Thursday, October 18, 2018

Cerita Seks Ngentot Dengan Adik Iparku Yang Berkontol Seperti Kuda

Cerita Dewasa – nama saya Diana. Saya sedang bingung sekali ketika ini. Saya tidak tahu mesti melakukan apa. Karenanya saya bakal mencoba mengisahkan sedikit empiris hidup saya yang baru saya hadapi baru-baru ini. Saya berumur 27 tahun. Saya telah berkeluarga dan sudah memiliki anak satu. Saya menikah dengan seorang pria mempunyai nama Niko. Niko ialah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Niko ialah seorang pengusaha yang sedang meniti karir. Karena kesibukannya, dia tidak jarang pergi terbit kota. Dia kasihan untuk saya yang bermukim sendiri dirumah bareng anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia kemudian mengajak adiknya yang termuda mempunyai nama Roy yang berusia 23 tahun guna tinggal bareng kami. Roy ialah seorang mahasiswa tingkat akhir di suatu PTS. 


Kehidupan lokasi tinggal tangga saya bahagia, sampai peristiwa terakhir yang saya alami. Selama kami menikah kehidupan seks kami menurut keterangan dari saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan orgasme. Tahulah, saya dari family yang kolot. Memang di SMA saya mendapat latihan seks, namun itu melulu sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang disebut orgasme. Saya memang merasakan seks. Saat kami melakukannya saya menikmati nikmat. Tetapi tidak dilangsungkan lama. Suami saya menerbitkan spermanya melulu dalam 5 menit. 

Kemudian kami berbaring saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan hingga anak kami bermunculan dan sekarang usianya sudah menjangkau dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu. Di lokasi tinggal kami tidak memiliki pembantu. Karenanya saya yang mencuci semua rumah ditolong oleh Roy. Roy ialah pria yang rajin. Secara jasmani dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu saat saat saya mencuci kamar Roy, tidak sengaja saya melihat kitab Penthouse miliknya. Saya terkejut memahami bahwa Roy yang saya kira alim ternyata menyenangi menyimak majalah ‘begituan’.

Lebih terkejut lagi saat saya menyimak isinya. Di Penthouse terdapat bagian mempunyai nama Penthouse Letter yang isinya ialah cerita tentang angan-angan ataupun empiris seks seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi pun yang memiliki keterampilan bahasa Inggris yang lumayan baik. Saya tidak menduga bahwa terdapat yang namanya oral seks. Dimana lelaki me’makan’ unsur yang sangat intim dari seorang wanita. Dan wanita mengerjakan hal yang sama pada mereka. Sejak ketika itu, saya tidak jarang secara diam-diam masuk ke kamar Roy guna mencuri-curi baca kisah yang terdapat pada majalah tersebut. BandarQ Online


Suatu saat saat saya sibuk menyimak majalah itu, tidak saya sadari Roy datang ke kamar. Ia lantas menyapa saya. Saya malu separuh mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Roy terlihat tenang saja. Ketika saya terbit dari kamar ia mengekor saya. Saya duduk di sofa di ruang TV. Ia memungut minum dua gelas, lantas duduk disamping saya. Ia menyerahkan satu gelas untuk saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya paling haus ketika itu. Kemudian ia menyuruh saya berkata tentang seks. Saya malu-malu meladeninya. Tapi ia paling pengertian. Dengan sabar ia menyatakan bila terdapat yang masih belum saya ketahui. Tanpa disadari ia telah menciptakan saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari semua tubuh saya. Saya berjuang menolak. Judi Uang Asli

Saya berbicara bahwa saya ialah istri yang setia. Ia lantas memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dirasakan tidak setia bila mengerjakan coitus. Yaitu dimana sang lelaki dan wanita mengerjakan hubungan seks dengan penis pada liang kewanitaan. Ia lantas mencium unsur kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya. Tangannya kemudian menyingkap daster saya, sedangkan tangan yang lain unik lepas celana dalam saya. Ia lalu mengerjakan oral seks pada saya. Saya masih mengupayakan untuk mendorong kepalanya dengan tangan saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya dapat diam. Saya hendak meronta, namun saya menikmati hal yang paling lain. AduQ Online Terbaik

