Sunday, November 25, 2018

Cerita Seks Ngentot dengan Kontol Mertua yang Bikin Ketagihan


Cerita Seks Indonesia - Lasmi ialah bekas istri sepupuku yang bercerai sebab setelah satu tahun menikah dua-duanya sudah tidak saling sesuai lagi. Maklum, mereka menikah masih paling muda, Lasmi 20 tahun sedang sepupuku 22 tahun. Ditambah lagi kedua orang tua sepupuku tidak cukup menyukai Lasmi sebab sekalipun cantik namun Lasmi dianggapnya bukan berasal dari family ningrat. 

Setelah bercerai Lasmi semula bekerja di Panti Pijit tapi melulu sebentar sebelum dia mendapat kegiatan sebagai staf administrasi di suatu kantor Swasta. Karena dia memang cantik maka cepat saja dia dapat unik hati seorang pemuda yang lumayan kaya. Mas Indra nama pemuda itu, anak dari Direktur perusahaan tersebut yang tergila-gila pada Lasmi. Akan namun yang kesatu kali tertarik pada Lasmi malah Pak Suryo, ayah Mas Indra. 

Laki-laki yang pernah menjadi langganan pijit Lasmi ini rupanya terdapat hati pada janda cantik ini dan dialah yang merayu Lasmi guna bekerja sebagai staf di kantornya. Lasmi sendiri tidak mengira bahwa Mas Indra nekat melamarnya sebagai istri namun meskipun tidak cukup sreg diterima pun lamaran tersebut karena Mas Indra orangnya lumayan ramah sampai-sampai Lasmi juga lumayan senang. Apalagi berikutnya dia pun sangat dimanja sekali oleh kedua mertua barunya di mana dia disuruh tinggal serumah. Tapi, malah karena kelewat akrab dan manja teristimewa dengan Pak Suryo mertua lakinya maka terjadilah kontak terlarang salah satu keduanya.

Pak Suryo ialah seorang pengusaha yang lumayan kaya. Perusahaannya terdapat dua dan guna mengawasinya dia berkantor di sebuah lokasi tinggal yang dicarter tepat di sebelah kiri lokasi tinggal tinggalnya sendiri, berada di sebelah kanannya lagi ialah rumah yang diperuntukkan untuk pasangan Mas Indra dan Lasmi. Sementara tersebut Bu Suryo mengusahakan suatu Mini market yang pun tidak jauh dari situ.Melihat dari kegiatan tugas setiap keluarga maka Lasmi memang lebih tidak sedikit waktu berdua dengan Pak Suryo. 

Karena di samping masih tetap meneruskan bekerja di kantor Pak Suryo, Lasmi pun boleh dibilang bermukim serumah dengan Boss yang telah jadi mertuanya ini. Masing-masing lokasi tinggal mereka hanya diberi batas oleh dinding dan terdapat pintu penghubung yang tidak jarang kali terbuka diantaranya. Nah, selain peluang selalu bertemu yang leluasa, pun sikap manja-manja genit Lasmi untuk mertua lakinya yang bila sedang berkelakar berdua telah meningkat bebas terlupa batas hingga saling berpeluk-pelukan, pasti saja memancing nafsu birahi terpendam sang mertua untuk menantunya ini. Maklum kelaziman genit terpengaruh lingkungan Panti Pijit masih melekat pada Lasmi, teristimewa untuk laki-laki separuh umur seusia Pak Suryo.


Gairah kelelakian Pak Suryo yang terpendam untuk Lasmi memang menuntut sebab sang menantu makin di anggap makin menggiurkan saja. Ditahan kian lama kian meluap dan ketika diusahakan mengutarakannya dengan memancing-mancing seraya mengobral tidak sedikit pemberian nampaknya tidak terdapat penolakan dari Lasmi, dengan sendirinya kelanjutan ke arah hubungan terlarang ini menjadi semakin mulus.

Tidak dapat disalahkan, Lasmi yang latar belakangnya liar kalau telah terlalu dekat lagipula sudah terlalu tidak sedikit dibanjiri hadiah sang mertua, maka kesadarannya juga cepat saja jadi buntu saat itu. Jelas, sebab sebenarnya bukan baru dibuka saat tersebut saja namun dari tadinya Lasmi memang sudah dibidik oleh Pak Suryo dan Lasmi sendiri pun sudah membubuhkan perasaan tertarik untuk bossnya yang simpatik ini. 

