Tuesday, March 20, 2018

Cerita Sex Ngentot Dengan Tanteku Yang Bertoket Besar - ceritasexnesia.blogspot.com




Namaku Ida. Usiaku 34 tahun. Walaupun aku bukan tergolong cewek yang cantik, teman-temanku tidak jarang mengatakan bila aku ini tergolong cewek menarik. Rambutku lurus berwarna hitam dengan panjang menjangkau punggungku. Tubuhku yang tidak banyak berisi mengakibatkan payudaraku menyesuaikan diri sampai-sampai aku mengenakan bra nomor 36B untuk membalut kedua payudaraku itu. Vaginaku dihiasi oleh bulu-bulu yang estetis walaupun jumlahnya tidak terlampau banyak. Aku bermukim sendirian di rumahku yang terletak di kota Surabaya ini sebab sampai ketika ini aku masih belum menikah. Walaupun demikian, kehidupan seks yang aku jalani sangat estetis karena aku tidak jarang kali mendapatkan teknik untuk memuaskan hasratku.


Pada sebuah hari Minggu siang minggu ke tiga bulan September 2007, aku di telepon oleh keponakanku yang mempunyai nama Alex ketika aku sedang menyimak email yang masuk di da_kulthida@yahoo.com milikku.. Usianya 16 tahun dan berwajah cukup tampan.

“Halo, tante Ida .. ?”, katanya dari seberang telepon.

“Iya, siapa ini .. ?, tanyaku.

“Alex, tante ..”

“Oh.. kenapa, Lex ?”

“Tante, bila boleh Alex inginkan minta pertolongan tante.”

“Bantuan apa ?”

“Boleh tidak bila tante jadi model guna Alex potret ?”

“Buat apa anda foto-foto tante ?”

“Cuma iseng aja kok ..”

Aku memahami dengan keinginannya ini. Alex sedang menekuni kegemaran fotografi sampai-sampai tentu saja dia mencari-cari apa saja yang dapat di potret olehnya.

“Boleh saja..”, kataku.

“Terima kasih tante. Saya bakal datang sebentar lagi. Kira-kira 10 menit lagi sampai. Kita foto-foto di lokasi tinggal tante saja.”

“Oke, bila gitu. Tante tunggu, ya …”

Aku memblokir telepon tersebut dan segera mengarah ke ke kamar tidurku untuk memungut pakaian supaya aku bisa menutupi tubuhku yang ketika ini melulu sedang menggunakan celana dalam berwarna putih saja. Jika aku sendirian di rumah, aku memang seringkali selalu dalam suasana setengah telanjang atau telanjang bulat. Bila terdapat yang berkeinginan datang, baru aku menggali pakaian guna menutupi tubuhku itu. Kebiasaan ini sudah dilangsungkan sejak aku berumur 27 tahun yaitu semenjak aku bermukim sendirian di lokasi tinggal itu. Di dalam kamar tidurku, aku tidak langsung mengarah ke lemari pakaian. Aku menyimpulkan untuk menaruh sedikit make up ke wajahku karena Alex bakal memakaiku sebagai model guna fotonya dan aku hendak tampil sedikit unik di depan kameranya. Setelah selesai menggunakan make up, dari dalam lemari pakaian aku memungut sebuah rok terusan tanpa lengan berwarna putih dengan strip biru yang panjangnya tidak banyak di atas lututku. Tanpa menggunakan bra lagi, aku segera menggunakan rok tersebut dan merapikannya sebelum kesudahannya aku mengikatkan ikat pinggang putih yang menjadi unsur dari rok itu.

Baru saja ketika aku berlalu mengenakan pakaianku, aku mendengar bel pintu berbunyi. Dengan melangkah tidak banyak cepat, aku terbit dari kamar tidurku dan segera mengarah ke pintu depan guna membuka pintu. Rupanya Alex telah tiba di rumahku.

“Halo tante.. Tante kelihatan cantik“, katanya seraya tersenyum.

“Tentu saja. Kan inginkan jadi model.. ayo, masuk.. ”, kataku seraya tersenyum pula.

Alex segera melangkah masuk ke rumahku. Aku segera memblokir pintu depan dan lantas mengajaknya ke ruang tengah. Sesampainya kami di ruang itu, Alex berkata,

“Kita dapat mulai tante ?”

“Oh, dapat saja .. anda mau di mana ?”, tanyaku.

“Bagaimana bila di rekan belakang lokasi tinggal tante ?”

“Ok..”

