Sebagai lelaki yang sudah memasuki dewasa sekarang aku hendak hubunganku dengan Lisa lebih serius lagi, tapi mengapa dia tidak inginkan meresmikan ikatan kami sampai detik ini, akupun tidak tahu juga. Biasanya masing-masing gadis yang hendak di lamar oleh cowoknya bakal merasa senang tetapi tidak dengan Lisa pacarku, sebenarnya kami sudah nyaris dua tahun pacaran dan sama-sama mengenal family masing-masing.
Usia kamipun usdah lumayan menurutku, Lisa 23 tahun dan aku memasuki 27 tahun. Awal aku mengenalnya saat dia masuk ke perusahaan ini dan bekerja sebagai staf manajemen, ketika itulah aku jatuh cinta padanya dan tidak butuh lama bagiku guna menembaknya dan kesudahannya tersambut pun oleh Lisa masa-masa itu. Dia begitu lembut bahkan padaku saja dia biasa memanggil mas Raka.
Padahal aku memanggilnya dengan panggilan Bebs, supaya dia lebih merasa dekat lagi denganku. Selama ini pun kami belum pernah mengerjakan adegan laksana halnya dalam kisah sex, aku selalu mengawal Lisa guna tidak hingga merusak kehormatannya. Bagiku dia ialah calon yang pas bikin aku jadikan istri kelak, tidak saja mempunyai wajah cantik tetapi pribadinya pun baik.
Sebenarnya tidak sedikit pria di kantor ini yang naksir pada Lisa tetapi aku lebih beruntung dari mereka. Akhirnya merekapun mundur teratur sebab sudah tahu bila akhirnya kami jadian, tapi bila mau jujur sebenarnya ketika ini aku merasa cemburu pada pak Peter anak dari direktur perusahaan ini. Yang baru saja masuk dan langsung memilih Lisa guna dijadikan sekretaris pribadinya. Diapun masih berumur 27 tahun.
Namun aku mengupayakan untuk menghilangkan rasa cemburuku, lagipula aku tahu Lisa tidak mungkin melakukan hal yang macam-macam. Meskipun tidak sedikit teman satu kantor yang tidak jarang menggodaku dengan bilang bila aku akan berlomba dengan pak Peter yang lebih segalanya dari aku, aku melulu tersenyum menanggapi semua tersebut meskipun dalam hati aku merasa perih juga.
Terkadang aku melamunkan apa aku mesti mengerjakan adegan layaknya dalam kisah sex sangat hot dengan Lisa. Supaya dia lebih mencintaiku dan tidak berpaling pada orang lain, namun aku segera tepis benak kotor itu, bagaimanapun pun keluarga kami saling mengenal satu sama beda aku mesti percaya pada Lisa. Aku tidak hendak dia merasa terbebani dengan pikiranku.
Akupun merahasiakan kecemburuanku dan bersikap sewajarnya di depan dia. Hingga hari-hari selesai dan sudah nyaris enam bulan Lisa menjadi sekretaris pak Peter, dan parahnya aku merasa sikap Lisa berubah akhir-akhir ini, aku pikir bahkan aku merasa bila dia sengaja menjauhiku. Bahkan kencang berhembus kabar bila Lisa tidak jarang jalan bersama dengan pak Peter.
Namun aku terus saja bersikap seolah aku tidak mendengar apapun sejauh aku tidak melihatnya sendiri aku anggap itu melulu gosip. Sempat aku beranggapan bagaimana bila aku mengerjakan adegan kisah sex saja dengan Lisa, laksana yang dianjurkan teman-temanku tapi sekarang Lisa semakin jauh saja dia tidak jarang tidak terdapat di rumahnya pun dengan dalil banyak kegiatan yag mesti dia lakukan.
Hingga pada sebuah hari saat jam tidur kantor secara tidak sengaja aku menyaksikan Lisa berada di tempat parkir mobil kebetulan siang tersebut begitu sepi. Karena sudah tidak sedikit mobil yang terbit untuk santap di luar atau yang lain, namun dengan mengendap aku buntuti Lisa ternyata dia masuk kedalam mobil pak Peter. Bagaimana dia dapat masuk sementara pak Peter tidak terdapat di sana.
