Pada ketika itu ialah hari sebelum abangku menikah, ketika tersebut saya juga ikut mengantar abangku kerumah calon istrinya. Setelah hingga dirumah calon istri abangku, saya menyaksikan sesosok perempuan STW (setengah tua) dengan body yang paling semok dan paling menggairahkan.
Ketika tersebut saya juga terus memandangi tubuhnya yang molek dari ujung kaki hingga ujung kepala. Walaupun umurnya telah tidak muda lagi, kira-kira selama 38 tahunan, tetapi saya menyaksikan wajahnya masih paling enak guna dipandang. Mungkin sebab Ibu mertua abangku tersebut sering mengerjakan perawatan, makanya wajahnya paling halus dan paling menggoda.
Namun waktu tersebut suasana lokasi tinggal sangat ramai sampai-sampai tidak terlalu tidak jarang saya pandangi tubuh Ibu mertua abangku itu, tetapi saya terus menggali dimana Ibu mertua abangku tersebut berada supaya saya bisa memandangi tubuhnya lagi.
Setelah sejumlah saat saya melihatnya terbit dari kamar mandi, saat tersebut saya memandanginya dengan tajam dan sesudah Ibu mertua abangku mengetahui bila saya memandanginya, ia mengedipkan sebelah matanya dan meninggalkanku pergi.
Saya juga menjadi semakin penasaran dengan kedipan mata Ibu mertua abangku itu. Malam mulai larut, suasana lokasi tinggal sudah paling sepi sekali, kesudahannya saya menyimpulkan untuk duduk sendirian disebuah ruangan seraya memikirkan makna kedipan mata Ibu mertua abangku tersebut.
Namun ditengah saya melamun, saya dikagetkan dengan kecupan lembut dari Ibu mertua abangku. Saya juga dengan reflek menjawab ciuman Ibu mertua abangku itu. tetapi semua tersebut tidak dilangsungkan lama, sebab Ibu mertua abangku tersebut langsung pergi meninggalkanku setelah menyerahkan ciuman lembutnya itu.
Hari-hari berikutnya saya bersikap laksana biasa, demikian pun Ibu mertua abangku. Pada ketika saya duduk berdua dengannya, saya tidak jarang memberanikan diri memandang Ibu mertua abangku lama-lama dan dia melulu membalas dengan senyuman manis dan berkata,
“Ada apaa..?, sudah-sudah, Tante jadi malu“,
Terus cerah saja, saya sebenarnya memimpikan untuk bisa bermesraan dengan Ibu mertua abangku itu. Saya kadang-kadang paling merasa bersalah dengan abangku dan pun kakak ipar-ku yang baik hati.
Terkadang saya merasa tidak cukup ajar menginginkan Ibu mertua abangku disetubuhi ayah Ibu mertua abangku, saya bayangkan kemaluan ayah dan Ibu mertua abangku terbit masuk memek Ibu mertua abangku.
Tetapi saya selalu membubuhkan hormat untuk ayah dan Ibu mertua abangku. Ibu mertua abangku pun sayang sama kami. Pagi-pagi hari berikutnya, saya ditelepon Ibu mertua abangku, minta supaya sore harinya saya dapat mengirimkan ibu menengok family yang sedang berada di lokasi tinggal sakit, sebab suami Ibu mertua abangku sedang pergi ke kota lain guna urusan bisnis.
Saya sih setuju saja. Sore harinya kami jadi pergi ke lokasi tinggal sakit dan kembali sehabis maghrib. Seperti biasa saya tidak jarang kali bersikap sopan dan hormat pada Ibu mertua abangku.
Dalam perjalan kembali itu, saya memberanikan diri bertanya.
“Tante, ngapain sih dulu tante kok cium Fadil?“,
“Aah, anda ini kok masih ingat-ingat saja sich”, jawab Ibu mertua abangku seraya memandangku.
“Jelas dong Tante..., Kan asyiik”, kata saya menggoda,
“Naah.., tambah tidak cukup ajar tuh, ingat abangmu lho Fadil..., Nanti terdengar juga dapat geger lho Fadil“.
“Tapi, sebenarnya mengapa sich Tante…, Fadil jadi penasaran lho“.
“Aah, ini anak kok nggak inginkan diem sich“ Tapi eeh…, anu…, Fadil , sebetulnya waktu itu, waktu anda ngobrol itu, Tante lihat tampangmu tersebut kok cakep banget. Hidungmu, bibirmu, matamu yang agak tidak cukup ajar tersebut kok menciptakan Tante jadi gemes banget deh sama kamu.
