Ivone prlahan seakan tengah mnahan sakit. Aku juga sgera memijat mulai dari kpalanya dngn prlahan lahan, kmudian dahinya yg dia bilang mrupakan pusat rasa sakitnya. “Wah, knapa tante Fad!?” tanya Nita yg baru saja pulang. “Tadi si tante nyaris jatuh, kpalanya pusing Nit!” jawabku. ” Trlalu capek kali!? ” ujar Nita seraya mlangkah kedapur. “Dah aga mndingan Fad” jelas tante Ivone dngn mata terpejam, merasakan pijatan pijatan jariku. Terasa hangat dahinya brsamaan dngn rasa hangat yg menjalari tubuhku. Harum wewangian tubuh tante Ivone trasa mnusuk kedua lobang hidungku. Mmbuat aku hendak lebih lama lagi memijat dan dekat dngnnya.

“Masuk angin kali tan, dahinya aga anget ne!? ” jelasku, brupaya memancing supaya niatku tercapai. “Iya kali? “ujarnya pula, seakan mngerti akan makna ucapanku. Membuatku kian brani lebih jauh. “Mau dikerikin ga!?” tanyaku dngn sarat haraf kepadanya. “Memang anda bisa!?” tante Ivone balik brtanya. Membuat hatiku trasa brdebar tak karuan. “Ya bisa… ” jelasku dngn cepat, fobia tante Ivone brubah fikiran lagi. “Ya udah, namun dikamar ya…, ga enak disini” pinta tante Ivone. Mmbuat hatiku brdebar kian cepat. Dengan prlahanku papah dia mlangkah mnuju kamarnya. Akupun brusaha untuk menyangga dan mendinginkan hatiku. Yang mulai dirasuki niat dan fikiran kotorku.

Setelah brada didalam kamar, kusarankan supaya dia istrahat diranjangnya. Tante Ivone juga mrebahkan tubuhnya sraya brnafas panjang. Seolah olah terdapat beban berat yg dibawanya. Aku sgera brlalu mngambil obat gosok dan coin guna mengerik tubuh tante Ivone. Stelah kudapati smua yg kubutuhkan, aku pulang mnghampiri tante Ivone yg tengah menanti. Dengan mmbranikan diri aku memintamya supaya dia mlepaskan pakaian yg dipakainya. Dia juga prlahan mencungkil pakaian atau baju yg dipakainya. Shingga tante Ivone kini melulu mngenakan bra yg brwarna pink dan clana pendek saja. Ada getaran hangat mnjalari sluruh tubuhku, saat menonton tante Ivone mmbuka bajunya. Hingga mmbangunkan kjantanan dan hawa nafsuku. Yang memang sudah mngendap dibenakku semenjak awal, saat memprhatikan dia ditaman.

Dengan prasaan yg tak mnentu dan dibayangi nafsu dibenakku. Akupun mulai mngusap …

..usap punggung mulus yg mmblakangiku, dngn hati hati sekali. “Tali branya dimulai aja ya tan??” pintaku pnuh haraf seraya trus mngusap dan mengerik punggung bagus dihadapanku. “Iya… ” jawabnya lirih. Menahan kerikan dipunggungnya, entah sakit atau geli aku tak tau. Yang tentu tanganku sgera mencungkil kait tali branya, sampai-sampai mmbuat branya mlorot mnutupi sbagian payudaranya yg bulat dan berisi. Sperti payudara kepunyaan gadis kebanyakan. Stelah tiada lagi penghalang dipunggungnya, akupun membalurinya dngn minyak gosok. Dan jari jemarikupun menari mmbentuk garis dipunggung tante Ivone.

Sambil sekali kali mataku melirik kearah payudaranya yg brusaha ditutupi dngn bra dan kedua tlapak tangannya. Tapi urusan trsebut mmbuatku smakin terangsang didorong rasa pnasaran yg tramat. Smentara tante Ivone melulu trdiam sraya mmejamkan matanya yg bulat dan indah. ” Pelan pelan ya Fad!? ” pintanya masih dngn mata yg trpejam. Tiba mendarat pintu kamar prlahan terbuka, nampak Nita tengah brdiri dimuka pintu. “Tan aku mo kerumah tman dulu ya!?” ujar Nita brpamitan sraya matanya mlirik kearahku. “Iya Nit… ” balas tante Ivone tanpa brpaling kearahnya. Kmudian scara prlahan Nita mnutup pintu pulang dan brlalu pergi.

Jari tanganku mulai badung trhadap tugasnya, jariku trkadang nyelinap dibawah ketiaknya brusaha meraih benda yg bulat dan padat brisi yg ditutupinya. Tapi tangan tante Ivone terkadang brusaha mnghalanginya, dngn merapatkan pangkal lengannya. “Jari anda nakal ya Fad!? ” ucap tante Ivone stengah berbisik sambil mlirik ke arahku. Membuatku trsipu malu. “Habis ga powerful sich, tan…” jawabku jujur. Tapi tante Ivone justeru melepaskan branya shingga sekarang payudaranya nampak polos tanpa plindung lagi.

