Sunday, June 10, 2018

CERITA SEX NGENTOT AMOY DENGAN MBAH DUKUN - www.ceritasexnesia.blogspot.com

Mbah Sukro ialah dukun digdaya yang bermukim di desa terpencil di lereng gunung di pulau Jawa. Usianya diatas 60 tahun. Badannya kurus, tetapi masih sehat. Ia ialah dukun digdaya yang menguasai dunia perdukunan sampai-sampai tidak terdapat yang berani melawannya.

Ia tergolong dukun yang kaya raya sebab ia tak segan-segan mematok harga tinggi untuk para kliennya. Uang bukanlah pantangan baginya. Yang menjadi pantangan ketika ia belajar ilmu saktinya ialah ia sama sekali tidak boleh bersangkutan intim dengan wanita. Apabila melanggarnya, maka kesaktiannya bakal hilang seharian hingga matahari tenggelam hari berikutnya.

Oleh karena tidak sedikit dukun-dukun saingannya yang iri bakal kesaktiannya, tentu ialah hal yang riskan bilamana kesaktiannya hilang walau melulu sehari. Apabila saat tersebut ada dukun iseng yang menyantetnya, ia sama sekali tidak terdapat pertahanan diri. Bagi menghindari urusan itu, sudah bertahun-tahun ia tidak pernah bersangkutan intim dengan wanita tergolong kedua istrinya. Dengan demikian ia akan tidak jarang kali menjadi orang digdaya yang tak terkalahkan.

Salah satu klien utama Mbak Sukro ialah Pak Wijaya, seorang pengusaha yang belakangan ini namanya semakin membumbung tinggi. Sejak ditangani oleh Mbah Sukro, nyaris seluruh bisnisnya tidak jarang kali lancar.

Namun pada sebuah ketika, dua kali beruntun ia kalah tender. Oleh karena tersebut ia pergi ke desa Mbah Sukro guna berkonsultasi dengannya. Berdasarkan ‘penglihatan’ Mbah Sukro, ternyata ia dijegal oleh di antara pesaingnya yang memakai jasa dukun digdaya dari luar pulau.

Dan pengaruh negatif dari dukun itu rupanya telah menginjak dalam lokasi tinggal Pak Wijaya, sehingga urusan tersebut mempengaruhi performance dirinya maupun orang beda yang bermukim secara tetap di dalam lokasi tinggal tersebut.

Untuk mengatasinya, menurut keterangan dari Mbah Sukro, mesti dipasang jimat menurut keterangan dari delapan arah mata angin di dalam area lokasi tinggal Pak Wijaya. Jimat tersebut harus dipasang sehari satu masing-masing jam 4 pagi dengan disembahyangi sepanjang hari hingga matahari terbenam.

Untuk kebutuhan itu, maka Pak Wijaya menyuruh Mbah Sukro guna datang dan menginap di rumahnya sekitar 8 hari guna memasang ke-delapan jimat itu. Oleh sebab tugas ini lumayan berat dan sangat menghabiskan tenaga, Pak Wijaya berjanji bakal memberi imbalan yang paling besar dan ia memberi duit muka sebesar 50% di depan.

Di samping memasang jimat, Pak Wijaya pun meminta Mbah Sukro untuk menuntun putrinya, A-mei yang masih SMU dan baru berusia 17 tahun. Karena belakangan ini ia menikmati putrinya sudah berani melawannya lagipula tanpa sepengetahuannya sudah berpacaran dengan rekan sekelasnya. Bisa jadi urusan ini diakibatkan pengaruh negatif di dalam lokasi tinggal itu, pikirnya.

Sehingga sekarang Mbah Sukro bermukim di lokasi tinggal Pak Wijaya sekitar delapan malam. Pagi, siang, dan senja hari dipakai untuk memasang dan menyembahyangi jimat. Sementara malamnya ia menyediakan waktu sejumlah jam untuk melatih olah pernapasan untuk A-mei guna menghilangkan pengaruh negatif dari dalam dirinya.

Dan urusan itu dilaksanakan berdua di dalam kamar A-mei. Pak Wijaya membolehkan urusan tersebut karena ia tahu tentu akan pantangan Mbah Sukro menyentuh wanita. Sehingga ketenteraman diri putrinya bakal tetap terjamin.
Sementara itu, proses pemasangan jimat itu dilangsungkan lancar hingga hari terakhir.

Sehingga sekarang lengkaplah sudah semua persyaratan jimat sebagai pelindung rumahnya beserta seisinya yang akan mampu bertahan sekitar bertahun-tahun.
Petang tersebut sehabis matahari terbenam…
Mbah Sukro mengatakan untuk Pak Wijaya bila seluruh jimatnya sudah terpasang dengan rapi.

Sehingga ia mohon supaya saldo pembayarannya bisa segera dilunasi. Namun rupanya ada kesalahpahaman diantara keduanya. Karena Pak Wijaya berasumsi sisa pembayarannya bakal dilunasi dalam masa-masa dua bulan yakni setelah pemberitahuan keputusan pemenang tender proyek berikutnya. Hal tersebut untuk memperlihatkan bahwa jimat yang dipasang memang sudah benar-benar bekerja.

Sementara Mbah Sukro memandang bahwa saldo pembayaran mesti dilunasi begitu pemasangan jimat sudah selesai. Mendengar pendapat Pak Wijaya, ia merasa ditipu oleh kliennya itu. Padahal ia telah melimpahkan seluruh energinya untuk menciptakan jimat tersebut benar-benar bekerja.

