Wednesday, December 26, 2018

Cerita Dewasa Panas Keperawananku Direnggut Oleh Suami Orang

Kali menceritakan seorang cewek abg mempunyai nama Dina yang terenggut keperawanannya oleh seorang lelaki dewasa yang telah beristri. Benar kata orang “love is blind”, sebab cinta buta Dina merelakan keperawanannya guna orang yang dicintainya. Seperti apa kisah dewasa dan cerita pengalaman kesatu Dina hilang keperawanan, inilah ceritanya…

Sebelumnya perkenalkan, namaku Dina… kesatu kali aku mengenal cinta, dunia ini menjadi terasa estetis bagiku. Hanya sayangnya cinta kesatuku ini jatuh tidak pada orang yang tepat. Dia seorang lelaki beristri dan berkeluarga. Jadilah cinta kami berlangsung sembunyi-bunyi. Aku mengenal lelaki tersebut saat datang pada acara ulang tahun temenku. Dia saat tersebut menjadi event organizer acara tersebut.

Pertama melihatnya aku telah jatuh hati padanya. Di samping dia lelaki yang ganteng badannya pun atletis, siapapun cewek tentu akan jatuh hati kepadanya.

“Dina, ini MAS, dia yang nyelenggaraan pesta ini, asik kan pestanya. Kamu nemenin MAS ngobrol ya”. Temanku tersebut tau kalo aku suka dengan lelaki yang umurnya jauh lebih tua dari aku.

Kami jadi asik ngobrol ngalor ngidul. Dia paling humoris sampai-sampai aku tidak jarang kali terpingkal-pingkal mendengar guyonannya. Makin lama guyonannya kian mengarah yang vulgar, aku sih ok aja. Ketika acara makan, dia mendampingi aku merasakan hidangan yang tersedia. Ketika acara dansa, dia menyuruh aku turun, ketika tersebut lagunya slow. Aku larut dalam dekapannya yang paling mesra. Dia berbisik:

“Dina, anda cantik sekali, anda yang sangat cantik dari seluruh prempuan yang dateng ke pesta ini. Aku suka anda Din”. “Mas kan dah punya keluarga, masak sih suka ma abg kaya aku”.
“Justru karena anda masih abg, kecantikan anda masih paling alami, bukan polesan make up yang tebal”.


Memang sih dandananku biasa saja, tanpa make up yang tebal. Perempuan mana sih yang gak suka dipuji pria yang kebetulan dikaguminya. Ketika kembali dia mengirimkan aku pulang, sebelum aku turun dari mobil, pipiku dikecupnya,

“Kapan-kapan anda ketemuan lagi ya Din, ni nomer hpku”. Kami bertukaran nomer hp.

Sejak pertemuan kesatu itu, kami tidak jarang jumpa di mal, di bioskop atau ditempat fitnes.

Karena dia tau aku suka fitnes, makanya diapun meregistrasi menjadi member ditempat aku biasa fitnes. Karena tidak jarang ketemu, hubungan kami kian lama kian akrab. Dia ialah lelaki kesatu yang menghirup bibirku. Itu kejadiannya saat kami sedang dibioskop. Karena bukan weekend, jumlah penontonnya sedikit, sampai-sampai dia milih lokasi duduk yang jauh dari pemirsa lain. Dia berbisik:

“Din, aku sayang banget ma kamu. Kamu?’
“Aku pun sayang ma Mas, sayangnya ma dah family ya”.
“Kita jalani aja dulu Din, gak apa kan kalo backstreet kaya gini. Pokoknya aku akan berjuang untuk ketemu anda sesering mungkin, sayang”. Dia mengenalkan rayuan mutnya, sampai-sampai aku kian berbung-bunga.
“Din..”, panggilnya lagi. aku menoleh karahnya.

Karena duduk kami berdempetan, dia langusng merangkul pundaknya dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. aku memejamkan mataku, terasa lembut sekali bibirnya menyentuh bibirku, lantas terasa bibirnya mulai mengisap bibirku. aku pasrah saat dia lumayan lama mengecup bibirku.

“Mas”, desahku saat dia melepas bibirnya, seakan aku gak rela dia mencungkil bibirku.

Diapun mengecup bibirku lagi, kali ini lebih lama lagi. Demikianlah sepanjang film tersebut kami tidak merasakan filmnya namun aku merasakan bagaimana bibirnya mengulum-ngulu bibirku.

“Mas, aku sayang sekali ma mas, aku inginkan jadi pacar mas”.

Sejak kejadian dibioskop itu, kami menjadi teratur berciuman kalo ketemu, sangat tidak kami melakukannya sebentar di mobil sebelum mobil jalan atau sebelum aku turun didepan rumahku. Temenku mengingatkan aku supaya jangan terlampau larut dalam bersangkutan dengan Mas, sebab dia dah berkeluarga.

“Nanti anda yang nyesel lo kalo dia mesti mutusin hubungan anda dengan dia”. Tapi aku tidak mengindahkan himbauan temanku. Aku seakan buta tertutup cinta yang kian lama kian berkobar-kobar.

Sampai sebuah weekend, dia mengajakku ke satu vila diluar kota, katanya dia inginkan survei tempat tersebut karena akan diselenggarakan perhelatan disana.

“Temenin aku yuk, mumpung dapat keluar kota ma kamu. Mau ya sayang”. Karena aku dah lama pengen berdua dia seharian, aku turuti saja ajakannya.

Ke ortu, aku pamit mo jalan ma temen2 ke vila mereka. Aku seneng sekali saat dah duduk disebelahnya dalam mobilnya. Mobilnya meluncur arah luar kota. Saat tersebut aku mengenakan celana ketat dari kain yang lumayan tipis berwarna putih sehingga format bokongku yang bulat padat begitu kentara, dan bahkan saking ketatnya CDku hingga kelihatan sekali berbentuk segitiga.

Atasannya aku mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga format toketku yang membulat tampak jelas, kaosku yang lumayan tipis menciptakan braku yang berwarna putih terpampang jelas sekali.

“Din, anda seksi sekali deh pake pakean kaya gitu”.
“Mas suka kan”. “Suka banget, palagi kalo amu gak pake baju Din”.
“Ih mas, mulai deh genit, aku turun disini aja deh”, aku pura-pura merajuk, sebenarnya dalam hati seneng sekali mendengar pujiannya.
“Ya udah turun aja he he”, tertawanya berderai saat dia menuliskan hal itu, tetpi mobil tetap melaju kencang. “Katanya diajak turun, kok gak minggir”.
“Loncat aja kalo berani”.
“mas, iih”, kataku seraya mencubit pinggangnya, mesra.

Dia menggeliat kegelian,

“Jangan diklitikin dong, nanti nabrak lo”.
“abis mas sih mulai duluan”. Sepanjang jalan kami berkelakar rian, sesekali tangannya gantian menggelitiki pinggangku, sampai-sampai aku menggelinjang.

Kadang tangannya tiba di pahaku dan mengelus2nya sampe kedeket pangkal pahaku. aku menjadi merinding sebab rabaannya. Maklum deh dia lelaki kesatu yang mengerjakan hal ini.

“Maas”, aku melulu melenguh saat pahaku dielus-elus begitu.