Cuma saja sebab keburu dicaplok duluan oleh Mas Indra yang lebih ngotot maka perasaan hati dua-duanya sempat tersendat dan kini mulai terungkit kembali. Menggelegak semakin hari semakin matang sampai lantas di suatu senja yang adalahpenentuan saat Pak Suryo mengupayakan sedikit nekat untuk menciduk menantu cantik ini dalam pelukannya namun kali ini disertai dengan menyosor bibir Lasmi.

“Hffmm.. hghh..” Lasmi mengejang tersumbat mulutnya oleh lumatan nafsu Pak Suryo namun begitupun dia tidak berontak. Ada sejumlah saat dia ikut terhanyut dalam asyiknya berciuman bergelut lidah dan ketika lumayan untuk saling melepas, tampak air mukanya merah merona.
“Bapak nekatt..” komentarnya malu-malu geli.
“Abisnya anda ngegemesin Bapak sih..”

Itu mula kesatu eksperimen Pak Suryo. Tentu saja menyaksikan ada lampu hijau laksana ini jelas membuatnya lebih berani lagi. Dia telah mulai menggali simpati dengan kisah tentang Bu Suryo yang mulai tidak cukup memberinya keperluan penyaluran seks. Dan ternyata meskipun tidak terucapkan namun dari mimik wajah Lasmi tertangkap oleh Pak Suryo bahwa sang menantu ini mulai terpengaruh prihatin kepadanya. 

Terbukti saat pada peluang hari berikutnya dia mengulang lagi mendekap dan menyuruh berciuman namun kali ini seraya sebelah tangannya menggerayangi bagian-bagian kewanitaan Lasmi, mulai dari kedua susunya sampai lantas menyusup ke selangkangan, meremas gemas bukit vaginanya, lagi-lagi tidak terdapat penolakan dari sang menantu cantik ini. Seperti yang kesatu Lasmi pun membiarkan sebentar dan ikut terhanyut oleh anjuran berciuman yang hangat bernafsu ini, melulu saja saat terasa bakal terlupa daratan segera dia mohon melepas ciuman.

“Pak tidak boleh sekarang.. Lasmi fobia kalo ketauan..” bisiknya khawatir karena telah terasa jari badung Pak Suryo menyusup mengorek-ngorek di celah kemaluan di unsur klitorisnya. Mendapat peringatan ini Pak Suryo pun laksana tersadar dan mencungkil Lasmi.
“Heehh.. nanti bila ada peluang Bapak ke kamarmu, ya?” katanya masih sempat memesan.
Lasmi melulu mengiyakan dan segera selesai dari situ meninggalkan Pak Suryo yang meskipun masih nampak penasaran namun dalam hatinya lega sebab yakin bahwa pada peluang berikut pasti dia tentu dapat meniduri menantu cantik ini.

Suatu hari Mas Indra bakal dinas terbit kota, pagi-pagi buta tersebut Lasmi telah kembali naik tidur sesudah mengantar Mas Indra hanya sampai di pintu kamar guna berangkat ke airport. Membanting tubuhnya lemas sebab Mas Indra masih sempat mengajaknya bermain cinta sesaat sebelum berangkat.Ketika separuh layap-layap itulah dia dihampiri Pak Suryo yang masuk ke kamarnya tanpa sepengetahuannya. 

Begitu datang Pak Suryo yang rupanya telah lama menunggu peluang baik ini langsung ikut naik berbaring dan mulai menggerayangi tubuh Lasmi yang masih bertelanjang bulat dan melulu menutupi tubuh atasnya dengan sehelai kain. Lasmi sempat mengira bahwa tersebut Mas Indra lagi namun segera tersadar sebab perbedaan yang nyata salah satu kedua pria itu. Mas Indra agak kecil sedang Pak Suryo yang pendek tersebut besar gempal tubuhnya. Lasmi jadi kaget.