Kami lantas menuju ke taman belakang rumahku. Taman belakang rumahku termasuk lumayan luas dan mempunyai tatanan yang lumayan bagus serta dikelilingi oleh pagar tembok yang lumayan tinggi sampai-sampai tidak terdapat orang yang dapat melihat ke dalam tamanku ini. Sesampainya kami di taman ini, Alex mulai menerbitkan kamera digitalnya dan mengawali kegiatannya. Alex beraksi sebagai fotografer sekaligus pengarah gaya. Setelah sejumlah lama, kesudahannya kami nyaris selesai.

“Tante, ini potret yang terakhir. Aku mohon tante berdiri membelakangiku. Saat aku menyerahkan aba-aba, bantu tante berputar menghadapku. Tolong tidak boleh berputar terlampau cepat. Biasa saja.. “, katanya.

Aku mengerjakan apa yang laksana dia katakan dan dia menjepretku. Akhirnya pekerjaan kami sudah berlalu dan kami tinggal menyaksikan hasilnya. Alex segera mengalihkan foto-foto itu dari memory card ke dalam laptop yang dibawanya. Setelah selesai, aku dan Alex bersama-sama mengecek hasil fotonya. Foto yang terakhir membuatku agak terkejut, karena di dalam potret itu tampak bahwa ternyata ketika aku berputar, rokku tersibak dan celana dalamku yang berwarna putih tampak dengan jelas. Di samping itu, tanpa aku sadari ternyata unsur dada dari bajuku menjadi longgar karena sejumlah kali bergaya sampai-sampai sebagian payudaraku tampak tidak tertutup, bahkan puting payudaraku telihat samar-samar dari baliknya. Saat aku menyaksikan keponakanku, wajahnya tampak datar saja. Rupanya dia telah tahu bila hasilnya akan begini.

“Foto ini sangat bagus”, katanya.

“Tapi celana dalam tante kelihatan ..”, kataku.

“Justru di sini bagusnya. Tante kelihatan seksi sekali..”

Aku tersenyum saja. Walaupun tidak banyak merasa malu, aku menyenangi fotoku yang terakhir tersebut juga.

“Lex, tante mohon copy dari file gambar yang terakhir ini..”, kataku

“Oke..”, katanya.


Setelah pekerjaan kami berakhir, Alex tidak langsung pulang. Kami pulang ke ruang tengah dan duduk di sofa guna berbincang-bincang. Selama berbincang-bincang, Alex terus menatap unsur dadaku yang semenjak tadi menampakan beberapa payudaraku laksana di dalam potret karena aku lupa guna membetulkannya. Saat aku menyadari urusan itu, aku tidak berjuang untuk menutupinya. Ada perasaan senang yang menjalari tubuhku. Setelah sejumlah lama, kesudahannya aku berkata,

“Lex, mengapa melihat dada tante terus ?”

Alex tidak banyak terkejut. Dia menoleh ke lokasi lain seraya menjawab,

“Ngak terdapat apa-apa, kok tante..”

Aku tersenyum menyaksikan tingkahnya. Aku paling suka bila dia melihatku laksana itu.

“Lex, bila kamu suka, anda boleh melihatnya lagi kok”, kataku.

Tanpa menantikan tanggapan dari Alex, aku melebarkan unsur dada bajuku sampai-sampai kali ini kedua payudaraku bisa terlihat dengan jelas. Alex yang mendapat pemandangan seperti tersebut segera saja melotot dan melahap kedua payudaraku dengan pandangan yang sarat minat. Aku yang melihatnya seperti tersebut tersenyum dan tidak mempedulikan Alex guna menjelajahi dadaku dengan pandangannya.


Akhirnya Alex menjadi tidak tahan. Dia bertanya kepadaku,

“Tante, bolehkah Alex memegangnya ?”

Aku mengangguk seraya tersenyum.Tanpa melemparkan waktu lagi, Alex segera menggapai kedua payudaraku dengan tangannya dan mulai meremas-remas serta mempermainkan putingnya. Kontan saja aku menjadi terangsang. Kubaringkan tubuhku ke atas sofa dan kupejamkan mataku untuk merasakan sensasinya. Setelah agak lama, tanpa permisi lagi Alex mulai menciumi dan menjilati kedua payudaraku. Aku terus saja memejamkan mata dan merasakan setiap rangsangan di payudaraku. Tubuhku ikut menyerahkan reaksi terhadap rangsangan itu. Aku menikmati cairan kewanitaanku mulai mengalir dan mengairi vaginaku. Setelah sejumlah lama, tanganku mulai membuka pakaian Alex. Sambil terus menciumi dan menjilati kedua payudaraku, Alex membantuku membuka bajunya sampai-sampai dalam sekejab Alex berada dalam suasana telanjang bulat. Penisnya tampak berdiri tegak sebab sudah tentu dia pun dalam suasana terangsang. Bagi sementara, dia melampiaskan nafsunya untuk kedua payudaraku. Aku tidak inginkan ketinggalan. Kujulurkan tanganku guna menggapai penisnya. Setelah penisnya sedang di dalam genggamanku, aku mulai memainkan penisnya pula.