Karena aku tidak menolak, maka dia meneruskan elusannya dipahaku. aku menjadi gelisah, dudukku gak dapat diam, terdapat rasa geli bercampur nikmat dan aku merasa pengen kencing.

“Mas maih jauh ya”.
“Napa Din”.
“aku pengen pipis”.
“Bentar lagi pun sampe. Itu bukan pengen pipis biasa Din”.
“abis apaan?”
“Pasti anda terangsang ya sebab aku ngelus2 paha kamu”.
“Ih”, kucubit lagi pinggangnya.

Mobilnya telah masuk ke satu vila. Ada seorang bapak-bapak yang menyambut di gerbang vila. Dia orang yang ditugaskan empunya vila guna menunggui vila itu. Aku terbit dari mobil, ikut dengan dia menyaksikan lokasi. Vilanya tidak terlampau besar namun halamannya luas. Dia mulai menerbitkan catatannya, mengukur sana mengukur sini, mencoret2 di kitab catatannya. Kadang dia menanyakan pendapatku mengenai satu hal. Aku membalas setauku saja.

“Setelah selesai, dia berbicara kepada si bapak,
“Pak kami mo menginap di vila ini”.
“Iya, yang punya dah kasi tau bapak, ya silahkan saja pak. telah saya sediakan makanan secukupnya di lemari es, kalo mo santap ya silahkan dihangatkan dulu. soalnya bapak mo pulang”. Si bapak meninggalkan kami berdua.
“Din, anda honimun ya”, katanya seraya tersenyum.

aku jadi berdebar2membayangkan apa yang aka dilakukannya padaku. Aku tidak jarang mendengar kisah teman2ku ang telah pernah bersangkutan sex dengan cowo2nya, mendengar alangkah nikmatnya kalo memek kemasukan kontol. Aku jadi merinding sendiri, aku pengen pun mengalami kesenangan itu.

Aku mencampakkan pantatku di sofa, dia menyusulku segera dan duduk rapat di sampingku,

“Dina sayang” katanya seraya menggenggam erat dan mesra kedua belah tanganku.

Selesai berbicara begitu dia mendekatkan mukanya ke wajahku, dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut. Hidung kami bersentuhan lembut. Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit. Lima detik kemudian, dia mencungkil kecupan bibirnya dari bibirku. Aku ketika kukecup tadi memejamkan mata,

“Aku pengen melakukan tersebut ma kamu, sayang. Kamu bersediakah?”, rayunya lebih lanjut.

Dia berjuang mengecup bibirku lagi, tetapi dengan cepat aku mencungkil tangan kananku dari remasannya, dadanya kutahan dengan lembut.

“Mass” bisikku lirih. “Dina sayang, inginkan ya”, rayunya lagi.
“Tapi mass, aku fobia Mas”, jawabku.
“Takut apa sayang, katakanlah”, bisiknya kembali seraya meraih tanganku.
“Aku fobia Mas nanti meninggalkan aku”, bisikku.

Dia menggenggam powerful kedua tanganku kemudian secepat kilat dia mengecup bibirku.

“Dina sayangku, aku terus cerah tidak dapat menjanjikan apa-apa sama anda tapi percayalah aku bakal membuktikannya kepadamu, aku akan tidak jarang kali sayang sama kamu”, bujuknya guna lebih meyakinkanku.
“Tapi Mas” bisikku masih ragu.
“Din, percayalah, apa aku butuh bersumpah sayang, anda memang masih baru sejumlah bulan kenal sayang, namun percayalah, yakinlah sayang, bila Tuhan menghendaki kita tentu selalu bareng sayang”, rayunya lagi.
“Lalu bila aku hingga hamil gimana mass?” ujarku sembari menatapnya.
”Aah, tidak boleh khawatir sayang, aku bakal bertanggung jawab semuanya bila kamu hingga hamil, bagaimana sayang?” bisiknya.

Rasioku telah tidak jalan dengan baik, tertutup oleh bujukan mautnya dan rasa hendak merasakan kesenangan yang kian menggebu.

Tangannya bergerak semakin berani, yang tadinya melulu meremas jemari tangan sekarang mulai meraba ke atas mencari dari pergelangan tangan terus ke lengan hingga ke bahu kemudian diremasnya dengan lembut. Dia memandangi toketku dari balik baju kaosku yang ketat,

“Mas mesti janji dulu sebelum…” aku tak melanjutkan ucapanku.
“Sebelum apa sayang, katakanlah”, bisiknya tak sabar.

Kini jemari tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi pinggulku, saat jemarinya merayap ke belakang diusapnya belahan pantatku kemudian diremasnya dengan gemas.

“aahh… Mas”, aku mengerang pelan.
“Mas aah mmas.. aku rela memberikan semuanya asal Mas inginkan bertanggung jawab nantinya”, aku berbisik semakin lemah, saat tersebut jemari tangan kanannya bergerak semakin menggila, menelusup ke pangkal pahaku, dan mulai membelai gundukan bukit memekku.

Diusapnya perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, dua detik lantas dia memaksa masuk jemari tangannya di selangkanganku dan bukit memekku tersebut telah berada dalam cengkeraman tangannya. Aku menggelinjang kecil, ketika jemari tangannya mulai meremas perlahan. Dia mendekatkan mulutnya pulang ke bibirku berkeinginan mencium, tetapi aku menyangga dadanya dengan tangan kananku,

“eeehh Mas..berjanjilah dulu Mas”, bisikku salah satu desahan nafasnya yang mulai tidak banyak memburu.
“Oooh Dina sayang, aku berjanji guna bertanggung jawab, aahh aku mengharapkan keperawananmu sayang”, ucapnya.

Sementara jemari tangannya yang sedang sedang di sela-sela selangkangan pahaku tersebut meremas gundukan memekku lagi.

“Ba.. baiklah Mas, aku percaya sama Mas”, bisikku.
“Jadi?” tanyanya.
“hh. lakukanlah mass, aku kepunyaan Mas seutuhnya.. hh..” jawabku.
“Benarkah? ooh..Dina sayanggg.” Secepat kilat bibirku pulang dikecup dan dikulumnya, digigit lembut, disedot.

Hidung kami bersentuhan lembut. Dengus nafasku terdengar mengejar saat dia mengecup dan mengulum bibirku lumayan lama.

DIa mempermainkan lidahnya di dalam mulutku, aku mulai berani menjawab cumbuannya dengan menggigit lembut dan mengulum lidahnya dengan bibirku. Lidah kami bersentuhan, kemudian dia mengecup dan mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil ketika bibir kami saling mengecup. “aah Dina sayang, anda pintar sekali, anda pernah punya pacar yaach?” tanyanya curiga.

“Mm aku belum pernah punya pacar Mas, kan Mas yang sekitar ini ngajari aku ciuman”, sahutku.
“Wah anda belajarnya cepat seklai ya, jangan-jangan anda sering nonton film porno yaa?” godanya.

Aku tersenyum malu, dan wajahku juga tiba-tiba bersemu merah, aku menundukkan mukaku, malu.

