Pada sebuah hari suamiku beraksi ceroboh dengan menitipkan anak bungsunya kepadaku, beliau memperkenalkanku sebagai ipar ajudannya. Anak tersebut memanggilku Mbak maklum dia masih SMP dan usinya juga masih 14 tahun. Wajahnya, perilakunya serupa bapaknya, nilai kesopanannya agak tidak cukup bila dibanding dengan anak-anak di kampungku. Maklumlah ia ialah anak pejabat tinggi. Jam 21.00 bapaknya telepon, meminta Alex (sebut saja nama anak tersebut begitu) untuk istirahat di rumah sebab bapak terdapat urusan. Aku jadi curiga tentu dia terdapat kencan dengan orang lain. Alex juga belum tidur, ia lagi asyik nonton televisi di ruang keluarga. Akhirnya timbul niat burukku guna memperdaya Alex, tetapi bagaimana caranya? aku dihadapkan pada jalan buntu. Akhirnya spontan kumasukkan VCD-VCD porno ke dalam player guna saya hidangkan untuk Alex. Aku hidupkan oven sekitar 3 menit yang kebetulan isinya ialah daging yang telah masak semenjak siang tadi. Langsung saja kurayu dia guna menyantapnya sampai-sampai kami pun mencicipi daging panggang dan sambal kecap bersama-sama. Sambil basa-basi kutanyakan sekolahnya, tampaknya kemampuannya di sekolah biasa-biasa saja, terbukti dengan kekurang antusiasannnya bicara mengenai sekolah. Ia lebih suka bicara mengenai video game dan pacu motor.
Kupegang tengkuknya dan kupijit seraya kukatakan, “Kamu tentu capek, sini Mbak pijitin…” Dia juga diam saja, maklum dia ialah anak yang manja. Kuraih remote control dan kutekan play guna CD yang kesatu, film-filmnya ialah jenis vivid dengan tema seks yang lumayan halus. Tampaknya Alex paling menyukainya, ah pucuk di cinta ulam juga tiba. Sambil kupijit sekujur tubuhnya, kuamati roman mukanya. Kukatakan tidak usah malu, sebab itu melulu film saja (tidak sungguhan). Muka Alex tegang, masing-masing ada adegan orang berdekapan (cuma berpelukan) aku suruh dia telentang guna pijatan unsur depan. Sambil telentang Alex tetap menyimak film yang tampaknya mulai disukainya itu. Kini acara di film mulai ke adegan yang lumayan panas, seorang perempuan melepas pakaiannya sampai-sampai tinggal gunakan celana dan BH dalam saja. Alex semakin tegang dan agak kupercepat tanganku menuju pangkal pahanya. Pura-pura kupijit pahanya dengan menyentuh kemaluannya, dia terkejut saat kemaluannya yang tegang kesentuh tanganku. Pucat pasi mukanya, tetapi kunetralisir dengan menuliskan “Tenang Alex, seluruh orang sama, ialah hal yang paling wajar bila seseorang terangsang. Karena seluruh orang memiliki nafsu.” “Malu Mbak”, jawab Alex. Kalau orang tidak sedikit malu, namun Alex kan sendirian hanya sama Mbak. Mbak nggak malu kok. Dengan berbicara demikian kubuka bajuku sampai-sampai aku melulu pakai BH saja. Akupun heran pun kagum, anak seumur dia juga dapat tegang dan terlihat tidak berdaya, jauh dari sikap keseharian yang agak arogan. Namun aku mulai menyukainya tanpa memikir yang jauh ke depan menilik bapaknya sendiri juga melakukan serupa terhadap saya. Film terus berputar, tubuh Alex terasa hangat justeru aku khawatir bila dia sakit, dia terlihat pucat entah fobia apa bagaimana, aku tidak tahu.