Oleh sebab ia ialah orang desa yang tidak seringkali beradu mulut dan mungkin diperbanyak karena Pak Wijaya ialah salah satu klien besar, maka kesudahannya dengan darurat ia mengalah. Namun di dalam hati ia merasa sakit hati. Dan diam-diam ia berniat menjawab dendam untuk kliennya itu. Ia tidak mungkin mengurungkan jimat yang sudah dipasang oleh dirinya sendiri itu. Oleh karena tersebut ia akan memungut sisa bayarannya tersebut dengan metodenya sendiri sekaligus menjawab dendam, dengan memakai A-mei, puterinya. Tentu bukanlah hal susah baginya untuk menciptakan A-mei takluk kepadanya.

Karena Mbah Sukro kesudahannya setuju dengan pendiriannya, maka Pak Wijaya sama sekali tak membubuhkan curiga kepadanya. Sehingga Mbah Sukro dapat melakukan menurut keterangan dari apa maunya dengan bebasnya.

Sementara untuk A-mei sendiri, yang di hari kesatu terdahulu merasa mengherankan disuruh Papanya belajar pernapasan, tetapi setelah melakukannya ia merasakan guna dari pernapasan yang diajarkan oleh Mbah Sukro. Oleh karena tersebut ia inginkan meneruskan masing-masing hari hingga hari itu, hari kedelapan.

Malam tersebut ketika proses pengajaran normal sudah berakhir, mereka berbincang-bincang,
“Ternyata pernapasan begini terdapat manfaatnya pun ya Mbah. A-mei kini jadi lebih tenang dibanding sebelumnya.”
“Memang betul, Nik. Tapi sebetulnya ada teknik lain yang dapat membuat benak jadi lebih nyaman lagi.”
“Gimana metodenya Mbah?”
“Prinsipnya anda harus menghilangkan prasangka buruk di dalam pikiranmu sampai anda tidak menikmati adanya ancaman bahaya dari luar. Dengan begitu maka benak otomatis bakal menjadi tenang.”
“Wah sulit sekali tersebut Mbah, gimana metodenya menghilangkan prasangka buruk di dalam pikiran sebab datangnya tiba-tiba?”
“Ya mesti pelajaran Nik. Namun latihannya tidak gampang dan tidak sesuai untuk gadis muda seusia kamu. Karena itu, lupakan sajalah.”
“Lho kok begitu, Mbah? Khan Mbah sendiri yang bilang bila pikiran yang tenang dan nyaman tersebut bagus buat seluruh orang nggak peduli usia.”
“Karena untuk pelajaran ini, anda harus menghilangkan seluruh prasangka buruk. Dan urusan tersebut tidak mungkin sebab saat ini juga tanpa disadari anda telah punya prasangka buruk terhadap Mbah.”
“Ah, aku sama sekali nggak punya benak buruk kok terhadap Mbah.”
“Ah, masa? Kalau begitu, coba kini berani nggak anda buka semua baju anda di depan Mbah.”
“Ah, Mbah yang benar aja!” protes A-mei seraya matanya melirik ke arah pintu keluar.
“Nah, itulah. Sekarang anda punya benak takut khan terhadap Mbah? Sebenarnya mengapa sekarang anda memakai pakaian? Karena anda malu disaksikan telanjang bulat oleh Mbah. Padahal bila pikiranmu tulus, anda tidak akan memiliki pikiran laksana itu.”
“Tapi mengapa harus hingga buka baju segala, Mbah?”
“Karena itu ialah cara pelajaran yang sangat praktis dan tepat guna untuk menghilangkan perasaan malu dan waswas yang timbul. Tapi sudahlah, lupakan saja. Makanya tadi Mbah bilang bila latihan ini tidak sesuai untuk anak gadis lagipula yang masih muda laksana kamu.”
“Ooh, jadi begitu toh. Terus bila A-mei inginkan coba tidak banyak dan sebentar aja, gimana Mbah?” tanya A-mei penasaran.
“Ini bukan guna coba-coba. Kalau anda pengin latihan, anda harus sungguh-sungguh manut (nurut) dengan Mbah tanpa prasangka apa-apa. Kalau tidak, mending tidak usah.”
Setelah sejumlah saat terdiam, akhirnya…
“OK deh, aku inginkan jalanin Mbah. Asalkan Mbah sungguh-sungguh tidak punya maksud jahat.”
“Tidak dapat seperti itu. Kamu mesti 100% percaya sama Mbah dulu baru dapat latihan.”
“Hmmm. OK, OK, aku percaya sama Mbah. Dengan teknik Mbah ngomong laksana ini, aku percaya Mbah nggak punya destinasi jahat. Apalagi khan, hihihi, Mbah pun sudah tua,” katanya seraya tersenyum geli sendiri.
(Dalam hati Mbah Sukro memaki, sialan bocah ini. Rupanya ia meragukan kemampuanku. Rasain kau nanti, batinnya).
“Jadi anda benar-benar mau pelajaran dan ini ialah kemauanmu sendiri ya?”
“Iya, Mbah. Aku inginkan coba pelajaran ini. Beneran!”
“Baiklah, kini coba anda berlatih napas laksana biasa tanpa butuh memejamkam mata,” kata Mbah Sukro seraya berjalan mengelilingi A-mei.

A-mei saat tersebut mengenakan baju kaus biru tua dengan krah dan celana pendek yang ukurannya tidak banyak diatas paha. Ia ialah seorang gadis yang cantik. Rambutnya panjangnya sebahu. Ditambah lagi kulitnya yang putih. Usianya masih belia, baru 17 tahun, tetapi tubuhnya sudah tumbuh menjadi tubuh seorang gadis dewasa. Baju biru yang dikenakannya tersebut nampak menonjol di unsur dadanya. Pertanda payudaranya sudah tumbuh. Seandainya bukan Mbah Sukro yang punya pantangan, cowok mana pun tentu akan tergiur keelokan dan ke-sexy-annya.