“I…iya Mas, sejumlah kali”, sahutku terus terang seraya tetap menundukkan muka.
“Dina sayang, anda nggak kecewa khan sebab aku benar-benar sangat mengharapkan keperawananmu sayang?” tanyanya. “Aku serahkan apa yang dapat aku persembahkan bikin Mas, aku ikhlas, lakukanlah Mas bila Mas benar-benar menginginkannya”, sahutku lirih.

Jemari tangan kanannya yang masih sedang di selangkanganku mulai bergerak mengurangi ke gundukan memekku yang masih perawan, kemudian diusap-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas. Aku memekik kecil dan mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat, sedangkan wajahku nampak tidak banyak berkeringat. Dia meraih kepalaku dalam pelukannya dengan tangan kiri dan dia menghirup rambutku.

“Oooh masss”, bisikku lirih.
“Enaak sayang diusap-usap begini”, tanyanya.
“hh… iiyyaa mass”, bisikku polos.

Jemarinya sekarang bukan hanya mengusap namun mulai meremas bukit memekku dengan paling gemas.

“sakit Mas aawww” aku memekik kecil dan pinggulku menggelinjang keras.

Kedua pahaku yang tadi mengapit pergelangan tangan kanannya kurenggangkan. Dia mengusung wajah dan daguku kearahnya, seraya merengkuh tubuhku supaya lebih merapat ke badannya kemudian kembali dia mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu.

Puas mengusap-usap bukit memekku, sekarang jemari tangan kanannya bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal paha terus ke atas mencari pinggang hingga ujung jemarinya sedang di bagian bawah toketku yang sebelah kiri. Dia membelai perlahan di situ kemudian mulai memanjat perlahan, kesudahannya jemari tangannya mendadak meremas powerful toketku dengan gemasnya. Seketika tersebut pula aku mencungkil bibirku dari kuluman bibirnya, “aawww… Mas sakitt, tidak boleh keras-keras dong meremasnya”, protesku. Kini secara bergantian jemari tangannya meremas kedua toketku dengan lebih lembut. Aku menatapnya dan tidak mempedulikan tangannya menjamah dan meremas-remas kedua toketku.

“Auuggghh..” tiba-tiba dia menjerit cukup keras dan meloncat berdiri. Aku yang awalnya sedang merasakan remasan pada toketku jadi ikutan kaget.
“Eeehh mengapa Mas?”
“Aahh anu sayang… kontolku sakit nih”, sahutnya seraya buru-buru membuka celana panjangnya di hadapanku.

Aku tak menduga dia melakukan demikian melulu memandangnya dengan terbelalak kaget. Dia membuka sekalian CDku dan “Tooiiing”, kontolnya yang telah tegang tersebut langsung mencuat dan mengacung terbit mengangguk-anggukan kepalanya naik turun .

“aawww… Mas jorok”, aku menjerit kecil seraya memalingkan mukaku ke samping dan memblokir mukaku dengan tangan. “He…he…” dia terkekeh geli, batang kontolnya telah kelihatan tegang berat, urat-urat di
permukaan kontolnya hingga menonjol terbit semua.

Batang kontolnya bentuknya montok, berurat, dan besar. Sementara aku masih memblokir muka tanpa bersuara, dia mengocok kontolnya dengan tangan kanannya,

“Uuuaahh…nikmatnya”.
“Din sebentar yaa… aku inginkan cuci kontolku dulu yaa… bau nih soalnya”, katanya seraya ngibrit ke belakang, kontolnya yang sedang “ON” tegang tersebut jadi terpontang-panting seraya mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari saat dia berlari.

Aku masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya terbit berlari tanpa gunakan celana jadi terkejut lagi menyaksikan kontolnya yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun. “aawww…” teriakku pulang sembari memblokir mukaku dengan kedua jemari tanganku.

“Iiihh… Din… fobia apa sih, kok mukanya diblokir begitu”, tanyanya geli.
“Itu Mas, kontol Mas”, sahutku lirih.
“Lhoo… katanya sudah tidak jarang nonton BF kok masih takut, anda kan tentu sudah lihat di film tersebut kalau kontol cowok tersebut bentuknya gini”, sahutnya geli.
“Iya…m..Mas, namun kontol Mas mm besar sekalii”, sahutku masih sambil memblokir muka.
“Yaach… ini sih kecil dibanding di film nggak terdapat apa-apanya, tersebut khan film barat, kontol mereka jauh lebih gueedhee… bila kontolku kan ukuran orang Indonesia sayang, mari sini dong kontolku anda pegang sayang, ini kan milik anda juga”, sahutnya nakal.
“Iiih… malu aah Mas, jorok.”
“Alaa.. malu-malu sih sayang, aku yang telanjang saja nggak malu sama kamu, masa anda yang masih pakaian menyeluruh malu, mari dong sayang kontol Mas dipegang biar kamu dapat merasakan milik anda sendiri”, sahutnya sembari meraih kedua tanganku yang masih menutupi mukaku. pada awalnya aku menampik sambil memalingkan wajahku ke samping, tetapi setelah dirayu-rayu kesudahannya aku inginkan juga.

kedua tanganku dibimbingnya ke arah selangkangannya, tetapi kedua mataku masih kupejamkan rapat. Jemari kedua tanganku mulai menyentuh kepala kontolnya yang sedang ngaceng. Mulanya jemari tanganku berkeinginan kutarik lagi ketika menyentuh kontolnya yang ngaceng namun sebab dia memegang kedua tanganku dengan kuat, dan memaksanya guna memegang kontolnya itu, kesudahannya aku melulu menurut keterangan dari saja.

Pertama kali aku melulu mau memegang dengan kedua jemarinya. “Aah… terus sayang pegang erat dengan kedua tanganmu”, rayunya sarat nafsu.

“Iiih… keras sekali Mas”, bisikku seraya tetap memejamkan mata.
“Iya sayang, tersebut tandanya aku sedang ngaceng sayang, mari dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” dia merintih nikmat ketika tiba-tiba saja aku bukannya menggenggam tapi justeru meremas kuat.

Aku terpekik kaget, “Iiih sakit mass…” tanyaku.

Aku menatapnya gugup.

“Ooouhh tidak boleh dilepas sayang, remas laksana tadi lekas sayang oohh…” erangnya lirih.

Aku yang semula agak gugup, menjadi memahami lalu jemari kedua tanganku yang tadi tidak banyak merenggang sekarang bergerak dan meremas kontolnya laksana tadi. Dia melenguh nikmat. Aku sekarang sudah berani menatap kontolnya yang sekarang sedang kuremas, jemari kedua tanganku tersebut secara bergantian meremas batang dan kepala kontolnya. Jemari kiri sedang di atas kepala kontolnya sedang jemari yang kanan meremas kontolnya. .dia hanya dapat melenguh panjang pendek.

“.sshh…Din… terusss sayang, yaahh… ohh…ssshh”, lenguhnya keenakan.

Aku memandangnya seraya tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah tersebut kugenggam dan kuremas laksana semula tetapi lantas aku mulai memompa dan mengocok kontolnya tersebut maju mundur.

“Aakkkhh… ssshh” dia menggelinjang menyangga nikmat.

Aku semakin energik melihatnya menikmati kenikmatan, kedua tanganku bergerak kian cepat maju mundur mengocok kontolnya. Dia semakin tak terkendali,

“Din… aahhgghh… sshh…awas pejuku inginkan keluarr” teriaknya keras.

aku meloncat berdiri begitu dia menuliskan kalimat itu, aku mencungkil remasan tanganku dan berdiri ke sebelahnya, sedangkan pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok.

