CERITA SEX - Mau jajaki ngepost pengalamanku ya…tapi sebab yang kutulis ini cerita nyata, nama-nama yang tercebur akan diganti semua. Mulanya aku iseng doang, pada sebuah pagi, masa-masa istriku inginkan ganti pakaian, kurekam dengan video hpku. Dia nggak nyadar sama sekali bila aku sedang merekamnya khususnya waktu dia telanjang bulat. Beberapa hari kemudian, entah mengapa aku punya motivasi aneh, hendak memperlihatkan rekaman di hpku tersebut kepada Benny, kawan dekatku.
“Lihat nih, bini aku sexy kan?” kataku bangga. Benny melotot dan berdecak kagum, “sexy sekali ?”
“Yani (nama istri Benny) pernah direkam gini?” tanyaku tetap dengan nada bangga.
“Belum,” Benny menggeleng, “Tapi inginkan ah…nanti malam aku inginkan ML sama dia, sekalian direkam diam-diam.”
“Sip! Nanti lihatin ke aku ya,” kataku bersemangat, “sekalian aku pun nanti malam inginkan ML sama istriku, seraya direkam juga.”
“Terus kelak hasilnya tukaran ya, punya anda lihatin ke aku, punya aku lihatin ke kamu,” usul Benny yang langsung kusetujui. Agen Domino 99
Malamnya, aku benar-benar ML dengan Lina, istriku. Dia tidak tahu bahwa aku merekamnya di hpku yang telah kuatur letaknya sebelum mengajaknya ML.
Besoknya, aku dan sahabatku menepati janji. Kuserahkan hpku untuk disaksikan oleh Benny, sedangkan aku merasakan hasil rekaman sahabatku itu. Kami sama-sama terangsang oleh tontonan yang sangat individu sifatnya itu. Bahkan Benny sempat terlongong setelah membalikkan hpku, laksana ada yang dipikirkan olehnya.
“Jaka…kalau anda swinger gimana? Jujur, aku belum pernah menikmati swinger,” kata Benny tiba-tiba.
Aku terkejut. Tak pernah kupikir sebelumnya akan mengerjakan seperti yang Benny usulkan itu.
“Kamu tidak boleh tersinggung, Jaka,” Benny menepuk bahuku, “Ini hanya usul…kalau anda nggak keberatan, aku pun gak maksa. Yang jelas, kamu dapat nyobain Yani, aku nyobain Lina. Adil kan?”
Aku terbengong-bengong. Terus terang, usul Benny mengejutkan sekaligus membuatku bergairah. Kubayangkan istriku sedang disetubuhi oleh sahabatku itu, sedangkan aku menyetubuhi istrinya. Baru dibincangkan saja penisku telah ngacung, lagipula kalau benar-benar dilaksanakan. Maka setelah beranggapan agak lama, kujawab, “Usul edan namun menggiurkan. Cuman…gimana teknik meyakinkan istriku ya? Kalau dia gak inginkan kan susah. Istrimu sendiri gimana?”
“Soal istriku, serahkan padaku. Kamu urus Lina saja, atur agar mau,” kata Benny.
“Lina paling konservatif, kamu pun tahu tersebut kan?”
“Lina yang konservatif apa anda sendiri yang tidak inginkan swinger?” Benny menepuk bahuku seraya menertawakanku.
“Aku mau…mau…tapi bagaimana teknik meyakinkan Lina ya?”
“Begini aja,” kata Benny di tengah kebingunganku, “kita jebak mereka ke dalam kondisi yang inginkan tidak inginkan harus mereka terima.”
“Maksudmu?”
“Aku kan punya villa family di Cipanas. Kita ajak mereka week end di sana.”
“Yayaya…jebakannya di sebelah mananya?”
“Kita bawa Martini atau Tequila…minum rame2, anda pada minum di sana. Setelah mereka rada kleyengan, anda matiin lampu hingga gelap sekali. Saat tersebut aku bakal menelanjangi istriku, kamu pun telanjangi istrimu. Lalu kita buat foreplay dengan istri anda masing-masing. Nah…lalu diem-diem anda tukar tempat. Kamu terkam istriku, aku terkam istrimu. Deal?”
“Hahahaaa! Deal! Deal!” seruku gembira dengan usul sahabatku, walau sebenarnya terdapat tandatanya di hatiku : Benarkah mentalku telah siap untuk tidak mempedulikan istriku disetubuhi orang lain? Tapi…bukankah aku pun akan menggauli istri Benny? Bukankah ini paling adil untuk kami?