Mobilpun melaju perlahan dan aku sadar bila Lisa sendiri yang mengemudikan mobil tersebut, kesudahannya akupun membuntutinya dengan mobilku. Ternyata dia berhenti di suatu hotel yang tidak jauh dari kantor Lisa langsung mengarah ke salah satu kamar hotel, saat aku memahami kamar yang di tuju akupun langsung mengarah ke recepcionist hotel guna meminta kunci duplikat.
Sebenarnya pihak hotel tidak memberikannnya padaku bahkan mereka dengan kerasnya tidak mengizinkan itu. Tapi aku tidak kehabisan akal bila yang di dalam tersebut istriku dan andai pihak hotel tidak menyerahkan kunci aku akan menyuruh LSM ke hotel tersebut, kesudahannya merekapun menyerahkan kunci itu dengan daftar aku tidak menciptakan keributan dan akupun menyanggupinya.
Begitu bisa kunci kamarnya akupun segera mengarah ke kamar Lisa, sementara mata pihak hotel yang baru saja bersitegang padaku terus menyimak aku. Begitu hingga disana aku langsung masuk perlahan, dari balik cermin yang terdapat di kamar tersebut aku menyaksikan Lisa telah bertelanjang bulat sementara pak Peter berbaring di kasur lunak hotel dan dengan manjanya Lisa menindih tubuh Pak Peter.
Merekapun saling berciuman dan dengan cepatnya Lisa dapat melepaskan pakaian pak Peter “Ayo.. dong… pak..nggak tahaan nich..” Aku kaget mendengar ucapan-ucapan nakal Lisa, bagaimana barangkali Lisa yang aku anggap sopan sekitar ini ternyata tidak lebih dengan cewek bispak yang biasa mengerjakan adegan kisah hot laksana mesum. Dia meliuk-liuk laksana ular.
Sampai kesudahannya kontol pak Peter meningkat besar dan dengan lahapnya Lisa langsung mengulumnya dalam mulutnya yang mungil “OOouuuwww… pelaaan.. Lissss… aaaagggggghh… aaaaagggghhhh… teruuus… saaayaaang….. aaaaaagggggghh…” Desah pak Peter sambil mengelus rambut Lisa yang bukan lagi beraturan dan Lisa kelihatannya begitu merasakan kontol pak Peter.
Perlahan Lisapun mengajak Pak Peter guna terlentang dan dia menunggangi pak Peter laksana kuda yang siap menggoyangnya. Lisa mengerang sambil memasukkankontol pak Peter “OOOuugghh… beeesaaar.. sekalii paaak… aaaaggggghhh…. aaagggggh.. Lisa goyang ya….” Diapun bergerak turun naik, bahkan menerbitkan bunyi dari dalam memeknya dan aku tahu memek Lisa barangkali sudah basah.
Meskipun aku belum mengerjakan adegan laksana dalam kisah sex laksana yang mereka lakukan. Tapi aku memahami dari kisah teman dan pun dalam internet, sekarang tubuh Lisa semakin cepat bergoyang bahkan Pak Peter pun sama-sama mendesah “OOOuuggggghhh… ooouugghh.. Lisss… aaaagggghhh… aaaaggggghh.. saaayaaang… aaagggghhh..” Aku tahu mereka berdua nyaris mencapai klimaks.
Karena itulah peluang yang aku tunggu, dengan berdiri seraya memegang hp seakan merekam tindakan mereka akupun berbicara “Ayo cepat selesaikan permainan kalian..” Sontak saja mereka berhenti, Lisapun kaget seraya bangun dia berbicara “Sayang.. kamu..” Dia bangun dan berkeinginan merampas hp yang terdapat di tanganku begitu pun dengan pak Peter tetapi aku pergi dari sana. Padahal aku tidak merekam apapun lumayan membuat mereka fobia saja.
No comments:
Post a Comment