Tidak lama saya menikmati sesuatu yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya merintih pelan. Kemudian dengan lembut menyuruhnya guna berhenti. Ia masih belum mau mencungkil saya. Tetapi lantas anak saya menangis, saya meronta dan memaksa hendak melihat suasana anak saya. Barulah ia mencungkil pegangannya. Saya berlari mendatangi anak saya dengan pelbagai perasaan bercampur menjadi satu. Ketika saya pulang dia melulu tersenyum. Saya tidak tahu mesti bagaimana. Ingin saya menamparnya bila mengingat bahwa sebetulnya ia memaksa saya pada awalnya. Tetapi niat tersebut saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya kemudian duduk di sofa kali ini berjuang menjaga jarak. AKTIFQQ Agen Poker Terpercaya

Lama saya berdiam diri. Ia yang lantas memulai pembicaraan. Katanya bahwa saya ialah seorang perempuan baru. Ya, saya memang menikmati bahwa saya seolah-olah wanita baru ketika itu. Perasaan saya bahagia bila tidak menilik suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami ialah orgasme. Saya baru menyadari alangkah saya telah paling kehilangan momen terindah disetiap kesempatan bareng suami saya. Hari kemudian selesai seperti biasa. Hingga suatu ketika suami saya pergi terbit kota lagi dan anak saya sedang tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah sebab sekarang saya sangat hendak peristiwa tersebut terulang kembali. Toh, ia tidak melakukan hal yang lain. Saya duduk di sofa dan menantikan dia terbit kamar. Agen Domino 99

Tapi tampaknya dia sibuk belajar di kamar. Mungkin dia bakal menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya lalu menggali akal agar dapat berkata dengannya. Saya lantas memutuskan untuk mengirimkan minuman kedalam kamar. Disana ia duduk di lokasi tidur membaca kitab kuliahnya. Saya katakan agar dia tidak boleh lupa tidur sambil menempatkan minuman diatas meja belajarnya.

Ketika saya permisi berkeinginan keluar, ia berbicara bahwa ia sudah berlalu belajar dan memang berkeinginan istirahat sejenak. Ia lalu menyuruh saya ngobrol. Saya duduk ditempat istirahat lalu mulai berkata dengannya. Tidak saya sadari mungkin sebab saya lelah seharian, saya sambil berkata lantas merebahkan diri diatas lokasi tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya seraya bicara. 

Saat tersebut pikiran saya mulai melayang terkenang kejadian sejumlah hari yang lalu. Melihat saya terdiam dia mulai menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya sudah berada pada kedua belah paha saya, sedangkan kepalanya terbenam diantara selangkangan saya. Oh, alangkah nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya memblokir mata dan merasakan momen tersebut. Nafas saya semakin mengejar saat saya menikmati bahwa saya mendekati klimaks. 

Tiba-tiba saya menikmati kepalanya terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak saat memandang ia telah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam ketika saya memblokir mata tadi. Tidak tahu apa yang mesti dilaksanakan saya melulu menganga saja laksana orang bodoh. 

Saya lihat ia telah tegang. Oh, alangkah saya hendak semua selesai nikmat laksana minggu lalu. Tangan kirinya pulang bermain diselangkangan saya sedangkan tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh saya. Perasaan nikmat pulang bangkit. Tangan kanannya kemudian melolosi daster saya. Saya telanjang bulat sekarang kecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya merintih sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia melulu tersenyum. Saya mendorongnya pelan dan berjuang untuk bangun. Mungkin sebab intuisinya menuliskan bahwa saya tidak bakal melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang saya, kemudian rebah kembali. Ia tersenyum separuh tertawa.

Dengan sigap ia telah berada diatas tubuh saya pulang dan mulai mengisapi puting susu saya sedangkan tangan kanannya pulang memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan kirinya mengusapi semua badan saya. Selama kehidupan perkawinan saya dengan Niko, ia tidak pernah mengerjakan hal-hal laksana ini ketika kami mengerjakan hubungan seks. Seakan-akan seks itu ialah buka, mulai, keluar, selesai. 