Alex melulu melirik buah dadaku tanpa berani menatap langsung, dia tetap menyimak film dengan seksama. Saat kupegang lagi kemaluannya dia melulu diam saja, tak kusia-siakan peluang ini kuremas kemaluan yang berukuran agak kecil itu. Akupun telah tidak menyimak film lagi, kubuka celana Alex dan kuperhatikan kemaluannya. Tampak bersih dan mulai ditumbuhi bulu-bulu halus, aku semakin bernafsu melihatnya. Langsung kuterkam dengan mulutku dan kumulai menjilatnya, Alex melulu terdiam seraya kadang pinggulnya bergerak menikmatinya. Kuhisap kemaluannya dan dia juga teriak Uh.. Mbak.. kubiarkan anak kecil tersebut menggelinjang, kubimbing tangannya ke payudaraku. Ah, dia justeru meremas powerful sekali. Kumaklumi dia paling lugu dalam urusan ini, aku tidak menyesal justeru menyukainya. Aku hisap terus, dia juga semakin bergerak tidak karuan seraya teriak-teriak ah, uh, ah, uh. Kemudian dia teriak keras seraya tubuhnya gemetar disusul oleh cairan hangat dari kemaluannya. Aku telan cairan asin dan pekat ini tanpa rasa jijik tidak banyak pun, dan dia juga diam lemas terkulai. Kupeluk dia, dan kubisikkan kata-kata, “Enakkan”, seraya aku tersenyum, dia balas pelukanku dan melulu bicara “Mbak..” Aku bimbing dia ke kamar mandi dan kumandikan dengan air hangat, burung kecilku masih istirahat dan aku yakin nanti bakal bangun lagi.
Kemudian kami juga tidur bareng di depan televisi di atas karpet, dia tampak keletihan dan istirahat pulas. Aku juga puas walau tidak hingga coitus. Menjelang subuh aku bangun, dan kulihat dengan cermat tubuh Alex yang sedang istirahat telanjang. Nafsuku bangkit lagi dan kucoba membangkitkan burung kecil itu, ternyata sukses dan kuulangi lagi tindakan tadi malam dengan pertambahan Alex menambah variasi permainan. Tampaknya Alex mulai mengekor naruninya sebagai makhluk bernafsu, ia barangkali meniru adegan film tadi malam. BH-ku dimulai dan dijilati, aku juga merasakan kesenangan dari anak bau kencur, kubayangkan anak dan bapaknya mengerjaiku laksana sekarang, ah tak mungkin. Aku tuntun tangan Alex ke kemaluanku yang semenjak tadi malam belum tersentuh sama sekali. Kubimbing tangannya menggesek-gesek kemaluannya dan ia pun mengetahui keinginanku. Gerakan-gerakan Alex dan servicenya kepadaku masih paling kaku, barangkali perlu sejumlah kali aku melatihnya. Tiba-tiba ia unik paksa celana dalamku dan BH-ku juga dilucuti. Kubiarkan dia berkreasi sendiri, terlihat wajahnya masih tegang namun tidak setegang tadi malam dan ia juga mulai tidak sopan kepadaku, ah biarlah. Aku didorong sampai telentang, dan ia juga langsung menindihku. Dicobanya memasukkan burung kecil tersebut ke dalam kemaluanku, tetapi berkali-kali ia tidak berhasil. Ia juga semakin penasaran, ah suami kecilku ini harus tidak sedikit belajar dariku.
Kubimbing kemaluannya menginjak kemaluanku dan ia juga menggesek-gesekkannya. Terasa nafsuku merasuk ke sekujur tubuhku, sekarang penantianku tadi malam nyaris tercapai dan ah nikmat sekali, suami kecilku dapat memuaskanku kali ini. Dengan cepat aku bangun dan kuhampiri burung kecil yang masih menantang itu, kuhisap dalam-dalam, dia juga mengerang kesenangan dan terus menerus kuhisap sampai badannya bergetar dan lagi-lagi air liur burung kecil yang hangat tersebut menjadi unsur dari dagingku. Hari telah terang, dan segera kami mandi air hangat bersama-sama. Aku merasa puas dan Alex melulu diam saja, entah apa yang dipikirkan. Menyesalkah? aku tidak tanya. Kenyataannya cerita ini masih berlangsung, kini Alex telah SMA dan masih tetap dalam bimbinganku.
Pagi harinya bapaknya Alex (yang pun suamiku) datang dan dengan tanpa membubuhkan curiga sedikitpun. Ini ialah pengalaman kesatuku dengan burung muda.
No comments:
Post a Comment