Monday, December 24, 2018

Cerita Dewasa Panas Bersetebuh Dengan Anak Om Sendiri


Perjalanan kembali ke rumahku pada liburan kuliahku waktu tersebut memang melelahkan.Di samping padatnya jalanan dampak musim liburan sekolah, hujan lebat pun terus menyiram sepanjang perjalanan.

Tapi menginginkan hangatnya kamarku menciptakan aku dapat menembus hujan deras tersebut di atas motorku. Beberapa jam lantas sampailah aku di gang rumahku. Gang tersebut tadinya melulu sebuah kebun, sekarang berdiri tiga lokasi tinggal di keun itu. Rumahku, lokasi tinggal pak Jono di belakang rumahku dan lokasi tinggal pak Rahman di samping rumahku.

Hujan turun semakin deras ketika aku buka gerbang rumahku dan menyaksikan Dian, anak gadis tertua pak Rahman duduk sendirian di depan rumahnya. Ia nampak mendekam kedinginan di bangku depan rumahnya. Kuhampiri dia dan bertanya. “Dian, ngapain kok di depan lokasi tinggal aja? Baru kembali sekolah ya?”


“Iya, mas. Aku baru kembali persami. Tapi ternyata bapak, ibu & adik2ku seketika pergi ke luar kota menengok pakde. Kunci lokasi tinggal yang aku pegang hilang masa-masa persami, jadi aku bingung mesti ke mana. Mau ke lokasi tinggal mas, bapak dan ibu mas pun sedang ke luar kota. au ke lokasi tinggal pak Jono, ternyata nggak terdapat siapa2. Mau ke lokasi tinggal teman namun hujan deras” Jawabnya seraya memandangku.

Pandangan matanya sungguh cantik. Dian memang cantik. Di umurnya yang belasan, tubuhnya terbilang ranum. Di SMU lokasinya bersekolah, ia dikenal sebagai sorang kembang sekolah.

Karena aku juga kedinginan basah kuyup, sedangkan hujan semakin deras, aku juga berbasa-basi menawarinya guna berteduh di rumahku. Di luar sangkaan ku ternyata dia setuju.Tanpa tidak sedikit bicara, kubukakan gerbang dan pintuku dan mempersilahkannya duduk di ruang keluarga. Ruang yang lumayan hangat.

Dian berterimakasih dan masuk seraya menggigil kedinginan kemudian aku tersadar, ternyata pakaian seragam sekolah yang dikenakannya basah kuyup. Lekuk2 tubuhnya tampak jelas sebab pakaiannya lekat menempel. Sempat terbersit pikiran badung yang membangkitkan hasratku. Tapi cepat2 kusingkirkan benak itu. Besar resikonya bila “makan” anak tetangga sendiri, hehehe.

Segera kuambilkan handuk, kaos, celana training dan jaket dan kuberikan padanya. ” Dian, ganti aja dulu. Kalau butuh mandi aja sekalian di kamar mandi depan ya. Aku mandi di kamar mandi belakang.” Dian juga mengangguk.

Sekilas terlintas di pikiranku, ada bisa jadi Dian akan mencopot underwearnya dan melulu mengenakan pakaian yang aku berikan. Pikiran badung dan bayang-bayang tubuh estetis yang sedang mandi di kamar mandi depan terus membayangi otakku. Sehingga aku juga tidak dapat menyangga diri guna onani menginginkan nikmatnya tubuh Dian.

Lima belas menit kemudian, tersiar telepon. Kuangkat dan ternyata ibuku yang menyuruhku meminta Dian menginap di lokasi tinggal saja. Ternyata orangtua Dian menelpon orangtuaku dan menitipkan Dian pada mereka. Aha!!! Pikiran setanku kian menari-nari. Kusampaikan pesan orangtuaku dan orangtuanya pada Dian.

“Ya udah, anda tidur aja di kamar tengah, kamar tamu. Kalo perlu apa2 atau pengen santap ambil aja sendiri” Kataku.

“Iya, mas makasih. Aku nonton sinetron dulu ya. Boleh kan?” Jawabnya.

“Boleh dunk. Oiya, aku laper, sekalian aku bikinin mi instan ya?” Tanyaku

“Aku bantuin deh, mas” Katanya.