Makanya masa-masa lampu mati itu, entah setan dari mana, Tante jadi pengin banget menciummu dan merangkulmu. Tante jadi malu sekali. Tante macam apa saya ini“,
“Mungkin, setannya ini Tante..., Saat ini setannya tersebut juga deg-degan bila lihat Tante. Tante boleh percaya boleh tidak kok, kadang-kadang bila saya lagi sendiri, justeru bayangin Tante lho. Bener-bener nih. Sumpah deh“,
“Kalau Tante pernah bayangin saya nggak bila lagi sama om”, saya semakin berani.
“Aah nggak tahu ah..., udaah... udaah..., nanti bila keterusan kan nggak baik“.
Hati-hati setirnya. Nanti bila nabrak dikiranya nyetir seraya pacaran ama Tante. Pasti Tante yang disalahin orang, Dikiranya yang tua nih yang ngebet”, katanya.
“Padahal keduanya ngebet lho Tante. Tante, maafin Fadil yah. Fajar jadi pengin banget sama Tante lho..., Gimana nih, punya Fadil sakit kejepit celana nih”, saya kian berani.
“Aduuh..., tidak boleh gitu dong. Tante jadi sulit nih., namun terus cerah aja Fadil..., Tante jadi kayak jatuh cinta sama anda deh, bila udah begini dan udah naik begini, Tante jadi pengin ML sama anda Fadil... Kita cepat kembali saja yaa..., nanti diterusin dirumah... Kita kembali ke rumahmu saja sekarang..., toh lagi kosong khan..., namun Fadil minggir sebentar, Tante pengen cium anda di sini”, kata Tante dengan suara bergetar.
Jantungku berdebar-debar menandakan nafsu banget. Saya minggir di lokasi yang agak gelap. Sebenarnya kaca mobilku pun sudah gelap, sampai-sampai tidak bakal ketahuan orang. Saya dan Ibu mertua abangku berangkulan, bercumbu dengan lembut sarat kerinduan. Benar-benar sekitar ini kami saling merindukan.
“Eehhm..., Fadil, Tante kangen banget ma anda ”, bisik Ibu mertua abangku.
“Saya pun Tante”, bisikku.
“ Fajar…, udah dulu Fajar…, eehmm udah dulu ”, nafas kami memburu.
“ Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa ”, kata Ibu mertua abangku.
“ ibu Mr.P-ku kejepit niih…, Sakit ”, katsaya.
“ iich anak badung ”, Pahsaya dicubitnya.
“ Okei…, buka dulu kancin celananya ”, katanya.
Cepat-cepat saya buka celana saya, kemuian turuni celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang banget. Tangan kiri ibu mertua abangku, saya tuntun guna memegang Mr.P-ku.
“ Aduuh kamu. Gede banget anu kamu…, Biar ibu pegangin, Ayo jalan. Hati-hati setirnya “,
Saya masukkan gig satu, dan mobil melaju pulang.
Mr.P-ku dipegangi ibu, jempolnya mengelus-elus kepala Mr.P-ku dengan lembut. Aduuh, gelii… nikmat sekali. Mobil berlangsung tenang, kami beriam diri, namun tangan ibu terus memijat dan mengelus-elus Mr.P-ku dengan lembut.
Sampai di rumah, saya turun membuka pintu, dan langsung masuk garasi. Garasi saya tutup kembali. Kami bergandengan tangan masuk ke ruang tamu. Kami duduk di sofa dan berpandangan dengan sarat kerinduan.
Suasana begitu hening dan romantis, kami berdekapan lagi, bercumbu lagi, kian menggelora. Kami tumpahkan kecintaan kami. Saya ciumi Ibu mertua abangku dengan sarat nafsu. Saya rogoh payudaranya yang tidak jarang kali saya bayangkan, aduh benar-benar besar dan lembut.
“ Buk, saya kangen banget Buk…, saya kangen banget “,
“ Aduuh Fajar, ibu juga…, Peluklah ibu Fajar, peluklah ibu ” nafasnya semakin memburu. Matanya terpejam, saya ciumi matanya, pipinya, saya lumat bibirnya, dan lidahku saya masukkan ke mulutnya. Ibu agak kaget dan membuka matanya.