“Kamu kok lari sih…” bisiknya lirih disisiku.
“Tadi katanya pejunya mau terbit mass… kok nggak jadi?” tanyaku polos.

Rupanya dia gak inginkan ngecret sebab aku kocok makanya dia bilang pejunya inginkan keluar.

Dia meraih tubuhku yang sedang di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas, aku menggelinjang ketika dia merapatkan badannya ke tubuhku sampai-sampai toketku yang bundar montok mengurangi dadanya yang bidang. Aku merangkulkan kedua lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba ia juga mengecup bibirku dengan mesra, lantas dilumatnya bibirku hingga aku terengah-engah kehabisan napas. Terasa kontolnya yang masih full ngaceng tersebut menekan kuat unsur pusarku, sebab memang tubuhnya lebih tinggi dariku.

Sementara bibir kami bertautan mesra, jemari tangannya mulai menggerayangi unsur bawah tubuhku, dua detik lantas jemari kedua tangannya sudah berada di atas bulatan kedua belah bokongku. Diremasnya dengan gemas, jemarinya bergerak memutar di bokongku. Aku mengerang dan merintih kecil dalam cumbuannya. Lalu dia merapatkan unsur bawah tubuhnya ke depan sampai-sampai mau enggan kontolnya yang tetap tegang tersebut jadi tersudut perutku kemudian menghadap ke atas. Aku tak memberontak dan diam saja.

Sementara tersebut dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang tersebut di perutku. Namun baru pun 10 detik aku mencungkil ciuman dan pelukannya dan tertawa-tawa kecil,

“Kamu apaan sih kok ketawa”, tanyanya heran.
“Abisnya… Mas sih, kan aku geli digesekin kaya gitu”, sahutku seraya terus tertawa kecil.


Dia segera merengkuh tubuhku pulang ke dalam pelukannya, dan aku tak menampik saat dia menyuruhku guna meremas kontolnya laksana tadi. Segera jemari tangan kananku mengelus dan mengelus-elus kontolnya dan sesekali kuremas. Dia menggelinjang nikmat.

“aagghh… Din… terus sayang…” bisiknya mesra.

Wajah kami saling berdampingan dan aku memandang wajahnya yang sedang meringis menyangga rasa nikmat.

“Enaak ya mass…” bisikku mesra. Jemari tanganku semakin gemas saja mempermainkan kontolnya bahkan mulai kukocok laksana tadi.

Dia mencungkil kecupan dan pelukanku.

“Gerah nih sayang, aku buka baju dulu yaah sayang”, katanya seraya terus menanggalkan kancing kemejanya satu persatu lalu dibuang sekenanya ke samping.

Kini dia benar-benar polos dan telanjang bulat di hadapanku. Aku masih tetap mengocok kontolnya maju mundur.

“Sayang… kau suka yaa sama kontolku”, katanya.

Sambil tetap mengocok kontolnya aku membalas dengan polos.

“suka sih Mas… berakhir kontol Mas lucu juga, keras banget Mas kayak kayu”, ujarku tanpa malu-malu lagi.
“Lucu apanya sih?” tanyanya.

Aku memandangnya seraya tersenyum

“pokoknya lucu saja”, bisikku lirih tanpa penjelasan.
“Gitu yaa… bila memek anda seperti apa yaa… aku pengen liat dong”, katanya.

Aku mendelik sambil mencungkil tanganku dari kontolnya.

“Mas jorok ahh…” sahutku malu-malu. “Ayo, aku telah kepengen ngerasain nih… aku buka ya celana kamu”, katanya lagi.

Dan dengan cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya. Pada awalnya aku agak memberontak dan menampik tangannya tetapi begitu aku memandang wajahnya yang tersenyum padaku kesudahannya aku melulu pasrah dan mandah ketika jemari kedua tangannya mulai gerilya menggali ritsluiting celana ketatku yang berwarna putih itu.

Mukanya serupa di depan selangkanganku sampai-sampai dia dapat menyaksikan gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku. Dia semakin tak sabar, dan begitu mengejar ritsluitingku segera ditariknya ke bawah hingga terbuka, kebetulan aku tak menggunakan sabuk sampai-sampai dengan gampang dia meloloskan dan memplorotkan celanaku hingga ke bawah. Sementara pandangannya tak pernah lepas dari selangkanganku, dan sekarang terpampanglah di depannya CDku yang berwarna putih bersih tersebut tampak tidak banyak menonjol di tengahnya. Terlihat dari CDku yang lumayan tipis tersebut ada warna kehitaman, jembutku. Waahh… dia memandang ke atas dan aku menatapnya seraya tetap tersenyum.
“Aku buka ya.. CDnya”, tanyanya.

Aku melulu menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jemari kedua tangannya pulang merayap ke atas mencari dari kedua betisku terus ke atas hingga kedua belah paha, dia mengelus perlahan dan mulai meremas.

“Oooh…Masss” aku mengerang kecil.

kemudian jemari kedua tangannya merayap ke belakang kebelahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu. Ketika jemari tangannya menyentuh tali karet CDku yang unsur atas, sreeet… secepat kilat ditariknya ke bawah CDku tersebut dengan gemas dan sekarang terpampanglah sudah wilayah ‘forbidden’ ku.

Menggembung menyusun seperti suatu gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarku hingga ke bawah salah satu kedua belah pangkal pahaku, sedangkan di unsur tengah gundukan bukit memekku terbelah menyusun sebuah bibir tebal yang menuju bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang memekku. Dan di dekat situ terdapat jembut yang lumayan lebat.

“Oohh.. Din, indahnya…” Hanya kalimat tersebut yang sanggup dibacakan saat itu.

Dia mendongak saat aku sedang membuka baju kaosku, setelah membuang kaos sekenanya kedua tanganku kemudian menekuk ke belakang punggungnya berkeinginan membuka braku dan tesss… bra itupun terlepas jatuh di mukanya. Selanjutnya aku melepas pun celana dan CDku yang masih tercantol di mata kakiku, lalu seraya tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis kepadanya, walaupun wajahku tidak banyak memerah sebab malu.

Toketku berbentuk bulat laksana buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali bola tenis, warnanya putih bersih melulu pentil kecilnya saja yang terlihat berwarna merah muda kecoklatan.

“kamu cantik sekali sayang”, bisiknya lirih.

Aku mengulurkan kedua tanganku kepadanya mengajaknya berdiri lagi.

“Mass… aku telah siap, aku sayang sama Mas, aku bakal serahkan semuanya laksana yang Mas inginkan”, bisikku mesra.

Dia merangkul tubuhku yang telanjang. Badanku laksana kesetrum ketika kulitku menyentuh kulit nya, kedua toketku yang bulat mengurangi lembut dadanya yang bidang. Jemari tangannya tergetar ketika mengusap punggungku yang telanjang,

“Aahh.. Din anda ngentot di kamar yuk, aku telah kepingin ngen tot sayang”, bisiknya tanpa malu-malu lagi.

Aku melulu tersenyum dalam pelukannya. “Terserah Mas saja, inginkan ngentotnya dimana”, sahutku mesra.