Akhirnya di dapur, kami berdua menyiapkan mi instan istimewa. Istimewa buatku, sebab ruang dapur yang sempit menciptakan tubuh kami sejumlah kali saling “bersentuhan”. Beberapa kali buah dadanya dan pantatnya yang lembut tersebut mendarat di punggungku. Gila! Tertutup jaketpun buah dadanya masih begitu membentuk. Akupun mulai kewalahan menutupi batangku yang mulai berdiri.

Selesai masak, kami sepakat santap di ruang family sambil menyaksikan tivi. Sementara di luar sana, hujan deras dan guntur masih terus mendera. Mi hangat, hujan deras, dan gadis cantik…benar-benar liburan sempurna, pikirku.

Dian memang seorang kembang, Bukan melulu karena keelokan dan kemolekan tubuhnya, tapi pun karena kecerdasannya. Ngobrol dengannya benar-benar mengasyikkan. Sebegitu asyiknya hingga dia tak canggung mencubit dan bersandar padaku sembari terpingkal2 menanggapi lelucon2ku. Ini pasti saja membuatku semakin kelimpungan menyembunyikan batangku yang semakin bersemangat. Hingga kesudahannya DUARRR, tampak kilat dan guntur yang paling keras disusul padamnya lampu. Dian menjerit dan memelukku. “Mas, aku fobia gelap” Jeritnya. “Iya, tenang, tenang ya. Mas cari lilin dulu” Kataku berjuang menenangkannya seraya memegang tangannya. Karena gelap, bukannya memegang tangganya, tanganku justeru meleset ke dadanya. Padat dan lembut. Ketakutannya menciptakan Dian tidak peduli dan terus memelukku. ” Nggak usah, mas. Aku takut” Rengeknya. Akhirnya aku juga memeluknya seraya mengelus-elus punggungnya. Perlahan nafsuku kian memuncak.dan usapanku turun ke pantatnya dan berganti menjadi remasan yang engarah ke selangkangannya.

Dian terpekik dan mendorongku, namun aku tarik dan perketat pelukanku. Dian terus saja mendorongku dan ia semakin panik saat tidak sengaja ia menyentuh selangkanganku. Dia menyentuh batangku yang berdiri sempurna. “Lepasin, mas” Pekiknya. Tapi nafsuku telah di ubun2. sampai-sampai bukan melepasnya, namun aku mendorongnya merebah, dan menindihnya. Kuciumi dia yang memukuliku. Aku tak peduli, terus saja kuciumi lehernya dan dadanya yang ternyata tidak menggunakan apa2 lagi di samping kaos dan jaket yang aku berikan. Kulepaskan ikat pinggangku dan dengan sulit payah kuikat kedua tangannya ke ujung sofa. Dian menjerit mohon tolong, namun derasnya hujan dan petir yang bersahutan menelan jeritannya. Kubuka zipper jaket yang dikenakannya, dan menyingkap kaos yang menutupi dadanya. Tepat saat kaos nya sukses kusingkap, lampu pulang menyala. Walhasil terlihatlah pemandangan yang luarbiasa.


Airmata yang meleleh di pipinya menambah keelokan Dian. Buah dadanya yang putih, besar dan padat tidak tertutupi lagi, menantang dengan puting coklat muda yang ranum, semakin menantang sebab tangannya terbelenggu ke atas. Kubuka semua pakaianku seraya terus menindihnya dan merasakan buah dadanya. Kuremas2, kupilin2 putingnya, kuciumi, gigit, hisap dan jilati kedua buah dada beserta putingnya hingga putingnya menegang dan memerah. Dian terus saja meronta dan menangis, tapi sejumlah menit lantas ia bukan lagi menjerit, bahkan sesekali mendesah saat aku meremas dan menghisap putingnya.Perlahan kuselipkan tanganku ke balik celana trainingnya, yang laksana dugaanku, ia tidak mengenakan apapun di baliknya sehinga aku dengan mudah dapat menyentuh semak2nya dan mengurangi bukit kecil di baliknya. Kurasakan vagnya sudah basah. Kuusap2 dan gesek klitorisnya dengan jari tengahku. Dian juga menggeliat dan melenguh lembut ketika jariku menari2 di klitorisnya. Tubuh Dian bergetar hebat ketika aku mengurangi dan menggesekan jariku kuat=kuat di klitoris dan vagnya. Kutarik lepas celananya, Dian tersentak dan merapatkan kakinya. Ia menendang-nendang binal namun kakinya malah dengan mudah dapat kutangkap dan kurentangkan. Kutindih Dian, dan kuletakkan batangku serupa di depan klitorisnya, kutekan dan gesekkan kepala batangku ke klitorisnya yang basah dan hangat itu. Dian pulang meronta, tetapi tidak lama lantas rontaannya menjadi gelinjang nikmat, dan pekikannya menjadi lenguhan serta desahan yang membuatku semakin energik meremas buah dada, menjilati dan menghisap puting dan menggesekkan batangku pada klitorisnya.