Kemudian dengan serta-merta lidahku disedotnya dengan sarat nafsu.
“ Eehhmm.., Fajar, ibu belum pernah ciuman laksana ini…, Lagi Fajar masukkan lidahmu ke mulut ibu ”
Ibu mendorongku pelan, memandangku dengan mesra. Dirangkulnya lagi diriku dan berbisik.
” Bawalah Ibu ke kamar…, Enakan di kamar, tidak boleh disini “,
Dengan berangkulan kami masuk ke kamar tengah yang kosong. Saya merasa tidak enak di lokasi tidur saya.
“ Bu anda pakai kamar tengah saja yaa “,
“ Okei, Lebih bebas di kamar ini ”, kata Ibu mertua abangku sarat pengertian.
“ Saya remas bokongnya yang semok “,
“ iich.., dasar anak badung ”, Ibu mertua abangku merengut manja.
Kami duduk di lokasi tidur, seraya beciuman saya buka pakaian Ibu mertua ku. Saya sungguh terpukau dengan kulit ibuku yang putih bersih dan mulus dengan payudaranya yang besar menggantung indah. Ibu saya rebahkan di lokasi tidur.
Celana dalamnya saya pelorotkan dan saya pelorotkan dari kakinya yang indah. Sekali lagi saya kagum menyaksikan memek Ibu mertua abangku yang tebal dengan bulunya yang tebal keriting.
Seperti saya menginginkan selama ini, memek Ibu mertua kk ku benar menonjol ke atas terganjal bokongnya yang besar. Saya tidak tahan lagi memandang keindahan Ibu mertua abangku telentang di depanku. Saya buka pakaianku dan Mr.P-ku telah benar-benar tegak sempurna. Ibu mertua abangku memandangku dengan tanpa berkedip.
Kami saling memimpikan kebersamaan ini. Saya berbaring oleng di samping Ibu mertua abangku. Saya ciumi, kuraba, kuelus semuanya, dari bibirnya hingga pahanya yang mulus. Saya remas lembut payudaranya, kuelus perutnya, memeknya, clitorisnya saya main-mainkan. Liang memeknya telah basah.
Jariku saya basahi dengan cairan memek Ibu mertua abangku, dan saya usapkan lembut di clitorisnya. Ibu menggelinjang keasyikan dan mendesis-desis. Sementara peliku dipegang ibu dan dielus-elusnya. Kerinduan kami sekitar ini telah mendesak untuk tercurah dan dituntaskan malam ini. Ibu menggeliat-geliat, meremas-remas kepalsaya dan rambutku, membelai punggungku, bokongku, dan kesudahannya memegang Mr.P-ku yang telah siap seia masuk ke liang memek Ibu mertua abangku.
“ Buk, saya kaangen banget Buk…, saya kangen banget…, saya anak badung Buk.. ”, bisikku.
” Ibu juga. sshh…, masukin …, masukin sekarang…, Ibu telah pengiin banget … ”, bisik Ibu mertua abangku tersengal-sengal.
Saya naik ke atas Ibu mertua abangku bertelakan pada siku dan lututku. Tangan kananku membelai wajahnya, pipinya, hidungnya dan bibir Ibu mertua abangku.
Kami saling memandang.
Berpandangan paling mesra. Mr.P-ku dituntunnya masuk ke liang memeknya yang telah basah. Ditempelkannya dan digesek-gesekan di bibir memeknya, di clitorisnya. Tangan kirinya memegang bokongku, mengurangi turun tidak banyak dan mencungkil tekanannya memberi komando Mr.P-ku. Kaki Ibu mertua abangku dikangkangnya lebar-lebar, dan saya telah tidak sabar lagi guna masuk ke memek Ibu mertua abangku.
Kepala Mr.P-ku mulai masuk, kian dalam, kian dalam dan kesudahannya masuk semuanya hingga ke pangkalnya. Saya mulai turun naik dengan teratur, terbit masuk, terbit masuk dalam memek yang basah dan licin. Aduuh enaak, enaak sekali.
“ Masukkan separuh saja . Keluar-masukkan kepalanya yang besar ini…, Aduuh garis kepalanya enaak sekali “,
Nafsu kami semakin menggelora. Saya semakin cepat, semakin memompa Mr.P-ku ke memek Ibu mertua abangku.