Saya menikmati diri saya laksana mutiara dihadapan Roy. Kemudian Roy mulai menghirup bibir saya. Saya balas dengan sarat gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas sekarang. Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan kanan saya, saya tolong ia menemukannya. Ketika seluruh sudah pada tempatnya, ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat. Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya dapat memejamkan mata saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang. Tangannya kemudian mengalungkan kedua tangan saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin sebab gemas menyaksikan saya, bibirnya kemudian kembali memagut. 

Oh, saya menikmati waktunya sudah tiba. Kedua tangan saya unik tubuhnya supaya lebih merapat. Dia tampaknya mengerti situasi saya ketika itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, saya merintih pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya menjadi berat dan disertai erangan saya menikmati kemaluan saya diisi cairan hangat. Sejak ketika itu, saya dan dia tidak jarang kali menunggu peluang dimana suami saya pergi terbit kota guna dapat mengulangi tindakan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengungguli segalanya. Setiap kali bakal bercinta, saya tidak jarang kali memaksanya untuk mengerjakan oral seks untuk saya. Tanpa itu, saya tidak bisa hidup lagi. Saya benar-benar memerlukannya.

Dia pun sangat pengertian. Walaupun dia sedang malas mengerjakan hubungan seks, dia tetap mau melakukan oral seks untuk saya. Saya benar-benar merasa paling dihargai olehnya. Ceritanya dulu suami saya Niko punya komputer. Kemudian oleh Roy disarankan supaya berlangganan internet. Menurutnya pun dapat digunakan untuk berbisnis. Suami saya setuju saja. Pernah Roy menyaksikan saya memandangi Niko ketika dia memakai internet, lantas dia tanya untuk saya, apa saya kepingin tahu. Niko yang mendengar lalu mengajak Roy guna mengajari saya memakai komputer dan internet. Pertama-tama saya suka karena tidak sedikit yang menarik. 

Hanya bermukim tekan tombol saja. Bagus sekali. Tetapi saya mulai jenuh karena saya tidak cukup mengerti inginkan ngapain lagi. Saat itulah Roy lalu mengindikasikan ada yang namanya Newsgroup di internet. Saat kesatu kali baca saya terkejut sekali. Banyak berita dan pendapat yang menarik. Tetapi masa-masa saya tidak terlampau banyak. Saya mesti mengurus anak saya. Dia baru dua tahun. Saya sayang sekali kepadanya. Kalau telah tersenyum bisa menghibur saya walaupun dalam suasana sedih. Saya tidak memahami program ini. Hanya Roy ajarkan bila mau mencatat tekan tombol ini. Terus begini, terus begini, dan seterusnya. 

Tetapi saya tidak cerita-cerita sama dia bila kemarin saya telah kirim berita ke Newsgroup. Takut dia marah sama saya. Saya melulu bingung mau kisah sama siapa. Masalahnya saya benar-benar telah terjerumus. Saya tidak tahu bagaimana mesti menghentikannya. Kini saya laksana mempunyai dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya sangat menyukai saya. Saya pun sangat menyukai suami saya. Tetapi saya tidak dapat melupakan kesenangan yang sudah diperkenalkan oleh Roy untuk saya.

Suami saya tidak pernah curiga karena Roy tidak berubah ketika suami saya terdapat di rumah. Tetapi bila Niko telah pergi terbit kota, dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia bahkan pernah memaksa guna melakukannya di kamar kami. Saya menampik dengan keras. Biar bagaimana saya bakal merasa paling bersalah bila melakukannya ditempat istirahat dimana saya dan Niko menjalin hubungan yang menurut cinta. 