“Omong2, anda sudah punya pacar, Nik?”
“Sudah Mbah.”
“Kamu telah pernah ngapain saja dengan dia?”
“Maksud Mbah?”
“Maksudnya, sejauh mana hubungan anda dengan dia? Apakah anda pernah tidur dengan dia?”
“Idih, Mbah. Ya nggak dong. Kok Mbah jadi nanya yang nggak-nggak sih?”
“Mbah sengaja nanya hal-hal laksana ini, guna pemanasan pelajaran kamu. Untuk tersebut sejak sekarang anda nggak boleh punya benak jelek, mengerti?
“OK, Mbah. Aku mengerti.”
“Jadi, anda pernah ngapain aja dengan dia?”
“Cuman ciuman dan peluk-pelukan aja Mbah. Sambil saling pegang-pegang juga,” kata A-mei dan mukanya bersemu kemerahan.
“Kalo pipimu kemerahan gitu, anda jadi kian cantik saja, Nik. Cuman gitu aja? Jadi anda masih perawan?”
“Iya Mbah.”
“Bagus, bagus. Lalu apakah dia pernah ngeliat anda nggak pake baju?”
“Iiih, Mbah. Ya nggak dong”, katanya sedangkan mukanya kian merah.
“Ingat, anda harus melemparkan pikiran kotor kamu.
“Baik, Mbah.”
“Bagus. Sekarang apakah anda siap untuk menginjak tahap pelajaran yang lebih tinggi?”
“Siap Mbah.”
“Bagus. Kalo begitu sekarang mari coba anda buka baju kaus kamu.”

Tanpa protes A-mei segera melepas dua kancing baju kausnya sendiri. Lalu dicopotnya baju yang dikenakannya dan dilemparkan ke lantai. Nampak kulit tubuh putih A-mei dengan gundukan kecil di dada yang tertutup oleh bra hijau muda.

“Wah, Nik, tubuhmu sungguh-sungguh putih mulus,” kata Mbah Sukro seraya matanya tak lepas memandangi A-mei. Baru kesatu kali ini ia menyaksikan tubuh gadis yang seputih ini. Apalagi telah lama sekali semenjak terakhir kali ia menyaksikan tubuh wanita yang telanjang.
“Sekarang coba anda lepas penutup dada kamu. Mbah pengin lihat laksana apa isinya.”
Dengan patuh A-mei membuka branya sehingga sekarang ia berdiri di hadapan Mbah Sukro dengan dadanya telanjang. Nampak payudaranya yang kecil tapi estetis dan putingnya berwarna kemerahan.
“Wow! Dadamu estetis sekali. Kamu sungguh beruntung.”
“Sekarang jajaki lepas rokmu, Nik,” perintah Mbah Sukro yang dengan patuh diisi oleh A-mei. Dilepasnya rok yang melekat di tubuhnya sehingga sekarang ia melulu memakai celana dalam saja.
“Waduuh, mulusnya tubuh anda Nik. Betul-betul pemandangan yang indah,” kata Mbah Sukro kagum seraya memandangi pahanya dan payudaranya. Sehingga mau enggan A-mei jadi kian memerah mukanya. Namun sebab ia menyimpulkan untuk latihan, maka ia berjuang menahan perasaan malunya.
“Bagaimana perasaan anda sekarang, Nik? Kamu malu telanjang di depan Mbah?”
“Se-sebenarnya malu sekali Mbah.”
“Nah, itulah. Terbukti bila kamu masih perlu pelajaran lebih lanjut lagi. Sebenarnya anda nggak butuh malu. Soalnya tubuh kamu estetis sekali kok Nik. Jadi kini berani nggak kamu sungguh-sungguh telanjang bulat disini?” kata Mbah Sukro.
A-mei nampak ragu.
“Masa butuh sampai semuanya, Mbah?”
“Kalau anda pengin latihannya sempurna ya mesti. Apalagi terbukti sekarang anda masih belum sukses menghilangkan perasaan malu. Mumpung Mbah masih disini. Hari ini ialah hari terakhir Mbah disini. Besok bila kamu pengin pelajaran sudah tidak dapat lagi. Masa anda mau pelajaran seperti ini dengan sembarang orang?”
“Hmmmh, OK, kalo gitu A-mei nurut aja deh.”

Dan tak lama lantas segera dilepasnya cd yang dipakainya dengan sukarela.
Kini ia sungguh-sungguh telanjang bulat tanpa selembar benang juga di hadapan Mbah Sukro.
Mbah Sukro nampak memandangi tubuh telanjang A-mei dari atas ke bawah.

“Wow. Ckckck. Suiit, suiiit. Hebat, hebat. Benar-benar aduhai indahnya tubuhmu, Nik.” Mbah Sukro jadi ngaceng pun melihat A-mei yang telanjang bulat. Hmm, sayang sekali aku tak dapat menikmati tubuhmu, batinnya. Namun tak apalah, yang urgen aku telah memberi pelajaran untuk Wijaya, papamu yang pembohong itu. Biar tahu rasa kau sekarang, puterimu yang masih perawan sukses kutipu mentah-mentah. Lumayan aku dapat cuci mata ngeliat anak gadismu telanjang bulat. Sungguh ini ialah pembalasan yang setimpal.Namun rupanya ia tidak hendak berhenti hingga disitu saja. Dalam hati ia berpikir, biarlah kupinjam dulu anak gadismu guna kumain-mainin bentar, pikirnya.