Dan langsung menjadi santapan kedua mataku tanpa brkedip. Langsung mmbuat hatiku brdebar debar mnyaksikan pemandangan trsebut. “Sekarang dapat kamu plototin pe puas dech!!” ujar tante Ivone tak lagi mnutupit buah dadanya dngn kedua tlapak tangannya lagi. Jantungku trasa bgitu cepat brdetak dan mmbuat lemas sluruh prsendianku. Kontolku brlahan tapi tentu mulai brdiri tegak mngikuti desakan hasratku.


“Memang dah berlalu ngeriknya Fad!?” tegur tante Ivone mngingatkanku. Mmbuat aku sgera mlanjutkan prkerjaanku yg trtunda sesaat. Hampir sluruh unsur belakang tubuh tante Ivone sudah kukerik dan brwarna merah brgaris garis. Hanya unsur bokongnya yg luput dari kerikanku karna trhalang dngn clana pendek serta CD yg dikenakannya. Tapi belahan bokongnya sudah puas kuplototin.

Akhirnya pekerjaanku berlalu juga. Kemudian dngn prlahan jari jariku memijati pundaknya. Tante Ivone mnundukan kpalanya, sekali sekali trdengar suara dahak dari mulutnya. “Sudah Fad!” printahnya, supaya aku mnyudahi pijatanku.

Dengan prasaan malas akupun mnghentikan pijatanku dan sgera mmbrsihkan saldo sisa minyak dikedua tlapak tngnku. ” Cuci tanganmu dulu biar bersih sana!!” pinta tante Ivone skaligus printah. Akupun branjak pergi kekamar mandi yg memang terdapat didalam kamar trsebut. Stelah usai mncuci sluruh tanganku sampai bnar bnar bersih. Akupun kembali mendekat tante Ivon yg tengah telentang diatas ranjang masih dngn suasana sparuh bugil. Sperti ketika aku tinggalkan kekamar mandi. Hingga payudaranya yg bulat dan brisi nampak mmbusung besar didadanya, dngn puting yg brwarna coklat susu. “Ayo Fad, anda mau mainin ini kan!?”. “Aku pun mau kok!?” ucap tante Ivone seraya mremas di antara payudaranya sampai putingnya mnonjol kearahku. Akupun mndekat mnghampirinya dngn perasaan nafsu. Membuat kontolku makin brdiri dan mngeras kencang dibalik clanaku.

Akupun tak mnunggu lebih lama, sgeraku remasi payudaranya yg mnantang. Tante Ivone brgelinjang ketika tlapak tanganku mndarat dan meremas kedua payudaranya. ” Achh.., iya Fad trussss ” rintihnya prlahan. Jari jemariku kian binal mremasi sluruh daging bulat yg padat brisi. JariQ pun memainkan putingnya yg mulai mngeras. ” Iya,.., mari diisep Fad.., aaaayooo “pinta tante Ivone dngn nafas taj tratur. Akupun sgera mnjilati dan mengisapi puting payudaranya. “Aduhhh…, enaaaak, trusss….” desah tante Ivone sraya mmegangi kpalaku. Aku smakin brnafsu dngn puting yg kenyal sperti urat dan mnggemaskan. Smentara tante Ivone smakin mndesah tak karuan. Tangan kananku meluncur kearah slangkangan dibawah pusar, trus mnyusup masuk diantara clana dan CD tante Ivone. Hingga jari jariku trasa mnyentuh rumput halus yg lumayan lebat didalamnya. Tante Ivone mmbuka pahanya tak kala jari tlunjukku brusaha masuk kedalam lobang yg terdapat ditengah bulu bulu halus miliknya. “Aowww…” jerit kecil tante Ivone ketika tlunjukku brhasil menginjak lobang memeknya. Dia juga mnggeliatkan tubuhnya sarat gairah nafsu. Smentara kontolku smakin mngeras berkeinginan kluar dari bahan yg mnutupinya.

Cukup lama jari tlunjukku kluar masuk didalam memek tante Ivone, sampai lobang tersebut mulai trasa basah dan lembab. Sampai kesudahannya tangan tante Ivone menyangga gerakan tanganku dan mminta mnyudahinya. “Aaaachhh.., udaahhh., Faddh.., aaachh” rintih tante Ivone. Akupun unik tanganku dari balik clananya dan mlepaskan putingnya dari mulutku.

“Buka pakaianmu dong, Fad!!” seru tante Ivone sraya bangkit dan mlepaskan clana pendek serta CDnya. Shingga dia bugil dan nampak rumput hitam ditengah slangkangannya yg baru saja ku obok obok. Akupun mlepaskan smua pakaianku dan bugil sperti dirinya.