Perlahan kurasakan Dian mulai pasrah, kakinya mulai meregang, gelinjangannya sekarang seirama dengan gesekan kepala batangku. Perlahan Dian memanggilku “Massss, mas boleh ngapain aja, tapi tidak boleh dimasukkin. Aku masih perawan, mas.” Bisiknya seraya sesenggukan. “Kenapa, Dian? Percayalah, mas bertanggungjawab. Lagipula mas hendak kamu pun menikmati ini hingga puncak” Jawabku sambil menanam kepala batangku di depan vagnya. “Nggak, mas! Jangan! Ooooh, nggaaaak, Dian nggak mauuu!” Jeritnya. “Oooh, sakit mas, sakit , aaah, oooh!!!” Pekiknya saat perlahan kudorong batangku menginjak liang sempit yang licin dan hangat. Dian meronta, tetapi gerakannya justeru membuat batangku masuk semakin dalam dan dalam hingga ke pangkalnya.

Ooooh, nikmatnya. Kurasakan bau anyir darah perawan yang mengairi batangku saat dengan seperlahan dan selembut barangkali kutarik batangku keluar, melulu sedikit gerakan yang kubuat untuk mengurangi rasa sakit Dian. Dan kelihatannya gerakanku tepat, sebab pekikan kesakitan Dian mulai pulang menjadi desahan, meski ia masih meronta dan menangis. Makin lama kurasakan vagnya kian rapat mengapit batangku, tapi pun semakin licin, maka kepercepat buaian pinggulku yang menciptakan batangku semakin deras menghunjam dan tertarik dari vag Dian.


Dian mengelinjang dan mendesah mengekor irama pompaanku. Ia bukan lagi menangis, Dian sekarang malah terpejam-pejam dan menggigit bibirnya. Buah dadanya nampak estetis berguncang masing-masing kali kutusukkan batangku dalam2. Sexy sekali. Semakin cepat ku pompa batangku di dalam vagnya. Desahannyapun kini pulang menjadi erangan nikmat. Perlahan kulepas ikatan tangannya. Dan tangannya juga menggapai-gapai dan memegang erat erat sofa lalu mendekap kepalaku yang sedang mengulum dan jilati putingnya. Disembunyikannya wajahnya yang tampak semakin merasakan perkosaan ini. Hingga kesudahannya tubuhnya mengejang, dan kurasakan vaginanya menggenggan powerful batangku. Kupercepat ayunanku, hingga akhirnya aku bukan lagi dapat menyangga diri guna menyemburkan air maniku di dalam liang vagnya. “Aaaah, Diaaaan, anda nikmat sekali, sayang!” bisikku seraya mengulum daun telinganya. Kutarik batangku perlahan dan sesudah lepas, mengalir keluarlah air maniku melewati lubang kesenangan Dian. Dian telentang lemas dengan nafas mengejar dan peluh mengairi seluruh tubuhnya. Kupeluk tubuh estetis dan ciumi wajah cantiknya.

Perlahan ku belai wajah Dian, dan menyeka airmatanya. Kucium kening dan bibirnya. Dian mendorongku pelan, dan berbisik “mas, bener kan inginkan bertanggungjawab?” “Ya, sayang” Jawabku. Dianpun memelukku yang segera kubalas dengan pelukan dan pagutan di bibirnya. Dia juga membalasku. “Malam ini Dian punya Mas, Mas boleh nikmati tubuh Dian sepuasnya” Bisiknya seraya memelukku. Kugendong ia ke kamar, dan malam itu, ditemani hujan deras yang turun sepanjang malam, pulang ku”perkosa” Dian. Kusetubuhi Dian berkali-kali hingga fajar menjelang.

No comments:

Post a Comment