“Cowok anda pernah lihat susu kamu?”
“Pernah mbah.”
“Tadi katanya belum pernah. Awas kalo anda bohong ya?”
“Bukan gitu Mbah. Maksudku tadi aku belum pernah telanjang bulat semua badan gini dengan dia.”
“OK, nggak apa-apa. Lalu reaksi dia gimana masa-masa ngeliat susu kamu?”
“Dia suka Mbah…dia pernah megang-megang juga. Katanya dadaku bagus.”
“Oh ya? Dia megangnya gimana? Apa begini?” tanya Mbah Sukro seraya kedua tangannya menempel ke kedua payudara A-mei.
“Iih, Mbah. Jangan Mbah,” kata A-mei seraya secara refleks bergerak mundur.
“Lho, kenapa. Ayo jawab. Ingat anda tidak boleh punya benak kotor. Mengerti?, kata Mbah Sukro sedangkan kedua tangannya masih menempel ke dada A-mei.
“Me-mengerti Mbah.”
“Jadi gimana metodenya memegang susu kamu? Apakah begini?”, katanya seraya tangannya dicungkil dari dada A-mei sebentar kemudian diremasnya kedua payudara A-mei.
“Atau begini?” kata Mbah Sukro, seraya kedua ibu jarinya meraba-raba dan menggerak-gerakkan kedua putingnya.
“Ya..ya..ya semuanya Mbah,” kata A-mei tertunduk malu.
“Huahahaha. Wah, cowok anda memang beruntung dan pintar cari pacar.”
“Lalu anda suka digituin sama cowok kamu?”
“Suka Mbah.”
“Sama laksana sekarang, kamu pun suka Mbah begini-in?” katanya seraya meraba-rabai semua bagian payudara A-mei.
“Ehmm… suka Mbah.”
“Bagus. Itu lumrah karena tersebut tandanya anda gadis yang telah dewasa.”
Ia menyimak dan menikmati kedua puting A-mei sekarang semakin mengeras dan menonjol dibanding kesatu kali telanjang. Mungkin sebab suhu kamar yang agak sejuk atau mungkin sebab tegang dengan keadaan itu.
“Umurmu berapa sih Nik?”
“Tujuh belas tahun. Aku baru ulang tahun 4 bulan lalu.”
“Jadi memang anda sudah jadi gadis dewasa. Kamu ibarat bunga yang baru mekar dan harum semerbak yang telah siap dihisap madunya, Nik. Kamu telah siap guna kawin, Nik.”
“Iiih. Aku khan baru usia 17 tahun. Masih lama guna married, Mbah.”
“Ah, nggak betul itu. Istri kesatu Mbah masa-masa menikah sama Mbah dulu pun seumuran kamu, Nik, 17 tahun juga..”
“Oh ya? Kapan tersebut Mbah?”
“Wah, tersebut sudah lama sekali. Dulu masa-masa dia masih muda dan cantik. Sekarang istri Mbah telah tidak muda lagi, telah 40 tahun lebih. Tapi meskipun dulu masa-masa dia masih muda pun nggak dapat ngalahin kamu, Nik. Kamu jauh lebih cantik dan lebih putih dari dia. Ya memang lain lah, gadis desa dikomparasikan dengan anak gadis pengusaha kaya di kota besar. Tapi jeleknya orang kota tersebut suka kawin telat. Padahal tersebut tidak bagus guna hormon tubuh. Terutama cewek. Apalagi kawin tersebut sebenarnya enak lho.”
“Memang enaknya apa sih Mbah?”

“Enaknya apa, tersebut mesti dialami sendiri baru tahu, Nik. Dan guna orang kota yang kawin telat seperti anda gini, butuh ada persiapan bermunculan batin dari sekarang. Supaya nantinya tidak kagok dan dapat membahagiakan suami semenjak malam kesatu perkawinan.”
“Persiapannya apa aja sih Mbah?”

“Persiapannya laksana apa sulit diungkapkan dengan perkataan. Lebih jelas kalau dilaksanakan langsung. Mbah dapat ngajarin anda sekarang. Asalkan pikiran anda tenang dan ikhlas sebab ini seluruh demi membahagiakan suami anda kelak. Gimana, inginkan nggak?”
“Ehhm, namun aku nggak tahu harus gimana, Mbah?”

“Nggak usah kuatir, Nik. Kamu manut aja sama Mbah, nanti khan anda jadi dapat sendiri,” katanya sambil sarat nafsu memandangi sekujur tubuh A-mei yang telanjang,” Yuk, sekarang anda lanjutkan pelajaran ini dulu, setelah tersebut kamu Mbah ajari yang itu,” katanya.

Sebenarnya tadinya Mbah Sukro melulu ingin menjawab dendam dengan mempermainkan A-mei dengan teknik menyuruhnya telanjang bulat di depannya saja. Namun sekarang setelah menyaksikan cewek ini telanjang bulat dan begitu penurut begini, Mbah Sukro jadi bernafsu hendak menikmati tubuh perawannya. Apalagi telah lama sekali semenjak terakhir kali ia merasakan seorang wanita, itupun pun dengan kedua istrinya yang telah tidak muda lagi. Kini di depan matanya terdapat seorang gadis perawan yang bersikap paling kooperatif terhadapnya. Ditambah lagi ia tak pernah merasakan gadis kota laksana A-mei gini. Sekaligus ini ialah pembalasan yang telak terhadap papanya. Namun yang menjadi kendalanya ialah ia tidak barangkali melanggar pantangannya sendiri. Karena salah-salah taruhannya ialah nyawanya.