Saya katakan dengan tegas untuk Roy bahwa dia mesti menuruti saya. Dia melulu mengangguk saja. Saya merasa aman karena dia tunduk untuk seluruh perintah saya. Saya tidak pernah menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah. Suatu kali saya diajak untuk mengerjakan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat menginginkan apa yang mesti saya kerjakan atas ‘alat’nya. Saya menolak, namun dia terus memaksa saya. Karena saya tetap tidak inginkan menuruti kemauannya, maka kesudahannya ia menyerah. Kejadian ini berlangsung sejumlah kali, dengan akhir dia mengalah. 

Hingga terjadi pada sebuah hari dimana ketika saya menampik kembali dia menakut-nakuti untuk tidak mengerjakan oral seks untuk saya. Saya dapat menikmati hubungan seks kami bila dia telah mengerjakan oral seks untuk saya terlebih dahulu. Saya tolak, sebab saya pikir dia tidak serius. Saya beranggapan bahwa dia masih mengharapkan seks sebagaimana saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar mengerjakan ancamannya. Dia bahkan tidak mau mengerjakan hubungan seks lagi dengan saya. Saya bingung sekali. Saya membutuhkan teknik untuk mencungkil diri dari kerumitan sehari-hari. Untuk saya, seks adalahalat yang dapat menolong saya menghilangkan beban pikiran.

Selama sejumlah hari saya merasa laksana dikucilkan. Dia tetap berkata dengan baik untuk saya. Tetapi masing-masing kali saya berjuang mengajaknya untuk mengerjakan hubungan seks dia menolak. Saya tidak tahu mesti melakukan apa. Saya berjuang semampu saya guna merayunya, namun dia tetap menolak. Saya bingung, apa saya tidak lumayan menarik. Wajah saya menurut keterangan dari saya lumayan cantik. 

Pada waktu kuliah, tidak sedikit sekali teman lelaki saya yang berjuang mencuri perhatian saya. Teman perempuan saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak memahami bibir sensual tersebut bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing guna hal-hal laksana itu. Saya tidak diijinkan terlalu tidak sedikit keluar lokasi tinggal oleh orang tua saya kecuali untuk kebutuhan les ataupun kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin urusan ini yang (menurut keterangan dari saya pribadi)menyebabkan tidak sedikit teman lelaki yang mendekati saya. Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan kegiatan senam saya. Dari semenjak masa kuliah saya senang senam. 

Saya tahu saya mempunyai tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, karena ibu saya mengajarkan bagaimana teknik merawat diri. Bila saya berlangsung dengan suami saya, tidak jarang kali saja lelaki melirik kearah saya. Suami saya pernah menuliskan bahwa dia merasa paling beruntung mempunyai saya. Saya pun merasa paling beruntung mempunyai suami laksana dia.


Niko orangnya jujur dan paling bertanggung jawab. Itu yang paling saya sukai darinya. Saya tidak melulu melihat dari jasmani seseorang, namun lebih dari pribadinya. Tetapi Roy sendiri menurut keterangan dari saya sangatlah ganteng. Mungkin tersebut pula sebabnya, tidak sedikit teman wanitanya yang datang kerumah. Katanya guna belajar. Mereka biasa belajar di teras depan lokasi tinggal kami. Roy di samping ganteng pun pintar menurut keterangan dari saya. Tidaklah susah baginya untuk menggali wanita cantik yang inginkan dengannya.

Saya merasa saya ditinggalkan. Roy tidak pernah menyuruh saya untuk mengerjakan hubungan seks lagi. Dia kini bila tidak belajar dikamar, lebih tidak sedikit menghabiskan waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung masih terdapat anak saya yang sangat kecil yang bisa menghibur. Hingga suatu ketika saya tidak dapat menyangga diri lagi. Malam itu, ketika Roy masuk ke kamarnya setelah menyaksikan film, saya mengikutinya dari belakang. Saya katakan terdapat yang butuh saya bicarakan. 