Dengan sarat nafsu dia segera meraih tubuhku dan digendongnya ke dalam kamar. Direbahkannya tubuhku yang telanjang bulat tersebut di atas kasur busa di dalam kamar tengah, lokasi tidur tersebut tak terlampau besar, guna 2 orang juga harus berdempetan. Suasana dalam kamar kelihatan gelap sebab semua gorden tertutup, gorden yang berada dalam kamar ini sama sekali tidak menghadap ke jalan umum tetapi menghadap ke kebun di belakang. Dia segera membuka gorden supaya sinar matahari senja dapat masuk, dan benar saja begitu disibakkan sinar matahari dari arah barat langsung menerangi semua isi kamar.


Dia memandangi tubuhku yang telanjang bulat di ranjang. Segera dia menaiki ranjang, aku memandangnya seraya tersenyum. Dia merayap ke atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, kelihatannya dia telah tak sabar hendak segera menginjak memekku.

“Buka pahamu sayang, aku hendak mengen totimu sekarang”, bisiknya bernafsu.
“Mass…” aku melulu melenguh pasrah ketika dia separuh menindih tubuhku dan kontolku yang tegang tersebut mulai menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat menuntun kontolnya membelai memekku kemudian menelusup salah satu kedua bibir memekku.
“Sayang, aku masukkan yaah… bila sakit bilang sayang.. anda kan masih perawan.”
“Pelan-pelan Mas”, bisikku pasrah.

Lalu dengan jemari tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku. Aku mendekap pinggangnya mesra, sedangkan dia menggali liang memekku salah satu belahan bukit memekku. Dia mengupayakan untuk menelusup celah bibir memekku unsur atas tetapi setelah ditekan ternyata jalan buntu.

“Agak ke bawah Mas, aahh tidak cukup ke bawah lagi Mas… mm.. yah tekan di situ Mas… aawww pelan-pelan Mas sakiiit”, aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan.

Akhirnya dia sukses menemukan celah memekku tersebut setelah aku menuntunnya, diapun mulai mengurangi ke bawah, kepala kontolnya dipaksanya guna menelusup ke dalam liang memekku yang sempit. Dia mengecup bibir ku sekilas kemudian berkonsentrasi kembali guna segera dapat menenggelamkan kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku. Aku mulai mengerang dan memekik-mekik kecil saat kepala kontolnya yang besar mulai sukses menerobos liang memekku yang sangat-sangat sempit sekali.

“Tahan sayang…aku masukkan lagi, sempit sekali sayang aahh”, erangnya mulai merasakan kesenangan dan kurasakan kepala kontolnya sukses masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang memekku.
“aawwww…. masss sakiit…” teriakku memelas, tubuhku menggeliat kesakitan.

Dia berjuang menentramkan aku seraya mengecup mesra bibirku dan dilumat dengan perlahan. Lalu,

“tahan sayang, baru kepalanya yang masuk sayang, aku tekan lagi yaah”, bisiknya.

Tiba-tiba dia menarik keluar kembali kontolnya yang baru masuk kepalanya saja tersebut dengan perlahan.

“Ah… sayang, aku masukin nanti saja deh, liang memekmu masih paling sempit dan kering sayang.”
“memekku sakit Mas”, erangku lirih.
“Yahh… aku tahu sayang anda kan masih perawan, anda bercumbu dulu sayang, aku kepingin melihat anda nyampe”, bisiknya bernafsu.

Segera dia merebahkan badannya di atas tubuhku dan dipeluknya dengan kasih sayang,

“Din… hh.. bagaimana perasaanmu sayang”, bisiknya mesra. Aku memandangnya dan tertawa renyah.
“mm… aku bahagia sekali bareng Mas laksana ini, rasanya nikmat ya Mas berdekapan sambil telanjang kaya gini”, ujarku polos.
“Iyaa sayang, anggaplah aku suamimu ketika ini sayang”, bisiknya nakal.
“Iih.. Mas, Mas cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik…mmbhh”, belum sempat aku berlalu ngomong, dia telah melumat bibirku.

Aku menjawab ciumannya dan melumat bibirnya dengan mesra.Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan aku langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Jemari tangan kirinya merayap ke bawah mencari sambil mengelus tubuhku mulai pundak terus ke bawah hingga ke pinggul dan diremasnya dengan gemas. Ketika tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai menggoyangkan semua badannya menggesek tubuhku yang bugil khususnya pada unsur selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya mengurangi gundukan bukit memekku.

Dia menggerakkan pinggulnya secara memutar seraya menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir memekku seraya sesekali ditekan-tekan. Aku ikut-ikutan menggelinjang kegelian, sejumlah kali kepala kontolnya yang tegang salah sasaran menginjak belahan bibir memekku seolah akan menjebol liang memekku lagi. Aku melulu merintih kesakitan dan memekik kecil,

“Aawwww… Mas saakiit”, erangku.
“Aahh.. Din… memekmu lunak sekali sayang, ssshh”, dia melenguh keenakan.

Beberapa menit lantas setelah kami puas bercumbu bibir, dia menggeser tubuhnya kebawah hingga mukanya tepat sedang di atas kedua bulatan toketku, sekarang ganti perutnya yang mengurangi memekku. Jemari kedua tangannya secara bersamaan mulai menggerayangi gunung “Fujiyama” milikku, dia mulai menggesekkan ujung-ujung jemarinya mulai dari bawah toketku di atas perut terus mengarah ke gumpalan kedua toketku yang kenyal dan montok. Aku mengerang dan menggelinjang antara geli dan nikmat.

“Mass, geli”, erangku lirih.

Beberapa ketika dia mempermainkan kedua pentilku yang kemerahan dengan ujung jemarinya. Aku menggelinjang lagi, dipuntirnya tidak banyak pentilku dengan lembut.

” Mas…” aku semakin mendesah tak karuan.

Secara bersamaan kesudahannya dia meremas-remas gemas kedua toketku dengan sepenuh nafsu.

“Aawww…Mas”, aku merintih dan kedua tanganku memegangi kain sprei dengan kuat.

Dia semakin menggila tak puas meremas kemudian mulutnya mulai menjilati kedua toketku secara bergantian. Lidahnya menjilati semua permukaan toketku tersebut sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu beralih ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentilku secara bergantian seraya diremas-remas dengan gemas hingga aku berteriak-teriak kesakitan. Lima menit lantas lidahnya tidak hanya menjilati sekarang mulutnya mulai bertindak menghisap kedua pentilku sekuat-kuatnya.

Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jemari tanganku memegang dan meremasi rambutnya, sedangkan kedua tangannya tetap memegang erat dan meremasi kedua toketku bergantian seraya menghisap-hisap pentilnya. Bibir dan lidahnya dengan paling rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya seraya terus dihisap. Aku hanya dapat mendesis, mengerang, dan sejumlah kali memekik kuat saat giginya menggigiti pentilku dengan gemas, sampai tak heran bila di sejumlah tempat di kedua bulatan toketku tersebut nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya.

Cukup lama dia mengemut toketku, setelah tersebut bibir dan lidahnya sekarang merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai mengerang-erang kecil keenakan, dia mengecup dan mengairi seluruh perutku. Ketika dia bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirnya sudah berada di atas gundukan bukit memekku.