“Ehh Bapakk?! kaget aku Paak.. kirain siapa.”
“Ah masak sama Bapak nggak kenal, kan Bapak telah pernah bilang inginkan nyusul ke sini kalo terdapat kesempatan.”
“Abis nggak terdengar masuknya, namun Ibu mana Pak?” kata Lasmi yang sebab merasa tidak dapat menghindar lagi, dia bergerak bangun maksudnya akan membasuh dulu bekas-bekas dengan Mas Indra.
“Ibu masih pules, nggak bakalan tau bila Bapak ke sini..” tukas Pak Suryo yang rupanya telah tidak sabaran lagi langsung menyangga Lasmi bangun.

Tanpa memberi peluang bicara untuk Lasmi, dia telah menyerbu perempuan tersebut dengan bernafsu. Mencium langsung melumat bibirnya seraya dibarengi remasan-remasan gemas di mana juga bagian tubuh sang menantu yang cantik menggiurkan ini terpegang tangannya. Lasmi gelagapan sesaat, namun lagi-lagi dia mengalah mengupayakan mengerti emosi nafsu laki-laki separuh umur yang menurut keterangan dari pengakuan kepadanya telah jarang diberi distribusi seks oleh istrinya. 

Pasrah saja dia tidak mempedulikan Pak Suryo dan justeru ikut mengimbangi lumatan laki-laki tersebut sama bernafsunya meskipun kelanjutannya agak menciptakan risih pun karena serbuan-serbuan Pak Suryo benar-benar kelewat rakus. Dari saling bertemu bibir ciuman Pak Suryo menurun melanda kedua susunya, di sini melulu berhenti sejumlah saat guna mengisap kedua puncak bukit kembar tersebut dan sebentar menjilati putingnya lalu lantas diteruskan lebih ke bawah melalui perut Lasmi yang telah menggembung empat bulan tersebut sampai lantas mendarat di vaginanya.

Ini yang agak terasa tidak cukup sreg untuk Lasmi sebab Pak Suryo laksana pura-pura tak sempat bahwa lubang tersebut masih belum sempat dicucinya, namun dia enak saja mengerjai bagian tersebut dengan jilatan-jilatannya bahkan pun disedot-sedotnya. Mau dia menangkal tapi Pak Suryo masih lebih ngotot di situ justeru semakin jajaki ditolak, semakin keras pun Pak Suryo bertahan. Terpaksa Lasmi diam saja hingga akhirnya dia sendiri terbawa tidak perduli sebab vaginanya yang dikerjai mulut pria memang memicu nafsunya dengan cepat.

“Aasshhg.. hngghh.. sshhg..” kontan melintir, bergeliat-geliat dia oleh kilikan jilatan di klitorisnya yang begitu menggelitik geli-geli enak dan sodokan-sodokan ujung lidah di lubangnya yang begitu membuatnya penasaran, sedangkan Pak Suryo tambah energik memainkan kecerdasan mulutnya. Menyosor seolah-olah hendak menyembunyikan wajahnya terbenam di lubang menganga kepunyaan menantunya ini. Padahal Lasmi baru saja terpuaskan dalam sanggama bareng Mas Indra, namun rangsangan sang mertua ini begitu spektakuler menaikkan pulang birahi nafsunya seakan-akan tenaga guna bercinta datang berlipat ganda. 

Masih sejumlah saat Pak Suryo menghanguskan bara nafsu Lasmi, baru saat dilihatnya sang menantu cantik ini telah matang dituntut birahinya di situlah Pak Suryo berhenti dan mempersiapkan batangannya. Sudah lumayan tegang, tinggal mengairi sedikit dengan ludahnya guna kemudian dibimbing menempel di mulut lubang, langsung ditusuk masuk.


“Hhgghh..” sekali lagi Lasmi mengejang kali ini oleh sodokan penis Pak Suryo. Tapi sebab sudah lumayan siap dia dapat langsung menerima batang yang sebetulnya masih asing baginya. Malah tuntutannya kepingin cepat terpenuhi, dia juga ikut menyambut dengan memutar pantatnya menciptakan batang Pak Suryo terasa laksana disedot masuk, cepat saja amblas ke mulut vagina yang lapar itu. 