Anak saya telah tidur ketika itu. Dia duduk di lokasi tidurnya. Saya bilang saya mau melakukannya melulu saya tidak tahu apa yang mesti saya perbuat. Dengan gesit dia membuka semua celananya dan lantas berbaring. Dia katakan bahwa saya mesti menjilati penisnya dari atas sampai bawah. Walaupun masih ragu-ragu, saya kerjakan seperti yang diajak olehnya. Penisnya seketika ‘hidup’ begitu lidah saya menyentuhnya. Kemudian saya diajak membasahi semua permukaan penisnya dengan memakai lidah saya. Dengan pertolongan tangan saya, saya jilati seluruh bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati es-krim. 

Tidak lama kemudian, saya diajak memasukkan penisnya kedalam mulut saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya saat mengerjakan oral seks untuk saya, mengapa saya mesti dituntut mengerjakan hal yang lebih. Dia berbicara bahwa itu diakibatkan karena memang format genital dari lelaki dan perempuan berbeda. Jadi bukan masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilaksanakan wanita terhadap lelaki menuntut perempuan memasukkan penis lelaki kedalam mulutnya. Sebenarnya saya pun sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya hanya berjuang menghindar karena saya merasa urusan ini sangatlah tidak higienis.

Karena cemas saya tidak mendapat  apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya diajak melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, melulu bedanya kali ini, penisnya sedang di dalam mulut saya, bukan pada liang senggama saya. Selama sejumlah menit saya mengerjakan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah menjijikkan laksana yang saya bayangkan. 

Dulu saya menginginkan akan menghirup atau menikmati hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya nyaris tidak terasa apa-apa. Hanya cairan yang terbit dari penisnya terasa tidak banyak asin. Masalah bau, laksana bau yang umumnya terbit saat lelaki dan wanita bersangkutan seks. Tangannya mendorong kepala saya guna naik turun semakin cepat. 

Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan gerakan tangannya mengakibatkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya tahu bahwa dia bakal klimaks, saya berjuang mengeluarkan alatnya dari mulut saya, namun tangannya mengurangi dengan keras. Saya panik. Tidak lama mulut saya menikmati adanya cairan hangat, sebab takut muntah, saya telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa. Saat dia telah tenang, dia lantas melepaskan tangannya dari kepala saya. 

Saya sebetulnya kesal sebab saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut bila dia marah, seluruh usaha saya menjadi percuma saja. Saya bangkit dari lokasi tidur guna pergi berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat neneknya, bila dia main paksa lagi saya mesti hajar dia. Sesudah nafasnya menjadi tenang, dia mengerjakan apa yang sudah paling saya tunggu-tunggu. Dia mengerjakan oral seks untuk saya nyaris 45 menit lebih. Aduh nikmat sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kami mengakhirinya dengan bercinta secara ganas.

Sejak ketika itu, oral seks adalahhal yang mesti saya kerjakan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia mengerjakan apa-apa terhadap saya. Saya mulai cemas apakah menelan sperma tidak memberi efek samping apa-apa untuk saya. Dia bilang tidak, justeru menyehatkan. Karena sperma pada dasarnya protein. Saya percaya bahwa tidak terdapat efek samping, namun saya tidak percaya unsur yang ‘menyehatkan’. Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi. 

Tidak lama berselang, sekali masa-masa dia kembali kerumah dengan membawa kado. Katanya guna saya. Saya tanya apa isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar untuk saya. Saat saya buka, saya terkejut menyaksikan bahwa ini laksana pakaian dalam yang sering dipakai oleh perempuan bila dipotret di majalah Penthouse. Saya tidak tahu apa namanya, namun saya tidak dapat membayangkan guna memakainya. 

Dia tertawa menyaksikan saya kebingungan. Saya tanyakan langsung kepadanya sebetulnya apa sih maunya. Dia bilang bahwa saya bakal terlihat paling cantik dengan itu. Saya bilang “No way”. Saya tidak mau disaksikan siapapun memakai itu. Dia bilang bahwa tersebut sekarang menjadi ’seragam’ saya masing-masing saya bakal bercinta dengannya. Karena saya pikir toh melulu dia yang melihat, saya mengalah. 