Setelah sejumlah saat lamanya, Alex mencungkil bibirnya dari payudaraku dan berkata,


“Tante, bila boleh aku juga hendak melihat memek tante”

Mendengar permintaannya ini aku segera berdiri dan mengusung rokku dengan tanganku sampai-sampai sekali lagi aku memamerkan celana dalam putihku kepadanya.

“Kamu buka sendiri celana dalam tante”, kataku.

Alex segera berjongkok di depanku dan dengan tangan yang agak gemetar meraih celana dalamku. Dengan perlahan-lahan tetapi pasti, celana dalamku melorot turun dan tidak banyak demi sedikit menunjukkan rambut vaginaku hingga akhirnya borongan vaginaku bukan lagi ditutupi oleh celana dalam putihku. Vaginaku terlihat tidak banyak basah oleh sebab cairan kewanitaaanku. Alex tidak mempedulikan celana dalam putihku tercantol di unsur lututku dan mulai meraba vaginaku.

“Tante, ini estetis sekali”, katanya sambil mengelus rambut vaginaku dengan lembut.

Aku diam saja dan kembali menikmati rangsangan yang kali ini beralih dari payudara ke vaginaku. Dengan jarinya, Alex menyodok-nyodok liang vaginaku sampai-sampai jarinya diairi oleh cairan kewanitaanku. Setelah Alex menjilati jari-jarinya tersebut sampai seluruh cairan kewanitaanku yang menempel di jarinya habis, dia pulang menyodok-nyodokan jarinya di liang vaginaku lagi. Dia melakukan urusan tersebut berkali-kali . Kelihatannya dia sangat merasakan cairan kewanitaanku. Sambil menusuk-nusuk liang vaginaku, jari-jarinya yang beda memainkan klitorisku. Rangsangan yang aku rasakan menjadi semakin hebat. Di ketika aku menikmati tubuhku menjadi semakin lemas, aku segera membaringkan diriku di atas sofa sebab rangsangan menjadi semakin kuat. Tak henti-hentinya mulutku mendesah-desah sebab merasa nikmat. Setelah puas meraba vaginaku, Alex mulai menciumi dan menjilati vaginaku. Kali ini rangsangan terasa semakin dashyat. Aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali mendesah dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sedangkan Alex terus saja menciumi dan menjilati vaginaku.

Aku yang telah dalam suasana sangat terangsang kesudahannya mulai tidak tahan.

“Lex, buka pakaian tante hingga tante telanjang bulat ..”, kataku seraya mendesah-desah.

Alex tidak menjawab, namun tangannya mulai membuka ikat pinggang rokku dan tidak lama lantas aku telah berada dalam suasana telanjang. Tidak tak sempat Alex meloloskan celana dalam putihku yang dari tadi tergantung di kedua lututku sampai-sampai tidak terdapat selembar benangpun yang tersisa di tubuhku. Alex terdiam sejenak dan memandangi tubuhku yang dalam suasana polos tanpa pakaian.

“Tante cantik sekali. Tubuh tante bagus dan sexy”, katanya.

Aku tersenyum dan berkata,

“Kalau anda suka, anda boleh menyetubuhi tante. Tante mau bersangkutan intim dengan kamu, kok..”

Dengan tersenyum, Alex lantas membuka kedua kakiku dan memposisikan penisnya di depan vaginaku. Dengan satu hentakan lembut, semua penisnya tenggelam ke dalam vaginaku yang dibuntuti oleh teriakan tertahanku sebab merasakan kenikmatan. Setelah itu, Alex mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur sampai-sampai penisnya menyodok-nyodok di dalam lubang vaginaku. Cairan kewanitaanku turut menyerahkan andil dalam menolong penis Alex supaya meluncur maju mundur dengan gampang dalam liang vaginaku ini. Kami berdua mendesah-desah sebab nikmat. Dalam posisi ini, aku merasakan orgasme berkali-kali seraya diiringi erangan-erangan dari bibirku.