Lalu kami tentukan harinya. Hari yang akan paling bersejarah itu.Setelah aku berpisah dengan Benny, aku kembali dengan 1001 imajinasi di benakku. Membayangkan istriku yang manis dan bertubuh mulus tersebut akan digeluti oleh Benny, sedangkan aku bakal menggeluti Yani, istri Benny. Aneh, baru membayangkannya saja aku jadi paling terangsang. Apalagi pada masa-masa mengalaminya nanti.Lina telah 4 tahun jadi istriku. Pada saat cerita ini terjadi Lina telah berusia 26 tahun, sementara aku sendiri sudah nyaris 30 tahun. Kami telah dikaruniai seorang putra yang baru berumur 2 tahun.
Ibu mertuaku paling sayang pada Bernard, nama anakku, jauh melebihi ketelatenan babysitter yang bekerja di rumahku semenjak anakku berusia setahun. Karena tersebut tiada masalah bila aku dan Lina bepergian, sebab di rumahku terdapat babysitter dan ibu mertuaku. AKTIFQQ Agen Poker Terpercaya
Maka dengan wajah terang Lina mengamini ajakanku untuk selesai pekan di Cipanas. “Benny punya villa di sana, ya Mas?” tanyanya.”Iya,” aku mengangguk, “villa punya orang tuanya.””Benny dan Yani pun ikut nanti?””Ya iyalah. Kalau mereka gak ikut, ya gak enak dong anda pake villa orang tanpa pemiliknya. Kecuali bila kita sewa villa orang lain.”Singkatnya, pada hari yang sudah ditentukan, Benny dan Yani menyampar ke rumahku dengan Honda Citynya. Aku pun segera mungkin memanaskan mesin Toyota Viosku.Tak lama kemudian, aku telah menggerakkan mobilku, bareng Lina di sisiku, mengekor mobil Benny dan Yani. Seperti yang sudah ditata semula, aku membekal Tequila, yang katanya dapat membuat perempuan jadi horny. AduQ Online Terbaik
Untuk acara rahasiaku dan Benny sesudah berada di villa nanti.Lina tidak tahu bahwa saat aku menyetir mobil mengarah ke Cipanas, jantungku berdegup-degup terus, sebab membayangkan apa yang bakal terjadi sejumlah jam lagi. Membayangkan sesuatu yang belum pernah kualami dan akan memunculkan kesan mendalam dalam kehidupan dan hasrat birahiku.Sesampainya di depan villa, jantungku kian berdebar-debar. Tapi aku mengupayakan menekannya dengan menyapukan pandangan ke selama villa, yang memang estetis pemandangannya. Judi Uang Asli
Diam-diam kuperhatikan Benny. Ternyata sama denganku, senyumnya terlihat canggung. Lalu kami masuk ke dalam villa.Lina dan Yani bersih-bersih dulu di dalam villa, aku dan Benny terbit lagi, kemudian berjalan-jalan agak menjauh dari villa. Dan ngobrol dengan suara separuh berbisik:
“Kamu nafsu gak liat Yani?” tanyanya.
“Kamu sendiri gimana? Nafsu gak liat Lina?” aku balik bertanya.
“Ya iyalah, makanya aku yang usul kesatu, sebab tergiur sekali waktu menyaksikan dia bugil di hpmu itu.”
“Sama,” kataku seraya tersenyum canggung, “aku pun jadi nafsu melihat format istrimu yang seksi…”
Darahku tersirap mendengar pujian itu. Tapi terasa kian membuatku penasaran, hendak segera tau apa yang bakal terjadi nanti.
Kami berunding diam-diam, mengenai apa yang bakal kami kerjakan nanti. Setelah matang rencananya, kami pulang ke villa. Di dalam villa, sudut pandangku mencuri-curi pandang terus ke arah Yani, yang nanti bakal kugauli. Kurasa Yani dan Lina punya keistimewaaan masing-masing. Kulit Lina kuning serupa kulit perempuan Jepang, sedangkan Yani berkulit sawomatang. Lina termasuk berwajah cantik, sedangkan Yani dapat kunilai hitam manis. Tubuh Yani tidak banyak lebih tinggi daripada Lina, kutaksir selama 170cm gitu, sedangkan Lina 168cm. BandarQ Online
Yang unik dari hasil curi-curi pandang ini merupakan, toket Yani itu…aku yakin besar sekali…mungkin behanya berukuran 38 ke atas. Sedangkan toket Lina biasa-biasa saja, behanya pun hanya 34.