Tapi begitu tertanam dalam, mulutnya langsung menganga kaku menyangga pinggang Pak Suryo supaya sodokan tidak boleh berlanjut dan ini diisi Pak Suryo sebab memang batangnya telah tertanam habis. Menunggu sesaat hingga Lasmi kelihatan telah agak mengendor barulah Pak Suryo menyambung dengan gerak memompa terbit masuk penisnya pelan-pelan.

Lasmi sendiri masih tidak banyak tegang wajahnya dalam usaha menyesuaikan diri dengan sodokan-sodokan Pak Suryo tapi hanya sebentar, sebab rasa baru yang diterimanya cepat saja membuainya, sama cepat laksana barusan dia dipicu mulut Pak Suryo di vaginanya. Ada yang spektakuler pada kepunyaan mertuanya ini sampai-sampai Lasmi memindahkan pandangannya ke bawah hendak lebih jelas apa yang menjadi penyebabnya. 

Karena bukan hanya dapat membuat daya rangsangan yang begitu besar dengan kiat mulutnya tapi pun memberi pemenuhan yang pas guna tuntutannya. Yaitu dari dalamnya batang yang menyumbat lubang vaginanya terasa ukurannya agak berlebih dari yang biasa dialaminya dengan Mas Indra. Pak Suryo dapat membaca benak Lasmi. Dia merenggang tidak banyak dan menarik keluar batangnya agak panjang memberi peluang Lasmi memperhatikannya. Meskipun tidak terlampau jelas sebab ruangan melulu diterangi lampu dinding kecil namun masih dapat tertangkap mata Lasmi yang begitu menyaksikan langsung meringis wajahnya.

“Hhssh Bapaakk.. dalemm bangett Paak..” spontan terbit komentar kagumnya memaksudkan penis Pak Suryo yang memang lebih panjang meskipun tidak lebih banyak dari kepunyaan Mas Indra. Memang, Lasmi telah pernah istirahat dengan sejumlah lelaki namun dia mengakui pun ukuran penis sang mertua yang lumayan mantap ini.

“He.ehh.. namun kan nggak sakit?” kata Pak Suryo seraya menurunkan tubuhnya agak menempel sebab khawatir dengan ukuran panjangnya ini Lasmi berubah pikiran mohon batal hingga di sini. Padahal tidak perlu. Lasmi hanya berkomentar bukan berarti ngeri. Justru dia merasa batang tersebut memberi keenakan lebih dengan ukurannya yang tidak laksana biasa didapat dari suaminya. 

Terbukti saat Pak Suryo mulai menggesek baru dua tiga gerakan ternyata telah mendapat sambutan mengasyikkan dari si cantik yang segera jadi bergairah merangkul leher Pak Suryo inilah kedua kakinya naik membelit paha sebagai tanda bahwa dia menyenangi disetubuhi penis Pak Suryo ini. 
Inipun jelas terbaca dari mimik muka Lasmi, justeru tidak sungkan-sungkan mengutarakannya saat dipancing Pak Suryo yang sebab cukup kawakan jelas dapat membaca gelagat Lasmi.
“Gimana rasanya.. sakit nggak?”
“Nggak.. enak justeru Pak, geli sampe ke dalem-dalem sini.” jawabnya seraya mengusap-usap perut atasnya.
“Apanya yang enak?”
“Ngg.. kontoll Bapak..” jawab Lasmi genit-genit senang.
Mendengar ini pasti saja Pak Suryo jadi lega dan leluasa telah dia bermain menggoyang penisnya yang disambut Lasmi dengan pun mengimbangi mengocok vaginanya. Masing-masing tenggelam merasakan asyiknya senggama dalam keadaan yang cepat sekali akrab, sama-sama tak sempat tentang kedudukan hubungan mereka antara anak menantu dan mertuanya.

Memang terdapat perbedaan pada kedua pria lawan mainnya ini. Bersama Mas Indra laksana masih terdapat gengsi-gengsian yang membatasinya tidak cukup begitu saling terbuka, namun dengan Pak Suryo biarpun baru kali ini, entah mungkin sebab Lasmi telah biasa bermanja-manja dengan empiris lalunya yang lazimnya laki-laki tua berduit dan bersikap kebapakan, maka rasanya dia tidak sungkan-sungkan dan malu lagi mengutarakan apa yang dialaminya ketika ini, teristimewa waktu menjangkau orgasmenya yang dibuntuti juga oleh Pak Suryo.