Ah, sungguh bebal kau ini, batin Mbah Sukro. Kenapa harus fobia kehilangan kesaktianmu barang sehari? Bukankah kau terdapat di dalam lokasi tinggal yang telah dibentengi oleh jimat yang kaupasang sendiri? Biarpun kesaktianmu hilang, asalkan kau tidak terbit rumah hingga matahari tenggelam besok, semuanya bakal baik-baik saja. Dan kau dapat meninggalkan lokasi tinggal ini sesudah matahari terbenam.

Sekaligus urusan ini memperlihatkan bahwa bilamana tidak terdapat serangan yang dapat mengenai dirinya, urusan tersebut menandakan bila jimat yang dipasangnya sungguh-sungguh bekerja. Hehehe, rasain kau, Wijaya. Salahmu sendiri anda meragukan jimatku. Kini anak gadismu yang bakal kupake untuk memperlihatkan apakah jimat itu sungguh-sungguh bekerja. Lumayan juga dapat menikmati anak perawanmu yang manis ini.

Setelah terkenang akan kesaktian jimatnya sekaligus teknik untuk menjawab perlakuan kliennya itu, sekarang nafsu birahinya jadi benar-benar tak tertahan lagi, yang mesti dilampiaskan saat tersebut juga.

“Waduuh, mulusnya anda Nik. Sampai-sampai kamu buat Mbah jadi ngaceng. Apalagi baru kali ini Mbah lihat Nonik seperti anda gini telanjang. Betul-betul putih dan merangsang.
“Nah gitu, bagus. Pikiran anda tetap tenang ya,” kata Mbah Sukro mengelilingi A-mei memandangi sekujur tubuh telanjangnya dalam jarak dekat. Saat sedang di belakang A-mei, kedua tangannya meraba-raba punggungnya yang putih mulus dari atas hingga ke bawah dan diremas-remasnya pantat A-mei yang bulat sexy itu.
“Hmm, kulitmu halus dan mulus banget, Nik.”
Lalu tangannya berpindah ke depan, sekarang meraba-rabai payudara A-mei.
“Waah, susumu sungguh-sungguh kenyal Nik. Dan putih mulus. Lihat tuh, Iiiih, puting anda segar banget dan menonjol gini,” komentar Mbah Sukro dan kedua telunjuknya digesekkan di kedua puting A-mei.
“Aduuh. Jangan gitu Mbah. Geli,” kata A-mei seraya tubuhnya menggeliat berjuang melepaskan diri dari genggaman Mbah Sukro.
“Aah, masa hanya diginiin aja kok geli. Tapi gimana rasanya, Nik? Enak khan?”
“Nggak inginkan ah Mbah, kalo gini,” kata A-mei. Namun “protesnya” cuman di mulut saja sebab ia tidak mempedulikan Mbah Sukro jari jemari dukun tua tersebut meraba-raba dadanya. Kelihatan bila sebenarnya ia merasakan permainan itu.
“Nah, kini kita lanjutkan pelajaran tingkat berikutnya sekaligus Mbah ajarin anda gimana metodenya membahagiakan suamimu kelak. Ingat, ini seluruh demi kebaikan anda sendiri. Mengerti?”
“Mengerti, Mbah.”
“Bagus. Nah, kini Mbah pun melepas seluruh baju Mbah jadi anda sama-sama bugil.”
Mbah Sukro melepas baju hitamnya sampai-sampai nampak dadanya yang hitam telanjang. Kulitnya sudah berkeriput. Kemudian ia membuka sarungnya. Nampak tonjolan di balik celana dalamnya.
“Supaya anda tidak penasaran, ini Mbah tunjukkan kontol lelaki dewasa kepunyaan Mbah yang dapat memuaskan anak gadis laksana kamu, Nik.”
Tanpa malu-malu lagi, bandot tua usia 60 tahun tersebut melepas celana dalamnya di depan A-mei, gadis belia berumur 17 tahun. Kini Mbah Sukro pun telah telanjang bulat. Nampak kulit tubuhnya yang hitam legam dan keriput. Sungguh kontras bertolak belakang dengan A-mei yang putih mulus dan segar. Namun A-mei tersipu malu dibuatnya, sebab meski sudah berumur 60-an dan kulitnya sudah keriput, tetapi kontol Mbah Sukro masih dapat ngaceng dengan tegaknya. Apalagi ukurannya tergolong besar dikomparasikan dengan tubuhnya yang kurus, khususnya kepalanya yang disunat jadi nampak kian besar.

“Nah, lihat, kontol Mbah kini jadi ngaceng karena ngeliat gadis muda belia telanjang bulat. Karena Mbah jadi terangsang sebab kemulusan tubuhmu, A-mei, dan pun karena keelokan wajahmu, keindahan susumu, kulitmu yang putih halus, pahamu, rambut kemaluanmu, dan pesona seksualmu secara borongan yang menciptakan orang laki normal jadi hendak menikmati dirimu. Apalagi Mbah sebelumnya nggak pernah menyantap nonik-nonik seperti anda gini. Jadi, beginilah suamimu nanti, pun akan terangsang terhadap anda sama laksana Mbah sekarang. Dan untuk tersebut kamu mesti dapat melayani suamimu dengan sebaik mungkin, buat dia puas. Dengan begitu, kamu pun akan menemukan kepuasan yang luar biasa. Nah, agar nantinya anda tidak canggung dengan suami kamu, ayo sekarang anda latihan dulu dengan Mbah.”