“ Buk, saya masukan semua, masuk seluruh Buk ”
“ Iyaa , enaak banget. Pelirmu ngganjel banget. Gede banget rasane. Ibu marem banget ” kami mendesis-desis, menggeliat-geliat, melenguh sarat kenikmatan.
Sementara tersebut kakinya yang tadi mengangkang kini dirapatkan. Aduuh, memeknya tebal banget. Saya sangat tidak tahan lagi bila sudah begini. Saya semakin ngotot menyetubuhi Ibu mertua abangku, menusuk memek Ibu mertua abangku yang licin, yang tebal, yang sempit.
Bunyinya kecepak-kecepok menciptakan saya semakin bernafsu. Aduuh, saya telah tidak tahan lagi.
“ Buk saya inginkan keluaar Buk…, Aduuh Buk.., enaak bangeet “,
“ ssh…, hiiya Fajar, keluariin Fajar Fajar, keluarin “,
“ Ibu pun mau muncaak, inginkan muncaak…, Teruss Kami berpagutan kuat-kuat. Nafas kami terhenti.
Mr.P-ku saya tekan kuat-kuat ke dalam memek Ibu mertua abangku. Pangkal Mr.P-ku berdenyut-denyut. menyemprotlah telah pejuhku ke memek Ibu mertua abangku. Kami bersama-sama merasakan puncak persetubuhan kami. Kerinduan, ketegangan kami tumpah sudah. Rasanya lemas sekali. Nafas yang tadi nyaris terputus semakin menurun. Saya angkat tubuhku.
Akan saya cabut Mr.P-ku yang telah menancap dari dalam liang memeknya, namun ditahan Ibu mertua abangku.
“ Biar di dalam dulu Ayo miring, anda berat sekali. Kamu nekad saja…, masa’ orang ditindih sekuatnya ”, katanya seraya memencet hidungku.
Kami miring, berhadapan, Ibu mertua abangku memencet hidungku lagi,
“ Dasar anak tidak cukup ajar…, Berani sama Ibu mertua kakak mu ya.., Masa ibunya dinaikin, Tapi …, ibu nikmat banget, nikmat banget. Ibu belum pernah menikmati seperti ini “,
“ Buk, saya pun Buk. Mungkin sebab curian ini ya Buk, bukan miliknya…, Punya bapaknya kok dimakan. Ibu juga, punya anakya kok ya dimakan, diminum ”, katsaya menggodanya.
“ Huush, dasar anak nakal.., Ayo dilepas .., Aduuh berantakan niih Pejuhmu pada tumpah di sprei, Keringatmu pun basahi tetek ibu niih “,
“ Buk, malam ini ibu nggak usah pulang. Saya pengin dikelonin ibu malam ini. Saya pengin diteteki hingga pagi ”, katsaya.
“ Ooh tidak boleh cah bagus…, bila dituruti Ibu pun penginnya begitu. Tapi jangan begitu. Kalau ketahuan orang dapat geger dehhh…
“ Tapi Buk, saya rasanya emoh pisah sama ibu “,
“ Hiyya, ibu tahu, tapi anda harus pakai benak dong. Toh, ibu tidak bakal kabur.., malah kalau anda tidak hati-hati, semuanya bakal bubar deh “,
Kami saling berpegangan tangan, berpandangan dengan mesra, bercumbu lagi sarat kelembutan.
Tiada ucapan-ucapan yang keluar, tidak bisa diwujudkan dalam kata-kata. Kami saling mengasihi, antara ibu dan anak, antara seorang lelaki dan seorang wanita, kami tulus mengasihi satu sama lain. Malam tersebut kami mandi bersama, saling menyabuni, menggosok, meraba dan membelai. Mr.P-ku dibersihkan oleh Ibu mertua abangku, hingga tegak lagi.
“ Sudaah, sudaah, tidak boleh nekad saja. Ayo nanti keburu malam “,
Malam tersebut sungguh paling berkesan dalam hidupku. Hari-hari selanjutnya berlangsung normal laksana biasanya. Kami saling mengawal diri. Kami menumpahkan kecintaan kami hanya bilamana benar-benar ada peluang dan aman.
Tetapi kami tidak jarang mencuri-curi peluang untuk sebatas bercumbu dan membelai. Kadang-kadang dengan berpandangan mata saja kami telah menyalurkan kecintaan kami. Kami semakin sabar, semakin dewasa dalam mengawal hubungan terlarang kami. Ini ialah dosa sangat nikmat yang pernah saya alami.
No comments:
Post a Comment