“Buka pahamu Din..” teriaknya tak sabar, posisi pahaku yang tidak cukup membuka tersebut membuatnya tidak cukup leluasa guna mencumbu memekku itu.
“Oooh… masss”, aku melulu merintih lirih.

Dia memperbaiki posisinya di atas selangkangan ku. Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah paling terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei, aku kelihatan tegang sekali.

“Sayang… tidak boleh tegang begitu dong sayang”, katanya mesra.
“Lampiaskan saja perasaanmu, tidak boleh takut bila IDin merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass….” katanya selanjutnya.

Sambil memejamkan mata aku berbicara lirih.

“Iya mass eenaak sih mass”, kataku polos.

Dia memandangi memekku yang telah ditumbuhi jembut tetapi kulit dimemekku dan sekitarnya tersebut tidak terlihat keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang. Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih tidak banyak kecoklatan, sementara celah sempit yang berada diantara kedua bibir memekku tersebut tertutup rapat.

“MAs… ngapain sih kok ngelamun, bau yaa Mas?” tanyaku seraya tersenyum. Wajahku tidak banyak kusut dan berkeringat.
”abisnya memekmu lucu sih, bau lagi”, balasnya nakal.
“Iiihh… jahat”, Belum habis berbicara begitu aku memegang kepalanya dan mengucek-ucek rambutnya. Dia tertawa geli.

Selanjutnya aku mengurangi kepalanya ke bawah, sontak mukanya khususnya hidung dan bibirnya langsung nyosor mengurangi memekku, hidungnya menyelip salah satu kedua bibir memekku. Bibirnya mengecup unsur bawah bibir memekku dengan bernafsu, sedangkan jemari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan meremas bokongku yang bundar dengan gemas. Dia mulai mencumbui bibir memekku yang tebal tersebut secara bergantian seperti bila dia menghirup bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir unsur atas, dia beralih untuk mengecup dan mengulum bibir memekku unsur bawah.

Karena ulahnya aku hingga menjerit-jerit sebab nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, sejumlah kali kedua pahaku sampai mengapit kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir memekku. Dia memegangi kedua belah bokongku yang telah berkeringat supaya tidak bergerak terlampau banyak, kelihatannya dia tak rela mencungkil pagutan bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak jarang memekik lumayan kuat saking nikmatnya.

Kedua tanganku meremasi rambutnya hingga kacau, seraya menggoyang-goyangkan pinggulku. Kadang pantat kunaikkan seraya mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahnya pada semua permukaan memekku. aku berteriak kian keras, dan terkadang laksana orang menangis saking tak kuatnya menahan kesenangan yang diciptakannya pada memekku. Tubuhku menggeliat hebat, kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil merintih tak karuan.

Dia semakin energik melihat tingkahku, mulutnya semakin buas, dengan nafas setengah mengejar disibakkannya bibir memekku dengan jemari tangan kanannya, tampak daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah tampak celah liang memekku yang amat paling kecil dan berwarna kemerahan pula. Dia mengupayakan untuk membuka bibir memekku agak lebar, tetapi aku memekik kecil sebab sakit.

“aawww mass.. sakiit”, pekikku kesakitan.
“maaf sayang, sakit yaa…” bisiknya khawatir.

Dia mengelus dengan lembut bibir memekku supaya sakitnya hilang, sebentar lantas lalu disibakkan pulang pelan-pelan bibir memekku, celah merahnya pulang terlihat, agak ke atas dari liang memekku yang sempit tersebut ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang pun berwarna kemerahan, berikut itil, bagian sangat sensitif dari memek wanita. Lalu secepat kilat dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya terbit dan mulai menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik paling keras seraya menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah.

Aku mengejang hebat, pinggulku bergerak binal dan kaku, sampai-sampai jilatannya pada itilku jadi luput. Dengan gemas dia memegang kuat-kuat kedua belah pahaku kemudian kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir memekku, dia menjulurkan lidahnya terbit sepanjang barangkali lalu ditelusupkannya lidahnya menjebol jepitan bibir memekku dan pulang menyentil nikmat itilku dan, aku memekik terbendung dan tubuhku pulang mengejan seraya menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke atas sampai-sampai lidahnya menginjak celah bibir memekku lebih dalam dan menyentil-nyentil itilku.

Begitu singkat sebab tak hingga 1 menit aku terisak menangis dan terdapat semburan lemah dari dalam liang memekku berupa cairan hangat agak kental tidak sedikit sekali. Dia masih menyentil itilku sejumlah saat hingga tubuhku terkulai lemah dan kesudahannya pantatku juga jatuh pulang ke kasur. Aku melenguh panjang pendek meresapi kesenangan yang baru kurasakan, sedangkan dia masih menyedot sisa-sisa lendir yang terbit ketika aku nyampe. Seluruh selangkanganku terlihat basah sarat air liur bercampur lendir yang kental. Dia menjilati semua permukaan memekku hingga agak kering,

“Sayaang… puas kan…” bisiknya lembut tetapi aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam rapat tetapi mulutku tersenyum bahagia.
“Giliranku sayang, aku inginkan masuk nih… tahan sakitnya sayang”, bisiknya lagi tanpa menantikan jawabannya.

Dia segera bangkit dan duduk separuh berlutut di atas tubuhku yang telanjang berkeringat. Toketku sarat lukisan hasil karyanya. Dengan agak kasar dia unik kakiku ke atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal pahanya sehingga sekarang selangkanganku menjadi tersingkap lebar. Dia unik bokongku ke arahnya sampai-sampai kontolnya langsung menempel di atas memekku yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir memekku dan lalu sejumlah saat lantas dengan badung kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke memekku.

Aku menggeliat manja dan tertawa kecil,

“Mas… iiih.. gelii.. aah”, jeritku manja.
“Sayaang, kontolku inginkan masuk nih… tahan yaa sakitnya”, bisiknya badung penuh nafsu.
“Iiihh… tidak boleh kasar ya mass… pelan-pelan saja masukinnya, aku fobia sakiit”, sahutku polos sarat kepasrahan.

Sedikit disibakkannya bibir memekku dengan jemari kirinya, kemudian diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang memekku yang sempit. Dia mulai mengurangi dan aku juga meringis, dia tekan lagi… kesudahannya perlahan-lahan mili demi mili liang memekku tersebut membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Aku menggigit bibir. Dia mencungkil jemari tangannya dari bibir memekku dan plekk… bibir memekku langsung mengapit nikmat kepala kontolnya.

“Tahan sayang…” bisiknya bernafsu.

Aku melulu mengangguk pelan, mata kemudian kupejamkan rapat-rapat dan kedua tanganku pulang memegangi kain sprei. Dia agak membungkukkan badannya ke depan supaya pantatnya dapat lebih leluasa untuk mengurangi ke bawah. Dia memajukan pinggulnya dan kesudahannya kepala kontolnya mulai terbenam di dalam liang memekku. Dia pulang menekan, dan aku mulai menjerit kesakitan. Dia tak peduli, mili demi mili kontolnya secara tentu terus melesak ke dalam liang memekku dan tiba-tiba sesudah masuk selama 4 centi laksana ada selaput empuk yang merintangi kepala kontolnya guna terus masuk, dia terus mengurangi dan aku melengking keras sekali kemudian menangis terisak-isak. selaput daraku robek.