Lalu didekapnya A-mei dan diciumi wajahnya dengan sarat nafsu. Dijelajahi wajah gadis belia nan cantik tersebut dengan bibirnya. Dilumatnya bibir A-mei dengan ganas. Diciuminya lehernya seraya tangannya meraba-raba payudara A-mei dan meremas-remasnya. Kontolnya yang hitam dan berdiri tegak tersebut menempel di tubuh putih A-mei.

A-mei didorongnya ke arah lokasi tidurnya kemudian ditidurkannya ia dengan telentang di atas kasur. Ia sengaja membuka kaki A-mei lebar-lebar agar ia dapat melihat dengan jelas vagina A-mei yang masih perawan itu. Vaginanya berwarna kemerahan. Sementara diatasnya nampak rambut-rambut kemaluannya yang halus tumbuh di atas kulitnya yang putih. Klitorisnya nampak mencuat di unsur atas liang vaginanya.

Digarapnya gadis belia yang masih perawan tersebut oleh si bandot tua. Diciuminya kedua payudara A-mei. Mukanya ditenggelamkan ke dua bukit kembar itu. Mulutnya aktif menjilati semua bagian payudara perawan itu. Terutama kedua putingnya yang diemut dan dikenyot-kenyot di dalam mulutnya. A-mei menikmati kedua putingnya bergantian dikenyot-kenyot di dalam mulut Mbah Sukro yang hangat. Apalagi suhu ruangan yang ber-AC tadinya membuatnya agak kedinginan. Kini kecupan-kecupan hangat Mbah Sukro dapat menghangatkan tubuhnya khususnya dadanya.
Meskipun usianya sudah kepala enam, tetapi rupanya Mbah Sukro tahu bagaimana metodenya membuat panas seorang dara perawan belasan tahun. Terbukti A-mei sangat merasakan permainan lidah dan kenyotan Mbah Sukro diatas payudaranya. Apalagi Sukronya yang lebat menggelitik payudaranya yang membuatnya kian terangsang. Tanpa sadar, ia mendesah-desah dibuatnya.
“Ehhhmm, ehhmmm, ooohhh, oooohhhhh.”
Suara desahannya tersebut bercampur dengan suara kecupan Mbah Sukro yang asyik menciumi payudara A-mei.

Mbah Sukro mengajak A-mei berbalik telungkup. Rambutnya yang sebahu menempel di punggungnya yang putih mulus. Pantatnya nampak sexy menonjol. Segera diciuminya sekujur punggung dan pantat A-mei yang putih. Kembali Sukronya menggelitik sekujur punggung A-mei.

Lalu diraba-raba kedua pantat A-mei dan diremas-remasnya pantat nan sexy itu. Didudukinya punggung A-mei dan kontolnya yang hitam ditempelkan di punggung A-mei yang putih. Nampak kontras perbedaan warnanya. Digesek-gesekkan batang kontolnya inilah kedua pelirnya di sekujur punggung putih A-mei. Bagaikan kuas hitam yang menyapu semua bagian kanvas putih. Sementara kontol Mbah Sukro sudah mulai basah sebab cairan pre-cum. Sehingga di sejumlah tempat, punggung A-mei menjadi tidak banyak basah terpapar gesekannya.

Digesek-gesekkan batang kontolnya ke pantat A-mei. Lalu dijepitnya diantara kedua pantat A-mei dan digesek-gesekkannya. Sehingga ujung kontol Mbah Sukro jadi semakin basah yang menciptakan pantat A-mei menjadi ikutan basah.

Setelah puas bermain-main di punggungnya, pulang A-mei ditelentangkan. Kedua kaki A-mei dibukanya lebar-lebar. Lalu kepalanya menyusup diantara kedua paha mulus A-mei. Dijilatinya vagina perawan A-mei yang kemerahan itu. Dan setelah tersebut diemut-emut dan dihisap-hisap vagina perawan itu. Lidahnya nampak begitu lincah menari-nari di dekat wilayah terlarang kepunyaan dara muda itu. Sehingga tanpa ditangkal lagi vaginanya menjadi basah dibuatnya, menciptakan A-mei mendesah-desah sebab kenikmatan yang dirasakannya itu.
“Nah, kini coba anda genggam dengan tangan kamu, Nik”, kata Mbah Sukro mengajak A-mei memegang batang kontolnya. Yang segera dilakukannya tanpa protes.
“Bagus, nah kini coba anda kocok pelan-pelan.”
“Ya, bagus begitu. Lakukan terus, tidak boleh berhenti dulu,” kata Mbah Sukro merasakan kontol hitamnya dikocok oleh tangan halus kepunyaan gadis putih mulus itu. Sementara kedua tangannya memegang-megang payudara cewek itu. Kedua putingnya nampak kian mengeras dan memanjang. Sehingga menciptakan Mbah Sukro meraba-raba puting segar kemerahan kepunyaan dara perawan tersebut dengan kedua ibu jarinya yang hitam. Nampak ia paling bernafsu sekali dengan kedua payudara A-mei sehingga ia menciuminya dengan liar. Dijulurkannya lidahnya kesana kemari di dada dara ini. Terutama di kedua putingnya sebab ia tahu bahwa unsur ini ialah bagian sensitif bikin cewek ini.
Lalu ditelentangkannya A-mei dan ditindihnya dara yang putih mulus tersebut dengan tubuhnya yang hitam dan kulitnya sudah keriput. Diciuminya bibir dan leher dara tersebut dengan sarat nafsu. Dadanya yang hitam dan keriputan menempel di payudara cewek muda itu. Meski usianya sudah tua, tetapi ia nampak masih perkasa saja. Batang kontolnya masih mengeras dengan gagahnya menempel di sekitar vagina cewek itu.
Setelah puas menciumi A-mei, sekarang saatnya ia merasakan ‘hadiah utamanya’. Ia membuka kedua paha A-mei lebar-lebar. Sementara batang kontolnya yang hitam dan berurat tersebut menegang dengan keras. Didekatkannya kepala penisnya yang membesar tersebut ke depan liang vagina perawan itu, yang saat tersebut nampak pasrah dan tanpa perlawanan sama sekali. Lalu segera didorongnya tubuhnya ke depan, dan, ugh dinding vagina perawan tersebut rupanya dapat menahan daya laju benda tumpul itu.
Mbah Sukro mencobanya lagi dengan lebih bertenaga, dan akhirnya,
“Cleeeep”,
kepala penisnya akhirnya sukses masuk ke dalam tubuh dara yang sekarang sudah menjadi tidak perawan lagi itu.
“Aaahhhhhh”, mendadak A-mei menjerit sebab rasa nyeri ketika kepala penis Mbah Sukro masuk ke dalam tubuhnya.
Lalu didorongnya tubuhnya sampai-sampai seluruh penisnya amblas masuk ke dalam tubuh gadis yang sekarang tentunya telah bukan gadis lagi itu.