Setelah sejumlah saat, Alex unik penisnya dan menyerahkan isyarat supaya aku menungging. Aku menurut keterangan dari saja. Kuputar badanku dan kutunggingkan pantatku di depannya. Sedetik kemudian, aku menikmati penisnya masuk pulang ke dalam liang vaginaku dan mulai menyodok-nyodok lagi. Rupanya Alex mengerjakan doggy style kali ini. Sekali lagi aku terjebak dalam dashyatnya kenikmatan bersangkutan intim. Beberapa kali aku menikmati orgasme yang spektakuler sebelum kesudahannya aku mendengar erangan kesenangan dari bibir Alex yang disertai dengan semburan spermanya di dalam rahimku yang menandakan bahwa kesudahannya Alex sudah mencapai kesenangan puncak pula. Sperma Alex terasa hangat di dalam rahimku. Setelah menyemburkan spermanya, Alex menarik keluar penisnya. Aku merasa bahwa ada tidak banyak sperma yang meleleh terbit dari liang vaginaku dan mengairi vaginaku unsur luar ketika penisnya tercabut. Segera saja aku menjulurkan jari-jariku ke vaginaku dan memungut lelehan sperma yang mengalir turun. Setelah jari-jariku berlumuran sperma Alex, aku mencuci jari-jariku dengan menjilat-jilat sperma yang melekatinya. Rasa sperma yang khas selalu menciptakan aku senang. Setelah itu, Aku mengembalikan badanku yang dalam suasana telanjang menghadapnya terlentang. Sisa sperma Alex yang telah tinggal tidak banyak masih tampak menempel di vaginaku unsur luar. Alex lantas merebahkan dirinya di atas badanku dan memelukku. Aku segera menjawab pelukannya. Sambil berdekapan dalam suasana telajang bulat, kami saling berciuman bibir dengan mesra untuk sejumlah saat lamanya. Perasaan yang nikmat masih tersisa salah satu kami.

Akhirnya setelah sejumlah saat, kami mendapat  kekuatan kami kembali. Kami segera bangkit dari lokasi tidur dan mulai memunguti pakaian kami yang tercecer di mana-mana. Aku segera mengenakan pulang celana dalam putih dan rokku. Setelah berlalu berpakaian, kami pulang duduk di sofa dan berbincang.

“Tante, tadi enak sekali. Tante memang nikmat”, katanya.

Aku tersenyum saja dan kemudian berkata,

“Kamu pun hebat. Kamu belajar dari mana ? Usiamu kan baru 16 tahun, namun kok kayaknya anda sudah sering mengerjakan hubungan seks ?”

“Ah, tante. Alex ini sudah tidak jarang melakukannya sama mama di rumah..”


Aku paling terkejut mendengarnya. Rupanya di samping aku, kakakku pun melakukan incest dengan anaknya sendiri. Tapi urusan ini menciptakan aku tidak banyak lega karena paling tidak kakakku tidak akan mempersoalkan hubungan seksku dengan anaknya bila dia sendiri pun melakukannya.

“Terus, mana yang lebih enak ? Mamamu atau tante ini ?”

Alex tersenyum seraya berkata,

“Kalian berdua sama-sama enak, kok.. namun kalau diajak memilih, Alex masih lebih suka melakukannya dengan tante soalnya tante lebih cantik dari mama, sih..”

“Apa anda sering mengerjakan dengan mamamu ?”

“Kalau papa ngak terdapat di lokasi tinggal aja”

Aku diam saja kali ini. Beberapa saat lantas Alex berkata,

“Tante, Alex inginkan pamit.”

“Sudah mau kembali ?”

“Iya, tante.”

“Ya, sudah bila gitu. Hati-hati di jalan, ya..”

“Ok.. Oh ya, beda kali Alex masih boleh memotret tante ?”

Aku mengangguk seraya tersenyum.

“Tentu saja, bila mau pose yang agak badung tante mau kok”, kataku.

“Bayarannya gunakan ‘itu’ ya ..”

Kali ini aku tertawa.

“Apa saja, deh..”



Alex melangkah pergi seraya melambaikan tangannya. Aku menjawab lambaiannya dan memandang dia mengemudikan mobilnya hingga menghilang dari pandanganku sebelum kesudahannya aku memblokir pintu rumahku dan menguncinya. Hari ini adalahhari yang sungguh menggembirakan bagiku sebab aku mendapat  satu teknik lagi guna memuaskan hasratku.

No comments:

Post a Comment