Memang benar, ketika saya memakainya, saya terlihat paling seksi. Saya bahkan pun merasa paling seksi. Saya menggunakannya di dalam, dimana terdapat stockingnya, sampai-sampai saya memakai pakaian jeans di luar sekitar saya melakukan kegiatan dirumah laksana biasa. Efeknya sungguh di luar sangkaan saya. Saya menjadi, apa tersebut istilahnya, horny sekali. 

Saya telah tidak tahan menantikan waktunya tiba. Dirinya pun demikian tampaknya. Malam tersebut saat saya melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi semua tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami bercinta laksana tidak terdapat lagi hari esok.

Sejak ketika itu, saya lebih tidak jarang lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia mendapatkan duit darimana, yang saya tahu seluruh pakaian ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan saya mulai cemas untuk menyimpan pakaian ini dilemari kami berdua (saya dan Niko) karena jumlahnya telah termasuk banyak. Karenanya, pakaian ini saya taruh di dalam lemari Roy.

 Dia tidak keberatan sekitar saya bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian tersebut kecantikan saya laksana bidadari turun dari langit. Pakaian tersebut ada yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling disukai olehnya ialah yang berwarna hitam. Katanya paling kontras warnanya dengan warna kulit saya sampai-sampai lebih membangunkan selera. Saya mulai merasakan hal-hal yang diajarkan oleh Roy untuk saya. 

Saya menikmati semua laksana pelajaran seks yang paling berharga. Ingin saya mengindikasikan apa yang sudah saya ketahui untuk suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah lelaki yang saya cintai. Tetapi saya fobia bila dia berpikir lain dan lantas mencium tindakan saya dan Roy. Saya tidak hendak rumah tangga kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya telah tidak bisa lagi meninggalkan tingkat pengetahuan seks yang telah saya capai kini ini. 

Suatu ketika, Roy kembali dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi paling macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sampai-sampai wajahnya tidak banyak terlihat keras dan urakan. Roy mengenalkan temannya untuk saya yang ternyata mempunyai nama Bari.


Kami ngobrol panjang lebar. Bari paling luas pengetahuannya. Saya disuruh bicara mengenai politik sampai musik. Berdasarkan keterangan dari penuturannya Bari mempunyai band yang tidak jarang main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby serta untuk meningkatkan uang saku. Saya mulai memandang Bari sebagai teman. Bari semakin tidak jarang datang kerumah. Anehnya, kedatangan Bari tidak jarang kali bertepatan dengan ketika dimana Niko sedang tidak terdapat dirumah. 

Suatu saat saya mengejar mereka duduk diruang tamu seraya meminum minuman yang tampaknya ialah minuman keras. Saya mendekat mereka berkeinginan menghardik supaya menjaga kelakuannya. Ketika saya dekati ternyata mereka melulu minum anggur. Mereka kemudian menawarkan saya guna mencicipinya. Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa sebab anggur ini beda dari yang lain. 

Akhirnya saya jajaki walaupun sedikit. Benar, saya melulu minum sedikit. Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Di samping rasa kantuk, saya merasa paling seksi. Karena saya mulai tidak kuat guna membuka mata, Roy kemudian menyarankan supaya saya pergi istirahat saja. Saya menurut. Roy kemudian menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran mengapa saya tidak merasa malu digendong oleh Roy dihadapan Bari. 

Padahal Bari telah tahu bahwa saya telah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat beranggapan dengan benar lagi. Kata Roy, kamar saya terlampau jauh, sebenarnya saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak, namun dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya hendak melawan namun badan rasanya lemas semua. Sesampainya dikamar, Roy mulai melucuti pakaian saya satu persatu. Saya mengupayakan menahan, sebab saya tidak memahami apa tujuannya. Karena saya tidak dalam situasi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa hasil apa apa.

Kini saya berada diatas lokasi tidur dengan suasana telanjang. Roy mulai membuka pakaiannya. Saya mulai merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main didaerah selangkangan saya. Saya memang tidak bisa bertahan lama bila dia mengerjakan oral seks terhadap saya. Saya keluar melulu dalam sejumlah saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. 