“Paak ennakk Paak.. Iyya.. Duhh Bapaak dalem bangett masuknya Paakk.. Aaa.. dikorek-korek gitu Lasmi pengenn kluarrin.. Ayyo Pakk.. adduuh.. Iyya ayyo aahhgh.. sshgh.. hghrf.. ennaak punyamu Lass.. Bapakk pun kluaarr.. sshmmh..”
Tapi hubungan lama-lama semakin nekat. Tidak melulu waktu suasana lokasi tinggal sepi namun sekalipun suaminya sedang terdapat di lokasi tinggal pun Lasmi berani pun mencuri-curi masa-masa bercinta dengan Pak Suryo.Ceritanya hari tersebut menjelang maghrib Mas Indra telah berdua dengan Lasmi di dalam kamar saat tidak lama lantas Pak Suryo kembali dari kerjanya. 

Seperti biasa Bu Suryo baru akan kembali dari mini marketnya menjelang larut malam. Kedua pasangan muda tersebut sudah bakal bermain cinta, setiap sudah saling terangsang dan baru saja bakal mulai tiba-tiba tersiar pintu kamar diketok. Spontan Lasmi terburu-buru berpakaian dan terbit dari kamar, ternyata Pak Suryo yang terdapat di depan situ. Dia rupanya bakal meminta pijit dari Lasmi tapi saat diberi tahu bahwa Mas Indra sedang terdapat di kamar, Pak Suryo pun mengurungkan niatnya.

Masuk ke kamar lagi Lasmi langsung tersenyum geli untuk Mas Indra.
“Barusan Bapak yang ngetok pintu. Dia mohon tolong dipijitin namun begitu kukasih tau Mas masih terdapat di kamar, Bapak jadi batal.”
“Oh ya? Ya udah, ke sana aja dulu pijetin Bapak, nanti baru ke sini lagi kan pun masih sore.”
“Idih Mas gimana sih. Masak aku musti ke sana duluan, kemudian Mas sendiri gimana dong?”
“Nggak gitu, soalnya barusan kan Bapak barangkali lagi pegel mohon dipijit, kalo anda nggak ngikutin kan nggak enak jadinya.”

Mendengar ini Lasmi berlagak pasang muka ragu sebentar tapi lantas beranjak juga.
“Mas sih bukannya tadi-tadi ngasihnya.. Awas lho kalo aku dateng lagi Mas nggak inginkan ngasih, aku marah beneran.” katanya dengan mimik muka cemberut tapi sebetulnya dalam hati girang bukan main.

“Nggak usah kuatir, tentu Mas kasih kalo anda abis dari sana.”
Bukan main, gayanya laksana berat darurat tapi sebetulnya inilah yang diinginkan Lasmi. Karena begitu menyusul Pak Suryo di kamarnya dia telah langsung meloncat dan mendekap dengan wajah girang. Pak Suryo sendiri baru berlalu membuka bajunya bermukim celana dalam dan masih berdiri di samping lokasi tidur saat itu.
“Lo, lo, lo, kok cepet sekali ke sininya. Gimana bilangnya sama Indra?” tanya Pak Suryo heran.
“Las bilang aja terus cerah barusan Bapak manggil mohon dipijetin jadi Mas Indra ngasih ijin ke sini.”

“Oh ya? Bukannya Bapak tadi liat anda lagi kusut, baru inginkan maen apa udah selesai?”
“Tadinya emang inginkan maen, namun baru inginkan dimasukin udah keburu Bapak ngetok pintu..”
“Waduh maaf kalo gitu. Lagi kepengen-kepengennya langsung disetop begitu kan penasaran.”
“Malah kebeneran Pak.. kan terusannya dapat dapet ini yang lebih mantep lagi.” kata Lasmi seraya menjulurkan tangannya meremasi penis Pak Suryo.
“Jadi, lobang yang lagi penasaran ini sekarang justeru mau dikasih Bapak dulu, ya?” tanya lagi Pak Suryo dengan menjawab meremasi gundukan vagina Lasmi.
“Iya, iya Paak.. di situ yang aku kepengenn sekalli..” 

baru diremas sebentar saja, Lasmi yang memang sedang terangsang penasaran telah langsung gemetaran suaranya, “Ayoo Pak.. buka pun Bappak punya..” lanjutnya dengan terburu-buru melepas bajunya.
Pak Suryo menyusul melulu tinggal melepas celana dalamnya namun Lasmi telah lebih dulu selesai. Dan baru saja penis Pak Suryo bebas Lasmi telah berlutut, menciduk batang tersebut langsung menyerobot mengisap-isapnya dengan rakus. 