Dengan senyum manis kearahku, tante Ivone menghampiri dan brjongkok tepat didepan slangkanganku. “Aouw, gede banget..!!” seru tante Ivone sraya tlapak tangannya mraih kontolku yg sudah brdiri dan keras. Dngn tangan kanan dia mmegang erat batang kontolku, sementara tlapak kirinya mngelus elus kpalanya. Hingga kpala kontolku trasa brdenyut hangat. Kmudian dimasukan kontolku kedalam mulutnya sraya matanya mlirik ke arahku. “Agghhh… “aku mlengguh tak kala sluruh kontolku tnggelam masuk kedalam mulutnya. Darahku brdesir hangt mnjalari sluruh urat ditubuhku. Aku melulu dapat memegangi kpala tante …

…Ivone, mremas serta mngusap belai rambutnya yg ikal sebahu. Smentara tante Ivone smakin liar, sbentar mngulum dan mngemud seakan dia hendak melumat sluruh kontolku. Trnyata dia lebih ganas dari tante Rita. Trkadang dia mnjilati dari batang sampai lobang kencing dikpalanya. ” Aaaaaaa… ” erangku menyangga rasa nikmat nan tramat. Trasa tubuhku melayang jauh tak menentu.

Entah brapa lama tante Ivone mngemut, mnjilat dan mngulum kontolku. Yg jelas urusan ini mmbuat tubuhku brgetar dan nyaris kejang. ” Gantian dong tan, aQ pun mau jilatin memekmu! ” rengekku, nyaris tak dapat mnahan nafsuku. Ingin rasanya memuntahkan terbit sebanyak banyak. Agar tante Ivone mandi dngn air maniku.

Tante Ivone sgera bangkit brdiri meninggalkan kontolku yg masih brdiri tegak. Kmudian aku mminta supaya dia duduk dikursi tanpa lengan yg ada. Akupun brjongkok mnghadap memeknya yg dihiasi bulu lebatnya. Kedua kaki tante Ivone trtumpu pada kedua bahuku. Maka mulutku mulai mnjarah memek yg tlah mnganga terkuak jari jemariku, sampai nampak jelas lobang memek yg brwarna merah dan lembab. Lidahku juga mulai mnjelajahi dan mnjilati lorong itu. “Aaaaowwh…, aaaa…, iyyyaaa.., trussss, aassstttssh” desah tante Ivone ketika lidahku brmain mnjilati lobang memeknya. “Aduuuhh,…, truuusss, lebihhh daallaaamm, aaah,… enaaakhh, agh, agh, aghhhh” rintihnya pula seraya mremas dan mnjambaki rambut dikpalaku. Lidahkupun smakin binal dan brusaha masuk lebih dalam lagi. “Aaaaghh,.., gilaaaa…, enaaaksss,.., ubss,.., aaaaachghhh” suara tante Ivone tak karuan. Lidahku brhenti mnjilati dinding lobang memek, sekarang brpindah pada daging mungil sbesar biji kacang hijau. Ku jilati itil yg brwarna merah dan basah dngn air mazinya dan air liurku.

“Aughh…..” suara tante Ivone sperti tersedak seraya mrapatkan kedua pahanya, sampai mnjepit leherku, saat ku isap itilnya. ” Aaaaa.., auwghhh…., yaaaaa ” ucap tante Ivone lirih. ” Udahhh…, Fad…, udddaah Faadd ” rengek tante Ivone sraya mndorong kpalaku dngn kakinya yg trkulai lemas dibahuku.

Akupun mlepaskan isapan mulutku pada itil tante Ivone dan bangkit brdiri dihadapannya dngn kontol yg masih tegak dan keras. Kemudian mminta tante Ivone supaya bangkit dari duduknya. Kini aku yg mnggantikan posisinya duduk dikursi.

Tante Ivone naik keatas pahaku dan tubuhnya mnghadap kearahku, sampai tubuh kami saling brhimpitan. Kmudian tante Ivone mmbimbing kontolku masuk kelobang memeknya dngan jarinya. ” Aagghhsss.. ” rintih kecil tante Ivone saat kontolku masuk menusuk memeknya. Tak lama kmudian bokongnya mulai turun naik, mngesek gesek kontolku didalamnya. Aqpun mngimbanginya dngn mmegangi pinggulnya mmbantu bokongnya turun naik. ” Aachhh.., yaaaa, oohhh, enaaak Fadd “. ” Auwwghhh…., aaaaaa…, oohhhh, yaaa ” racau tante Ivone tak karuan andai tubuhnya turun mnenggelamkan kontolku dimemeknya.


” Aauwww, aku ga tahan ne Fadd,…, aaaauwww, yessss ” rintih tante Ivone sraya mnggerakan bokongnya dngn cepat. Akupun mmbalas reaksinya, dengan melumat lagi payudaranya .”Aaaaaawhhh……..”erang tante Ivone seraya mnekan bokongnya lebih rapat dengan slangkanganku. Akupun mengejang mnahan desakan bokong tante Ivone. “Aaaachhhh…….” kesudahannya aku tak dapat lagi mmbendung cairan kental dari dalam kontolku. Kamipun saling brpelukan dngn erat sejumlah saat dngn brcampur peluh masing masing.

Stelah lumayan lama kami brpelukan, kamipun bangkit dngn malas, tak mau branjak dari keadaan yg ada. Stelah tersebut kamipun mandi mmbrsihkan tubuh kami masing masing yg basah dngn peluh syurga.

Akhirnya aku dapat menidurimu dan menaklukan keangkuhanmu Ivone Gienarsih.

No comments:

Post a Comment