Kemudian mulutnya beranjak merasakan payudara saya. Kini kami melakukannya dalam ‘missionary position’. Begitulah istilahnya bila saya tidak salah ingat pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya nyaris keluar kembali. Tetapi ia justeru menghentikan permainan. Sebelum saya sempat menerbitkan sepatah katapun, tubuh saya telah dibalik olehnya. Tubuh saya diusung sedemikian rupa sehingga sekarang saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam posisi seakan berkeinginan merangkak. 

Sebenarnya saya hendak tiduran saja, saya merasa tidak kuat guna menopang semua badan saya. Tetapi masing-masing kali saya berkeinginan merebahkan diri, ia tidak jarang kali mengusung tubuh saya. Akhirnya walaupun dengan sulit payah, saya berjuang mengikuti kemauannya guna tetap bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam liang kewanitaan saya. Tangannya mencengkeram pinggang saya, lalu lantas mulai menggoyangkan pinggangnya.

Mm, permainan dibuka kembali rupanya. Kembali kesenangan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, masing-masing kali dia mengurangi tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya terasa menghunjam-hunjam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin mengakibatkan saya tak sempat diri.


Saya terbit untuk kesatu kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak mempunyai maksud sedikitpun guna menghentikan permainan. Saya masih hendak menggali kesenangan demi kesenangan yang dapat diserahkan olehnya untuk saya. Roy pun mengerti bakal hal itu. Dia menata irama permainan supaya bisa dilangsungkan lama tampaknya. Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan sampai-sampai tangannya bisa meraih payudara saya dari belakang. 

Salah satu tangannya melingkar pada perut saya, sedangkan tangan yang beda meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya telah siap menunggu. Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya. Saya nyaris mencapai orgasme saya yang kedua ketika dia menghentikan permainan. Saya bilang terdapat apa, namun dia langsung mengarah ke ke kamar mandi. Saya merasa tidak banyak kecewa kemudian merebahkan diri saya ditempat tidur. 

Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan mengerjakan tugasnya dengan baik diantara selangkangan saya. Saya tidak ingin’mesin’ saya keburu dingin sebab kelamaan menantikan Roy. Tiba-tiba tubuh saya diusung kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung menghunjamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, mengapa jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah unik rambut saya sampai-sampai tubuh saya terangkat kebelakang sehingga sekarang saya berdiri pada lutut saya diatas lokasi tidur. 

Rambut saya dijambak kebelakang sedangkan pundaknya menyangga punggung saya sampai-sampai kepala saya menengadah keatas. Kepalanya disorongkan kedepan guna mulai merasakan payudara saya. Dari mulut saya terbit erangan pelan memintanya untuk mencungkil rambut saya. Tampaknya saya tidak dapat mengerjakan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan saya mulai merasa paling seksi dengan posisi laksana ini.

Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghunjamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya menikmati bahwa penisnya lebih banyak sekarang. Apakah ia meminum semacam obat ketika dikamar mandi? Ah, saya tidak peduli, karena saya merasakan kesenangan yang teramat sangat. Yang menciptakan saya terkejut saat tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya mulai mengupayakan meronta dengan saldo tenaga yang terdapat pada tubuh saya. 

Kemudian tangan yang menjambak saya mencungkil pegangannya. Kini saya dapat menyaksikan bahwa Roy berdiri diatas kedua lututnya diatas lokasi tidur dihadapan saya. Jadi, yang ketika ini merasakan saya merupakan… Saya menoleh kebelakang. Bari! Bari tanpa membuang peluang melumat bibir saya. Saya melemparkan muka, saya marah sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan betul-betul kali ini. 

Saya mengupayakan bangun dari lokasi tidur. Tetapi Bari menyangga saya. Tangannya memegang erat pinggang saya dan menyangga saya guna berdiri. Sementara tersebut Roy memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah hendak menangis saja. Saya merasa diperalat. Ya, saya melulu menjadi alat untuk mereka guna memuaskan nafsu saja. Sekilas terkenang dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi sekarang semua telah terlambat. 