Diserbu rangsangan begini batang tersebut cepat saja mengeras dan Lasmi laksana tidak hendak membuang-buang waktu. Dia naik duluan menelentang dan mengangkang memasang vaginanya siap guna segera dimasuki. Sampai di unsur ini seluruh memang dapat serba cepat namun pada giliran batang bakal dimasukkan inginkan tidak inginkan tempo mesti diperlambat. Sebab meskipun telah terbiasa namun penis ukuran lebih banyak dari suaminya ini tetap saja tidak dapat langsung main tancap sekaligus. 

Perlu hati-hati dan mesti terdapat kerja sama guna saling menggesek dan memutar menciptakan lebih licin dalam sejumlah waktu, sekalipun rahang Lasmi telah gemetaran kaku menantikan lewatnya masa tersebut sebelum menemukan rasanya. Tapi bila batang telah tertancap dalam dan Lasmi sudah dapat menyesuaikan ukurannya. Hmm.. tidak boleh bilang lagi nikmatnya. Langsung gayanya berubah kontras sewaktu mulai dipompa oleh Pak Suryo.

“Hhss.. aduuhh tobatt aku Paak.. hahgh ooghh.. kontol kok dalem sekali Pak.. tobat akuu.. ampun Bapaak, gedee sekalli aduuh.. Pakk..” Nada suara Lasmi merintih-rintih mengaduh ampun tobat, diperbanyak lagi dengan gayanya yang meliuk-liuk mata terbalik laksana orang kesakitan, yang begini bila didengar dan disaksikan Mas Indra pasti akan menggiris sebab mengira istrinya telah tidak tahan dianiaya oleh Pak Suryo. 


Apalagi kalau dapat melihat lebih jelas bagaimana kewanitaan sang istri yang tidak jarang diusapi sayang itu, kini sampai telah dipaksa mekar membulat lantaran menampung besar keliling batang dan tersebut pun masih mesti lagi disodok-sodok kasar laksana tidak mengenal belas kasihan. Tentu, bila belum memahami Mas Indra tentu tambah menggiris melihatnya. Padahal kebalikan dari ini malah Lasmi sedang terbenam dalam nikmat yang menyenangkan saat itu.

Pak Suryo telah hafal benar gaya Lasmi, kian dipompa keras makin dialami enak untuk Lasmi, dan gaya ini pun malah memunculkan rangsangan tersendiri untuk Pak Suryo guna membawanya tiba mengarah ke puncak permainan bareng Lasmi. Terlebih bila Lasmi telah meminta ekstra rangsangan baru di unsur susunya, tersebut tanda dia telah akan mendekati orgasmenya. “Heg.. yaang kerass Pak.. shh iya gittu.. aduh.. sshgh.. heehh.. ayyo.. ayoo Paak.. aahgh.. sshgh.. Iyya Pakk Laas udah keluarr.. aduhh.. hghshh.. hrrgh..”

Seiring remasan tangan Pak Suryo di susunya diperkeras, Lasmi juga tiba orgasmenya. Di unsur ini nampaknya lebih sadis lagi. Sebab buah dada yang seringkali diperlakukan Mas Indra dengan gemas-gemas sayang ini di tangan Pak Suryo diremasi tidak tanggung-tanggung lagi. Tidak ubahnya laksana sedang menggilas baju di papan cucian, kedua daging kenyal tersebut sampai meleot-leot sesekali mencuat putingnya dari sela-sela jari tangan besar Pak Suryo. 