Menjelang senja, kami santap malam dulu di restoran yang sangat dekat dengan villa family Benny. Pada ketika itulah kulihat Lina dan Yani seakan berlomba dalam berpakaian. Mereka seolah hendak tampil seseksi mungkin. Padahal aku tak menyarankan apa-apa untuk istriku. Dan kulihat mata Benny sering menyimak istriku. Sialan…sebentar lagi dia akan merasakan kemulusan dan kepadatan tubuh istriku. Tapi benak ini malah diam-diam menciptakan penisku hidup, mengeras dan mengeras terus. Terlebih-lebih setelah menginginkan bahwa guna kesatu kalinya aku akan merasakan kesintalan tubuh Yani yang hitam manis itu.
Selesai makan, hari mulai malam. Kami juga kembali ke villa.
Seperti yang sudah direncanakan, kami minum tequila di sofa ruang depan. Cukup tidak sedikit kami membekal minuman itu, sebab aku melakukan pembelian dua botol, ternyata Benny juga membekal tiga botol. Untungnya Lina dan Yani tidak menampik waktu ditawari minum, dengan dalil untuk mengenyahkan hawa dingin.
Baru menguras dua sloki, wajah Lina mulai merah. Sikapnya padaku mulai romantis. Yani juga sama, ia mulai mendekap pinggang Benny dengan sorot mata berharap.
Lalu kata Benny, “Kita buat pesta di dalam kamar yuk…sama-sama main…come on honey,” Benny meraih lengan istrinya seraya melirik padaku, “ayo Jaka…kamarnya hanya satu, anda pake rame2 yok.”
Kuraih pun lengan Lina yang terlihat mulai agak teler. Lalu kami ikuti tahapan Benny ke dalam kamar yang agak besar, dengan dua bed berdampingan. Sesampainya di kamar, Benny langsung menerkam dan menghimpit istrinya. Adegan tersebut tidak dapat lama-lama kulihat, sebab setelah aku dan istriku naik ke atas bed yang masih kosong, Benny memijat knop sakelar yang letaknya tak jauh dari bantalnya. Kamar tersebut langsung gelap gulita. Dan tersiar suara Benny, “Biar anda sama-sama asyik dengan istri anda masing-masing, Jaka.”
Aku cuma membalas dengan ketawa kecil. Tapi dalam gelap aku mulai mencopot pakaianku sehelai demi sehelai, hingga telanjang bulat, kemudian membisiki telinga istriku, “Ayo dong buka pakaianmu semua.”
Lina tidak buang-buang waktu. Ia tahu serupa apa yang kuinginkan dalam saat-saat laksana itu. Dalam kegelapan kamar villa, Lina mulai menelanjangi dirinya. Sementara kudengar desah napas Yani yang mulai tersengal-sengal, entah apa yang telah terjadi di bed yang satu lagi itu. Mungkin Benny sedang menjilati puting payudara atau vagina istrinya, entahlah…yang jelas aku juga mulai menggumuli istriku dalam kegelapan.
Terdengar suara Yani, “Oooh…Bang Benny…oooh….iya Bang…begituin….oooh…masukin aja Bang…aku gak tahan lagi nih…ooohhh…”
Terangsang oleh suara istri sahabatku itu, aku juga mulai menjilati puting payudara Lina. Tapi tak lama lantas terasa tanganku dipegang oleh tangan kasar. Tangan Benny. Aku memahami maksudnya, bahwa aku mesti segera pindah ke bed yang satunya lagi, sedangkan Benny bakal pindah ke bedku.
Inilah saat-saat yang sangat mendebarkan. Aku bergerak ke arah bed di sebelah, kemudian mulai menjamah tubuh Yani. Mudah-mudahan saja Yani terbius bahwa sekarang tidak lagi suaminya yang akan merasakan kesintalan tubuhnya. Mudah-mudahan pula Lina tidak menyadari bahwa posisiku telah diganti oleh Benny.
Wow, aku mulai merasakan hangatnya pelukan Yani. Tampaknya dia belum sadar bahwa posisi suaminya telah diganti olehku.”Masukin aja Bang, telah gak tahan nih…horny banget,” bisik Yani yang telah berada di bawah himpitanku. Bicara begitu, terasa tangan Yani mulai memegang batang kemaluanku yang memang telah keras. Apakah inginkan main langsung-langsungan saja? Kurasa guna yang kesatu kalinya memang mesti begitu. Jangan tidak sedikit variasi dulu. Nanti bila Yani dan Lina telah menyadari urusan ini, barulah gunakan foreplay sejumlah mungkin.