Dia terus mengurangi kontolnya, ngotot terus memaksa menginjak liang memekku yang spektakuler sempit itu. Dia memegang pinggulku, dan ditariknya kearahnya kontolnya masuk kian ke dalam, Aku terus menangis terisak-isak kesakitan, sedangkan dia sendiri justeru merem melek keenakan. Dan dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk liang memekku. dia merintih nikmat. Dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan kesudahannya kontolnya secara sempurna sudah tenggelam sampai terdampar terjepit salah satu bibir memekku. dia berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menyangga jepitan ketat memekku yang luar biasa.

Sementara aku melulu memekik kecil kemudian memandangnya sayu.

“Mass… aku telah nggak perawan lagi sekarang”, bisikku lirih.

Kami sama-sama tersenyum.

Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku memeluknya sarat kasih sayang, toketku kembali mengurangi dadanya. Memekku mengapit meremas powerful kontolnya yang telah amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra,dia mengelus mesra wajahku yang masih menyangga sakit menerima tusukan kontolnya.

“Mas… bagaimana rasanya”, bisikku mulai mesra kembali, walaupun sesekali kadang aku menggigit bibir menyangga sakit. “Enaak sayang.. dan nikmaat… oouhh aku nggak dapat mengungkapkannya dengan ucapan-ucapan sayang… selangit pokoknya”, bisiknya.
“MAs, bagaimana bila aku hingga hamil?” bisikku seraya tetap tersenyum.”Oke…nanti sesudah ngentot anda cari obat di apotik, obat anti hamil”, bisiknya gemas.
“Iihh… nakal…” sahutku seraya kembali mencubit pipinya.
“Biariin…”
“Maasss…” aku agak berteriak.
“Apaan sih…” tanyanya kaget.

Lalu seraya agak bersemu merah dipipi aku berbicara lirih.

“dienjot dong…” bisikku nyaris tak terdengar.
“Iiih anda kebanyakan nonton film porno, kan memeknya masih sakiit”, jawabnya.
“Pokoknya, dienjot dong Mas…” sahutku manja.

Dia menghirup bibirku dengan bernafsu, dan akupun menjawab dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali, lalu seraya tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang. Aku mendekap punggungnya dengan kuat, ujung jemari tanganku mengurangi punggungnya dengan keras. Kukuku terasa menjebol kulitnya. Tapi dia tak peduli, dia sedang merasakan tubuhku. Aku mengerang dan memekik kesakitan dalam cumbuannya.

Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, tetapi itupun dia tak peduli. Dia melulu merasakan alangkah liang memekku yang hangat dan lembut tersebut menjepit paling ketat kontolnya. Ketika dicabut terasa daging memekku seolah memegang erat kuat kontolnya, sampai-sampai terasa ikut keluar. Aku mencungkil ciumannya dan mencubit pinggangnya.

“Awww… aduuh Mass… sakit … . ngilu Mas” aku berteriak kesakitan.
“Maaf sayang… aku mainnya kasar yaah? aku nggak tahan lagi sayang aahhgghghh”, bisiknya.
“pejuku inginkan keluar, desahnya seraya menyemprotkan peju yang tidak sedikit di liang memekku.

Kami pun berdekapan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berdekapan telanjang bulat sebab kecapaian dalam permainan tadi.

Kami istirahat dua jam lamanya kemudian kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling mencuci dan berciuman. Dia mohon aku jongkok. Dia mengajariku guna menjilati serta mengulum kontolnya yang telah tegak berdiri. Kontolnya kukulum seraya mengocoknya pelan-pelan naik turun.

“Enak banget yang, anda cepet ya belajarnya. Terus diemut yang”, erangnya.

Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri seraya kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub supaya siap mendapat serangan oralnya. Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada itilku sampai-sampai aku merintih sambil memegang kepalanya guna menenggelamkannya lebih dalam ke memekku. Dia tahu apa yang kumau, kemudian dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku seraya mengorek-korek itilku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan hingga aku nyampe, dengan derasnya lendirku terbit tanpa dapat dibendung. Dia menjilati dan menelan seluruh lendirku tersebut tanpa merasa jijik.

“Mas, nikmat banget deh, aku sampe lemes”, kataku.
“Ya udah anda istirahat aja, aku inginkan ngangetin makanan dulu ya”, katanya. .

Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi.

DIa membangunkanku dan mengajakku santap nasi padang yang telah disiapkannya.

“Din, malem ini kita istirahat disini aja ya, aku masih pengen ngerasain peretnya memekmu lagi. Kamu inginkan kan anda ngen tot lagi”, katanya sambil mengelus pipiku.
“Aku nurut aja apa yang mas mau, aku kan udah punyanya mas”, jawabku pasrah.

Sehabis santap langsung Aku dibawanya lagi keranjang, dan direbahkan. Kami langsung berpagutan lagi, aku paling bernapsu meladeni ciumannya. Dia menghirup bibirku, lantas lidahnya menjalar mengarah ke ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus mengarah ke keperut dan dia menjilati pusarku sampai aku menggelepar menerima rangsangan tersebut yang terasa nikmat.

“Mas enak sekali..” nafasku terengah2.

Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku dijilatinya, dikulum2, sampai-sampai aku semakin terangsang hebat. Pantatku kuangkat agar lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun merespons urusan tersebut dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku yang telah dibukanya tidak banyak dengan jari. Ketika responsku sudah nyaris mencapai puncak, dia menghentikannya. Dia ganti dengan posisi 6. Dia telentang dan mohon aku telungkup diatas tubuhnya namun kepalaku ke arah kontolnya. Dia mohon aku guna kembali menjilati kepala kontolnya kemudian mengulum kontolnya terbit masuk mulutku dari atas.

Setelah aku fasih melakukannya, dia menjilati memek dan itilku lagi dari bawah. Selang sejumlah lama kami mengerjakan pemanasan maka dia berinisiatif guna menancapkan kontolnya di memekku.

Aku ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan bantal.

“buat apa mas, kok diganjel bantal segala”, tanyaku.
“biar masuknya dalem banget yang, nanti kamu pun ngerasa enaknya”, jawabnya seraya menelungkup diatasku.

Kontolnya digesek2kan di memekku yang sudah tidak sedikit lendirnya lagi sebab itilku dijilati barusan.

“Ayo Mas cepat, aku telah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu.
“Wah anda sudah napsu ya Din, aku suka kalo anda ngen tot setelah anda napsu banget sampai-sampai gak sakit saat kontolku masuk ke memek kamu”, jawabnya.


Dengan pelan tapi tentu dia masukan kontolnya ke memekku.

“Pelan2 ya mas, biar gak sakit”, lenguhku sambil menikmati kontolnya yang besar menerobos memekku yang masih sempit.

Dia terus menekan2 kontolnya dengan pelan sampai-sampai akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan pun dan dimasukkan lagi hingga mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali.