“AAAhhhhhh,” A-mei pulang menjerit menikmati perih di vaginanya.
Namun Mbah Sukro membiarkan jeritan gadis itu. Pikirannya telah diisi nafsu hendak menikmati tubuh gadis muda tersebut selama dan semaksimal mungkin. Segera dimaju-mundurkan penisnya di dalam tubuh gadis itu, merasakan rapatnya gesekan vaginanya.

“Ahhhh, aaahhhh, aaahhhhhh, aaahhhhhh,” A-mei mendesah-desah dibuatnya. Rasa nyeri dan perih yang terdahulu dirasakannya sekarang menjadi bercampur dengan rasa enak yang tak terbayangkan sebelumnya. Rasa perih-perih enak tersebut membuatnya membiarkan apa-apa lagi dan tanpa dapat ditangkal lagi membuatnya mendesah-desah dan merintih-rintih tak keruan. Ia membiarkan lagi bahwa lelaki yang merasakan tubuhnya tersebut sudah uzur dan keriputan. Sementara rasa perih dan nyeri tersebut berangsur-angsur hilang, sampai-sampai kini melulu tinggal rasa enaknya saja. Membuatnya kian lupa diri bakal tata krama sebagai seorang gadis muda yang mesti menjaga kebesaran dirinya.

Sementara Mbah Sukro kian semangat menyetubuhi cewek muda putri kliennya itu. Kapan lagi aku dapat menikmati tubuh cewek muda cantik dan sexy kayak gini, pikirnya. Dan masih perawan lagi. Di desa tidak terdapat cewek yang kayak gini. Biarlah kesaktianku hilang sehari tak masalah. Meski telah tua, namun ia masih kuat guna mengocok gadis muda itu. Penisnya dengan gagahnya mengobrak-abrik vagina cewek itu. Membuat A-mei benar-benar tak berkutik dan hanya dapat mendesah-desah merasakan apa yang dilaksanakan pria tua tersebut terhadap dirinya.

Mbah Sukro terus menyetubuhi A-mei dengan menindihnya. Sementara kontolnya terus mengocok-ngocok vagina gadis itu, mulutnya asyik mengulum dan menghisap-hisap payudara cewek itu. Mbah Sukro yang biasa mengemut cerutu kretek sekarang mendapat rejeki nomplok dapat mengemut susunya A-mei.

Nampak kontras sekali pemandangan itu. Tubuh lelaki kurus yang hitam dan keriput tersebut menindih tubuh gadis muda yang putih mulus. Dan kontolnya yang hitam menembusi ke dalam tubuh gadis itu.

Lalu Mbah Sukro menyetubuhi A-mei dalam posisi doggy style. Meski tua-tua begitu, dengan gayanya laksana koboi ia sanggup pun ‘menunggang’ dan menggoyang-goyang tubuh A-mei yang lagi-lagi hanya dapat menjerit-jerit dan mendesah-desah keenakan. Kedua payudaranya bergoyang-goyang dibuatnya. Direngkuhnya payudara gadis tersebut dengan kedua tangannya dan diremas-remasnya seraya terus menggoyang tubuh gadis muda itu. Sementara itu, digenjotnya terus A-mei dengan kontolnya.

Ia mengubah posisi. Ditaruhnya kedua kaki A-mei di pundaknya, kemudian dimasukkannya penisnya ke dalam vagina cewek tersebut dan dikocoknya. Dipandanginya kedua payudara A-mei yang bergerak-gerak mengekor gerakan penisnya itu. Akhirnya A-mei tidak tahan lagi dan ia menemukan orgasmenya. Itulah orgasmenya yang kesatu karena disetubuhi oleh seorang laki-laki.

Setelah memahami A-mei baru merasakan orgasme, Mbah Sukro merasa bangga juga. Bangga karena dapat menikmati kemulusan dan keperawanannya serta bangga dapat membuat gadis muda 17 tahun merasakan orgasme. Tak lama sesudah itu, kesudahannya ia mengalam ejakulasi pun dengan menumpahkan semua spermanya di dalam vagina A-mei.

Setelah semua spermanya habis, ia menarik keluar batang kontolnya yang baru saja memungut korbannya dengan memerawani A-mei, gadis belia itu. Ia tersenyum saat menyaksikan ada bercak darah di dekat vagina A-mei. Bangga pun ia dapat merenggut keperawanan gadis muda laksana A-mei ini sekaligus membuatnya orgasme.