Malah masa-masa mengiringi orgasmenya Lasmi terlonjak-lonjak dengan dada membusung, di situ seakan-akan tubuhnya terangkat-angkat oleh tarikan Pak Suryo yang memegang erat kedua bukit daging itu. Pokoknya bila dapat melihat secara borongan bagaimana teknik Pak Suryo mengasari istrinya, Mas Indra dapat pingsan dibuatnya. Tapi malah begini yang paling digemari Lasmi sebab dia merasa seolah-olah semua kepuasannya dibetot terbit tanpa tersisa.

Rupanya ‘kesadisan’ Pak Suryo belum selesai. Sesaat sesudah Lasmi berlalu berorgasme maka giliran Pak Suryo yang memungut bagiannya. Tapi menjelang mendarat di ketika ejakulasinya tiba-tiba dia menarik keluar batangnya dan langsung tegak berlutut sambil unik kedua lengan Lasmi membawanya terikut bangun duduk. Lasmi sempat bingung tapi saat Pak Suryo menjambak rambutnya dan unik kepalanya mendekatkan ke penisnya, segera dia memahami maksud Pak Suryo, lagipula Pak Suryo pun menjelaskan lewat kata-katanya. “Ayyo Las, isepin Bapak sampe keluarr..” 

Tanpa ragu-ragu Lasmi langsung menyerobot dan melocok batang tersebut dengan mulutnya. Tentu tidak dapat semua, melulu tertampung unsur kepalanya saja namun ini telah cukup untuk Pak Suryo untuk dapat menyalurkan kepuasannya. Dan begitu kepala batang tersebut mengembang, sedetik lantas dia juga menyemburkan cairan maninya tumpah di mulut Lasmi. Agak tersekat Lasmi dengan semprotan tiba-tiba ini, serasa hendak mencabut kepalanya namun tangan Pak Suryo mengurangi kepalanya tidak hendak melepaskan kuluman mulutnya sampai-sampai mani yang tumpah tersebut pun tertelan seluruh oleh Lasmi. Ini baru kesatu kali dia mengerjakan hal ini sehingga saat permainan selesai dan Lasmi dapat melepas mulutnya, langsung meringis mengherankan mukanya.

“Kenapa Las, nggak enak ya rasanya?” tanya Pak Suryo geli.
“Asin rasanya Pak..” jawab Lasmi terikut geli.
“Maaf ya? Terpaksa Bapak tumpahin di mulut, soalnya kalo di lobangmu nanti dapat ketauan sama Masmu.”
“Nggak pa-pa, sekali-sekali buat empiris baru kok..”
“Kalo sering-sering emang kenapa?”
“Ya bagaimana Bapak.. Emang enak sih dikeluarin pake mulut?” kata Lasmi dengan bergerak bangun guna ke kamar mandi membasuh bekas-bekas permainan ini.
“Oo.. sama Lasmi sih tentu enak aja.” jawab Pak Suryo seraya ikut bangun menyusul Lasmi.


Selepas beristirahat sebentar Lasmi juga kembali ke kamarnya mendatangi suaminya. Tentu saja dengan bersandiwara seakan-akan dia tidak terdapat apa-apa dengan permainan bareng Pak Suryo. Begitu datang dia langsung menubruk Mas Indra dengan gaya tidak sabaran menggerayangi penis Mas Indra. Jelas gaya yang menciptakan Mas Indra bangga padahal malah yang terjadi kebalikannya, karena barusan merasakan hal yang sangat asyik lantas turun ke yang biasa. Lasmi dalam senggama berikutnya bareng Mas Indra hampir-hampir tidak terdapat rasanya sama sekali. 

Hanya gayanya saja yang tetap meyakinkan bahwa dia telah terpuaskan dengan Mas Indra, namun kecuali sempat terangsang tidak banyak Lasmi tidak sampai merasakan orgasme dengan suaminya. Meskipun begitu dia tidak penasaran sebab sudah terbayang sepeninggal Mas Indra kelak pagi ke kantornya, dia akan mohon lagi pada mertuanya guna meluapkan kerinduannya.
Begitu, dalam enak dirasakannya bersetubuh dengan sang mertua yang punya batang panjang dapat mengilik jauh ke dalam rahimnya, Lasmi praktis jadi ketagihan guna mengulang masing-masing kali terdapat kesempatan dapat mencuri-curi.

No comments:

Post a Comment