Maka tanpa tidak sedikit pikir-pikir lagi, kubiarkan Yani menempatkan ujung penisku di tepi vaginanya. Kemudian kudorong tidak banyak demi sedikit, serupa pada ketika kudengar suara Lina, “Mas…cepetan dong masukin…duuuhh…kenapa jadi horny gini? Gara-gara minuman tadi kali ya…naaahhh…..iiih…kok punya Mas terasa jadi agak gede? Diapain?”
Gila…itu berarti penis Benny telah dimasukin ke dalam liang kemaluan istriku! Tapi…bukankah penisku pun sudah mulai melesak ke dalam liang senggama Yani?
Bukan hanya melesak, tapi telah mulai kuayun dengan mantapnya, sebab liang senggama Yani sudah tidak sedikit lendirnya (mungkin “hasil” rangsangan Benny tadi).
Penisku telah maju mundur dalam jepitan liang surgawi Yani yang terasa begini legitnya, mungkin sebab dia belum mencetuskan anak. Liang vaginanya terasa paling mencengkram dan hangat. Desah nafasnya pun kian nyata diiringi rintihan-rintihan nikmatnya, “Ooohh Bang…oooh…bang…oooh…kok enak sekali ini bang…..oooh…” sedangkan kedua lengannya memeluk pinggangku kuat-kuat. Ini membuatku kian bernafsu.
Lalu…seperti yang telah direncanakan, diam-diam Benny memijat sakelar lampu dan….tiba-tiba kamar tersebut jadi cerah benderang. Ini cocok dengan kesepakatan aku dan Benny. Bahwa dalam suasana sudah “telanjur” (penisku telah main di dalam liang vagina Yani dan penis Benny telah maju mundur di dalam liang vagina istriku), baik Yani inginkan pun istriku takkan dapat menghindar lagi dari fakta yang telah direncanakan oleh Benny denganku itu.
Setelah kamar villa cerah benderang, pasti saja Yani dan istriku terkejut sesudah menyadari dengan siapa mereka sedang bersetubuh.
“Bang Benny?!” seru istriku di bed sebelah.
“Mas Jaka?!” seru Yani yang sedang kusetubuhi dengan gencarnya.
Lalu tersiar Benny tertawa, “Hahahaaa….kita lanjutkan saja…sudah telanjur kan?”
“Jadi semuanya ini telah direncanakan?” tanya Yani yang tampak berjuang mengendalikan kekagetannya.
“Iya…ini adil kan?” bisikku seraya meremas buah dadanya yang benar-benar montok itu.
“Aaahhh…” cuma tersebut yang terlontar dari mulut Yani, lantas dia memeluk lagi pinggangku dan mulai menggoyang pinggulnya dengan gerakan yang trampil, seperti menyusun angka 8.
Kulirik Lina laksana bingung. Ia menoleh padaku, seakan bertanya mengapa jadi laksana ini? Lalu kutanggapi dengan senyum…dan celotehku, “Enjoy saja….”
Mungkin Lina geram melihatku sedang bersetubuh dengan Yani, kemudian ia “balas dendam” dengan mencengkram bahu Benny dan mulai menggoyang pinggulnya. Gila…cemburu pun aku dibuatnya. Seingatku, tak pernah Lina menggoyang pinggulnya seedan tersebut waktu kusetubuhi. Tapi kecemburuanku ini berbuah nafsu dan gairah yang luar biasa. Enjotan penisku di dalam liang surgawi Yani terasa nikmat luar biasa! Maka semakin edan pula kuhentak-hentak penisku, laksana meronta-ronta dalam jepitan Yani…oh…ini nikmat sekali!
Suasana menjadi semakin erotis dan misterius. Yani meladeni enjotan penisku dengan energik, pinggulnya meliuk-liuk seperti penari India. Tapi aku tak tahu apa yang bersemayam di benaknya. Ketika aku melirik ke samping, goyang pinggul Lina juga tak kalah edannya. Seolah ingin berlomba dengan dinamisnya goyang pinggul Yani. Ada perasaan geram dan cemburu di hatiku menyaksikan ulah istriku laksana itu. Tapi bukankah aku sendiri sedang merasakan kehangatan tubuh istri sahabatku?
Di tengah persenggamaan yang seru ini aku sempat berbisik terengah di telinga Yani, “Gimana? Enak?”
“Enak sekali….aaah….” sahut Yani dalam bisikan juga, barangkali takut tersiar oleh suaminya.
“Nanti lepasin di dalam apa di luar?” bisikku lagi.