“Waah, tak waras ternyata kamu sungguh-sungguh masih perawan ya, Nik. Nggak rugi Mbah ngasih latihan ke gadis cantik dan sexy laksana kamu.
“Nah, sekarang anda sudah tahu khan gimana metodenya memuaskan suamimu kelak. Dan sekarang anda sudah memahami gimana rasanya enaknya kawin.”
“Iya Mbah. A-mei nggak nyangka kalo rasanya begini enak.”
“Sekarang sesudah “pelajaran” selesai, anda boleh pake bajumu lagi. Nanti masuk angin. Sekarang Mbah mau istirahat dulu ya. Karena “pelajaran ini”, kini Mbah jadi capek sekali.”
“Iya Mbah, A-mei pun capek sekali. OK, sampe ketemu kelak pagi Mbah.”
“Baik. Selamat malam.”

Malam tersebut Mbah Sukro kehilangan kesaktiannya dan secara jasmani cape sekali. Namun ia merasa aman sebab terlindungi oleh jimatnya. Sementara hatinya puas. Karena kesudahannya ia sukses mengambil “sisa bayarannya” dengan memerawani dan merasakan kehangatan A-mei di ranjang sekaligus menjawab sakit hatinya terhadap Pak Wijaya. Sementara A-mei pun pun tidur dengan puas sebab ia merasa mendapat “pendidikan” yang berharga dari Mbah Sukro sekaligus merasakan kesenangan yang tak pernah dialami sebelumnya. Sementara Pak Wijaya yang sudah tertidur pulas sama sekali tidak tahu bakal peristiwa yang terjadi malam itu.

Keesokan harinya, laksana yang direncanakan sebelumnya, sesudah seharian tidur total, Mbah Sukro meninggalkan rumah tersebut setelah matahari terbenam. Ia mendarat di rumahnya ketika hari menjelang subuh.

Sejak meninggalkan lokasi tinggal itu, ia menikmati bagian ulu hatinya agak nyeri. Namun ia tidak terlampau menggubrisnya. Tapi betapa kagetnya ketika keesokan harinya, rasa nyeri tersebut bukannya hilang malah kian bertambah. Dan malamnya, ulu hatinya laksana ditusuk-tusuk. Sungguh ia tidak memahami bagaimana ini dapat terjadi, sebab kesaktiannya sebetulnya telah pulih. Apakah sekarang telah terdapat dukun beda yang lebih digdaya yang menjahili dirinya? Ia sibuk memikirkan siapa orang yang berani menjahili dirinya. Sementara tersebut rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Sampai kesudahannya ia benar-benar tak tahan lagi.

Dan sejumlah hari kemudian, terdapat kabar heboh, yakni Mbah Sukro, dukun digdaya yang tiada tandingannya, yang disegani sahabat maupun lawan, dengan tidak disangka-sangka meninggal dunia tanpa diketahui secara tentu penyebabnya. Hal ini sungguh mengejutkan terutama untuk dukun-dukun yang sekitar ini menjadi lawannya. Karena susungguhnya tidak terdapat seorang juga yang berani menjahilinya.

Lalu apa penyebab kematiannya? Ternyata kematiannya bukan diakibatkan oleh semua pesaingnya. Ia tak sempat bahwa ia telah menggiatkan jimat pelindung yang bakal menyerang balik siapa juga yang mengganggu penghuni lokasi tinggal itu. Dengan menipu gadis polos laksana A-mei lagipula sampai melangkah terlampau jauh dengan merenggut kegadisannya, ia sudah secara fatal mengganggu penghuni lokasi tinggal itu. Sehingga jimatnya sekarang bekerja menyerang dirinya sendiri. Oleh sebab pikirannya hanya terfokus guna menangkal bisa jadi serangan dari pihak luar serta arogansi dirinya yang merasa sebagai orang digdaya tiada tandingan dan diperbanyak pikirannya yang diisi nafsu birahi, malam tersebut ia sama sekali melupakan bisa jadi serangan balik dari jimat yang dipasangnya sendiri.

Namun semuanya telah terlambat. Ia tak dapat mencegah serangan jimat tersebut karena sumber kekuatannya berasal dari dirinya. Semakin ia mengerahkan tenaganya untuk menyangga serangan, semakin powerful serangan jimat tersebut terhadap dirinya. Sementara, sesudah disembahyangi sekitar 8 hari, kekuatan jimat tersebut tidak dapat dibatalkan sebelum kekuatannya bakal menurun dengan sendirinya setelah sejumlah tahun.
Jadi sekarang terbuktilah bila jimat yang dipasang di rumah tersebut benar-benar ampuh. Namun ironisnya, malah pemasangnyalah yang menjadi korban kesatu dan satu-satunya dari jimat tersebut.
Demikianlah nasib Mbah Sukro yang selesai tragis. Orang digaya yang tak terkalahkan dan tak terdapat orang beda yang mampu mengalahkannya, pada kesudahannya jatuh sebab kesalahan dirinya sendiri dan meninggal sebab kesaktiannya sendiri. Dan itulah akhir lembaran hidupnya.

Sementara, ini ialah awal lembaran kehidupan baru untuk A-mei. Ia sama sekali tak terpengaruh atau tahu menahu bakal dunia mistik yang terjadi di dekat dirinya. Tapi yang jelas, kejadian malam tersebut sungguh telah mengolah kehidupannya. Dari semula gadis yang polos dan lugu, sekarang ia menjadi paling haus guna mendapatkan empiris baru yang paling menggelorakan hati itu, lagi, lagi, dan lagi.

No comments:

Post a Comment