Saya telah semakin terjerumus. Roy bergerak mendekat sampai tubuhnya mengurangi saya dari depan sedangkan Bari mengurangi saya dari belakang. Dia mulai melumat bibir saya. Saya tidak menjawab ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti merasakan bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya. Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sedangkan Bari mendekap kami bertiga.

Saya mulai menikmati sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diharapkan mereka, saya laksana seekor pelanduk salah satu dua gajah. Perlahan-lahan kesenangan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya ketika bermain seks ternyata menyebabkan saya melambung di luar batas khayalan saya sebelumnya. Saya terbit dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya datang dengan beruntun. 

Tetapi Roy tidak puas dengan posisi ini. Tidak lama saya berpulang kepada ‘dog style position’. Roy menyorongkan penisnya kebibir saya. Saya tidak inginkan membuka mulut. Tetapi Bari unik rambut saya dari belakang dengan keras. Mulut saya tersingkap mengaduh. Roy memanfaatkan peluang ini guna memaksa saya mengulum penisnya. 

Kemudian mereka mulai menyerang tubuh saya dari dua arah. Dorongan dari arah yang satu akan mengakibatkan penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin menghunjam. Saya nyaris tersedak. Roy yang tampaknya mengerti kendala saya mengalah dan melulu diam saja. Bari yang menata segala gerakan. Tidak lama lantas mereka keluar. Sesudah tersebut mereka berganti tempat. Permainan dilanjutkan. Saya sendiri telah tidak bisa menghitung berapa tidak sedikit mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, saya merasa paling lelah. 

Walupun dengan terhuyung-huyung, saya bangkit dari lokasi tidur, mengenakan pakaian saya seadanya dan pergi ke kamar saya. Di kamar saya masuk ke dalam kamar mandi saya. Di sana saya mandi air panas seraya mengangis. Saya tidak tahu saya telah terjerumus kedalam apa kini. Yang menciptakan saya benci untuk diri saya, walaupun saya merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, tetapi setiap saya terkenang kejadian itu, saya merasa basah pada selangkangan saya.

Malam itu, ketika saya menyiapkan santap malam, Roy tidak berkata sepatah katapun. Bari telah pulang. Saya pun tidak inginkan membicarakannya. Kami santap sambil berdiam diri. Sejak ketika itu, Bari tidak pernah datang lagi. Saya sebetulnya malas bicara untuk Roy. Saya hendak menunjukkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan metodenya menjebak saya. Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri beraksi biasa. Saya fobia suami saya curiga dan bertanya terdapat apa antara saya dan Roy. 

Hingga pada sebuah kesempatan, Roy berkata bahwa dia mohon maaf dan paling menyesali perbuatannya. Dikatakannya bahwa ‘threesome’ ialah salah satu imajinasinya sekitar ini. Saya mengatakan mengapa dia tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa mesti menjebak saya. Dia bilang bahwa dia hendak melakukannya dengan ’someone special’. Saya tidak tahu mesti ngomong apa. Hampir dua bulan saya mengerjakan mogok seks. Saya tidak peduli kepadanya. 


Saya menjawab perbuatannya seperti ketika saya kesatu kali dipaksa untuk mengerjakan oral seks kepadanya. Selama dua bulan, terdapat saja yang diperbuatnya untuk mengasyikkan saya. Hingga sebuah waktu dia membawa makanan untuk santap malam. Saya tidak tahu apa yang terdapat dipikirannya. Hanya pada ketika saya keluar, diatas meja telah ada lilin. Saat saya duduk, dia mematikan sebahagian lampu sampai-sampai ruangan menjadi separuh gelap. Itu ialah ‘candle light dinner’ saya yang kesatu seumur hidup. 

Suami saya tidak pernah lumayan romantis untuk mengerjakan ini dengan saya. Malam tersebut dia kembali mohon maaf dan benar-benar menyuruh saya berkata dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu mesti bagaimana. Saya merasa saya tidak bakal pernah memaafkannya atas penipuannya untuk saya. Hanya saja malam tersebut begitu estetis sehingga saya pasrah saat dia mengusung saya ke kamar tidurnya.

No comments:

Post a Comment