“Terserah, aku kan belum punya anak…siapa tahu dapat punya darimu,” bisik Yani pelan sekali, tentu takkan tersiar oleh suaminya yang semakin asyik menyetubuhi istriku.
Bisikan Yani tersebut membuatku semakin bergairah membuai batang kemaluanku. Tapi sekaligus membuatku tak dapat bertahan lagi, “Aku telah mau keluar”, bisikku.
“Tahan dulu,” sahut Yani, “aku pun sudah mau terbit Mas…barengin keluarnya ya…biar enak…”
Lalu kami laksana dua ekor hewan buas, saling cengkram, saling remas, saling jambak…dan kesudahannya tak tertahankan lagi, bersemburanlah air mani dari batang kemaluanku, disambut dengan kedutan-kedutan liang kemaluan Yani di puncak orgasmenya.
Kami menggelepar…menggeliat…berkeju terkejut…lalu sama-sama terkulai di puncak kepuasan.
Tapi kulihat Benny masih asyik mengenjot batang kemaluannya di dalam liang kemaluan istriku. Bahkan di satu saat, mereka mengolah posisi. Lina di atas, Benny di bawah. Oh…ini benar-benar membuatku cemburu. Karena kulihat istriku yang aktif membuai pinggulnya, sedangkan Benny merem melek seraya terlentang…
Kucabut batang kemaluanku dari dalam vagina Yani yang telah basah kuyup oleh spermaku dan lendir Yani sendiri. Lalu aku duduk bersila sambil menyaksikan persetubuhan Benny dengan istriku. Aku terlongong menonton betapa aktifnya Lina ketika itu. Dengan tidak banyak berjongkok, ia membuai pinggulnya sedemikian rupa, sampai-sampai liang kemaluannya seolah membesot-besot batang kemaluan Benny.
Yani pun menyaksikan persetubuhan antara suaminya dengan istriku itu. Dan tampaknya Yani laksana kepanasan. Diam-diam ia menggenggam batang kemaluanku yang telah mulai membesar, sebab terangsang menonton istriku sedang gila-gilanya bersetubuh dengan sahabatku. Tiba-tiba Yani mendekatkan wajahnya ke pahaku yang sedang bersila ini, ah…tangannya memegang batang kemaluanku seraya menjilatinya. Sungguh semuanya ini mendebarkan dadaku…terlebih sesudah Yani menghisap-hisap penisku, di depan mata suaminya yang sedang menyetubuhi istriku!
Hanya dalam tempo singkat penisku telah mengeras kembali. Dengan sigap Yani mendorong dadaku supaya terlentang, kemudian dengan berjongkok ia berjuang memasukkan penisku ke dalam liang surgawinya. Mungkin ia iri menyaksikan suaminya sedang dipuasi oleh istriku dalam posisi terbalik begitu, kemudian ia hendak melakukan urusan yang sama. Blesss….penisku mulai membenam ke dalam liang Yani…
Yani mulai memainkan pinggulnya dengan bersemangat sekali, naik turun dan bergoyang meliuk-liuk…ooh…penisku terasa dibesot-besot dan diremas-remas. Bukan main nikmatnya, menciptakan nafasku tertahan-tahan seraya mulai meremas-remas payudara montok yang bergelantungan di atas dadaku…dan di bed yang satu lagi, kulihat istriku lebih bersemangat lagi, mengenjot pinggulnya seraya berciuman dengan Benny. Ih…aku cemburu…tapi kecemburuanku ini jstru membangunkan rangsangan dahsyat di jiwaku.
Sulit menggambarkan suasana yang sebenarnya ketika itu, sebab aku pun sudah diprovokasi alkohol dari tequila yang kami minum tadi.
Yang jelas, sepulangnya dari villa itu, Lina terus-terusan menyandarkan kepalanya di bahuku. Kujalankan mobilku dengan kecepatan sedang-sedang saja, karena hendak sambil mengobrol dengan istriku.
“Bagaimana kesanmu, Lin?” tanyaku di satu saat.
“Gak tau ah…” Lina menggeleng, namun kulihat terdapat senyum di bibirnya.
“Suka kan? Bilang aja terus terang. Semuanya ini kan demi kesenangan kita bersama.”
“Mas sendiri, suka kan dapat menggauli Yani?”
“Hmm…terus terang, aku lebih suka melihatmu sedang digauli oleh Benny. Ada perasaan cemburu, namun cemburu itulah yang membuatku jadi paling terangsang.”
No comments:
Post a Comment