“Mas enjot yang cepat, Mas, aku udah inginkan nyampe ach.. Uch.. Enak Mas, lebih enak katimbang dijilat mas tadi”, lenguhku.
“Aku pun mau keluar, yang”, jawabnya.

Dengan hitungan detik kami berdua nyampe bareng sambil merapatkan pelukan, terasa memekku berkedutan meremes2 kontolnya. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk mencairkan tenaga.

Sudah satu jam kami beristirahat, kemudian dia mohon aku mengemut kontolnya lagi.

“Aku belum puas yang, inginkan lagi, boleh kan?” yanyanya.
“Boleh mas, aku pun pengen ngerasain lagi nyampe laksana tadi”, jawabku seraya mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya.

Kemudian kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Dia merintih kenikmatan,

“Enak banget Din emutanmu. Tadi memekmu pun ngempot kontolku ketika anda nyampe. Nikmat banget deh malam ini, boleh diulang ya sayang kapan2?. Aku diam tidak menjawab sebab ada kontolnya dalam mulutku.
“Din, aku udah inginkan ngecret nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu”, katanya sambil mohon aku nungging.
“MAu ngapain mas, kok aku disuru nungging segala”, jawabku tidak mengerti.
“udah anda nungging aja, mas inginkan ngen totin anda dari belakang”, jawabnya.

Sambil nungging aku bertanya lagi,

“Mau dimasukkin di pantat ya mas, aku gak inginkan ah”.
“Ya gak lah yang, ngapain di pantat, di memek anda udah nikmat banget kok”, jawabnya.

dengan pelan diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, laksana tadi saat pantatku diganjel bantal. Kontolnya mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar aku mengekor iramanya dengan menggoyangkan pantatku. Tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas kecil, seraya mulai memompa dengan semakin cepat. Aku mulai menikmati nikmatnya dien tot, sakit telah tidak terasa lagi.

“Mas, aku udah ngerasa enaknya dien tot, terus yang cepet ngenjotnya mas, rasanya aku udah inginkan nyampe lagi”, erangku.

Dia tidak menjawab, enjotan kontolnya kian lama kian cepet dan keras, nikmat banget deh rasanya. Akhirnya dengan satu enjotan yang keras dia melenguh,

“Din aku ngecret, aah”, erangnya.
“Mas, aku nyampe pun mas, ssh”, bersamaan dengan ngecretnya pejunya aku pun nyampe.Kembali aku terkapar kelelahan.

Ketika aku terbangun, hari udah terang. Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang dengan Satu kaki terbaring lurus dan yang sebelah lagi menekuk separuh terbuka mengangkang. Dia yang telah bangun lebih dulu, menaiki ranjang dan menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha ku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku.

” Mass, geli!” aku menggeliat manja.

Dia tersenyum seraya terus saja menciumi pusarku berulang2 sampai aku menggelinjang sejumlah kali. Dengan memakai ke2 siku dan lututnya ia merangkak sampai-sampai wajahnya tenggelam diantara ke2 toketku. Lidahnya sedikut menjulur saat dia mengecup pentilku sebelah kiri, lantas pindah ke pentil kanan. Diulangnya sejumlah kali, lantas dia berhenti mengerjakan jilatannya. Tangan kirinya bergerak keatas seraya meremes dengan lembut toketku. Remasannya menciptakan pentilku kian mengeras, dengan cepat dikecupnya pentilku dan dikulum2nyasambil mengelus punggungku dengan tangan kanannya.

“Kamu cantik sekali,” katanya seraya mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Aku melulu tersenyum, aku senang mendengar pujiannya. Kurangkul lehernya, lantas kucium bibirnya. Lidahnya yang nyelip masuk mulutku kuhisap2. Aku segera meraba kontolnya lagi, kugenggam dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir. Lendir memekku melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi kian keras. Urat2 berwarna hijau di kulit batang kontolnya kian membengkak. Dia mengurangi pinggulnya sampai-sampai kepala kontolnya nyelip di bibir memekku. Terasa bibir memekku mengapit kontolnya yang besar itu.

Dia menciumi leherku, dadanya direndahkan sehingga mengurangi toketku.

“Oh…mas”, lenguhku saat ia menciumi telingaku.
“Kakimu dibelitkan di pinggangku Din”, pintanya seraya terus menghirup bibirku.

Tangan kirinya terus meremas toketku sedang tangan satunya membelai pahaku yang telah kulingkarkan di pinggangnya. Lalu dia mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak rasanya memekku. Pelan2 dia unik sedikit kontolnya, lantas didorongnya. Hal ini dia lakukan sejumlah kali sampai-sampai lendir memekku makin tidak sedikit keluarnya, mengolesi kepala kontolnya. Sambil menghembuskan napas, dia mengurangi lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia menyangga gerakan pinggulnya saat melihat aku meringis.

“Sakit yang”, tanyanya.
“Tahan tidak banyak ya”. Dia kembali unik kontolnya sampai tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar memekku, kemudian didorongnya pulang pelan2.

Dia terus meneliti wajahku, aku separuh memejamkan mata tapi telah tidak merasa sakit.

“Din, nanti dorong pinggul anda keatas ya”, katanya sambil unik kembali kontolnya.

Dia menghirup bibirku dengan lahap dan mendorong kontolnya masuk kontolnya. Pentilku diremesnya dengan ibu jari dan telunjuknya. Aku tersentak sebab enjotan kontolnya dan secara reflex aku mendorong pinggulku ke atas sampai-sampai kontolnya nancap lebih dalam. Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku.

Sementara tersebut dia terus mengurangi kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia menyangga gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup bibirku. Kontolnya pulang ditariknya terbit lagi dan ditenggelamkan lagi pelan2, begitu dilakukannya sejumlah kali sampai-sampai seluruh kontolnya telah nancap di memekku. Aku merangkul lehernya dan kakiku kian erat membelit pinggangnya.


”Akh mas”, lenguhku saat terasa kontolnya telah masuk semua, terasa memekku berdenyut meremes2 kontolnya.
“Masih sakit Din”, tanyanya.
“Enak mas”, jawabku seraya mencakari punggungnya, terasa biji pelernya memukul2 pantatku.

Dia mulai mengenjotkan kontolnya terbit masuk memekku. Entah bagaimana dia mengenjotkan kontolnya, itilku tergesek kontolnya saat dia mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi terengah2 sebab nikmatnya. Dia pun mendesah masing-masing kali mendorong kontolnya masuk semua,

“Din, memekmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget sayang ngentot dengan kamu”.Tangannya menyusup ke punggungku seraya terus mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir memekku ikut terbenam masing-masing kali kontolnya dienjot masuk.
“Mas”, erangku. Terdengar bunyi “plak” masing-masing kali dia menghunjamkan kontolnya.

Bunyi tersebut berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku sebab aku mengusung pinggulku masing-masing dia mengenjot kontolnya masuk.

“Din, aku udah inginkan ngecrot”, erangnya lagi.

Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan terasalah pejunya nyembur2 di dalam memekku. Bersamaan dengan itu, “Mas, aku nyampe pun mas”, aku mengejang sebab ikutan nyampe. Nikmat banget bareng dia, walaupun perawanku hilang aku tidak nyesel sebab ternyata dien tot tersebut mendatangkan kesenangan luar biasa.

No comments:

Post a Comment