Aku baru saja mulai kesenangan seksual namun apa daya suamiku justeru sudah ejakulasi dahulu, sebenarnya baru mulai antara 1 – 2 menit, barangkali ini empiris baru bikin suamiku sebab kami baru menggelar pernikahan kami, sementara aku kira kira 3 tahun telah mengenal seks dan bersangkutan badan dengan lelaki yang aku sukai sebelum aku menikah.
Sehingga dengan tanpa sadar tadi juga aku menolong suamiku memasukkan kontolnya ke dalam liang memekku. Tentu saja suamiku bahkan keluargaku sendiri tidak pernah tahu tentang pengalaman seksku sekitar ini sebab dari penampilan dan aktifitasku keseharian terlihat biasa-biasa saja.
Hal tersebut dimungkinkan sebab aku hanya bersangkutan badan dengan orang yang sama terus. Walaupun demikian aku telah siapkan dalil kalau suamiku nanti mempersoalkan tidak adanya pendarahan ketika malam kesatu.
Namaku Bella, aku bekerja sebagai sekretaris di suatu perusahaan pelayaran kapal barang. Umurku masa-masa menikah ialah 28 tahun, namun aku kehilangan keperawananku pada usia 22 tahun ketika aku berkerja sebagai sekretaris di suatu perusahaan telekomunikasi. Di bawah ini ialah ceritaku tentang pengalaman seksku yang kesatu.
Hari ini ialah hari terakhir bossku terdapat di kantor cabang Bandung ini, sebab mulai kelak beliau bakal digantikan oleh orang baru yang dipilih oleh kantor pusat. Bossku memang mendapat promosi dari kepala cabang di Bandung menjadi direktur di Jakarta.
Padahal aku belum hingga dua bulan bekerja sebagai sekretaris di sini, sampai-sampai di samping harus beradaptasi dengan lokasi kerja yang baru aku pun harus beradaptasi dengan boss baru. Di lokasi kerjaku ini, aku ialah karyawan yang sangat muda sebab karyawan lainnya rata-rata 10 tahun lebih tua.
Calon boss yang baru pun sudah datang sebab hari ini bakal menjadi hari serah terima de facto kantor cabang Bandung dari boss lama ke boss yang baru. Ternyata boss baru ini masih muda, umurnya masih selama 26-27 tahun dengan badan yang tinggi tegap dan lumayan tampan dengan kumisnya yang tebal.
Pak Budi ialah nama boss baruku itu, beliau telah berkeluarga dengan dua anak ; seorang putri dan seorang putra. Pak Budi ternyata membawa gaya kepemimpinan yang sama sekali bertolak belakang dan membawa modrenisasi dalam bekerja.
Karyawan-karyawan yang asalnya terbiasa dengan kerja individual kini dipaksa kerja secara kolektif dalam sebuah team work. Semua karyawan tanpa kecuali mesti melek teknologi dan untuk tersebut boss baru tidak segan-segan turun sendiri mengajari.
Sebagai sekretaris akupun tidak sedikit belajar dari beliau tetang sekian banyak hal dan sebab aku ialah karyawan yang sangat sering bersangkutan dengan beliau pastinya aku punya paling tidak sedikit kesempatan guna belajar .
Pelahan-lahan mulai hadir rasa kagumku pada pak Budi dan mulai mengidamkan menemukan jodoh laksana beliau atau mendekati keterampilan beliau. Berbeda dengan karyawan lelaki lain yang suka memandang rendah bahkan melecehkan sesama karyawan wanita, pak Budi paling sopan untuk wanita baik tersebut karyawannya maupun bukan.
Hal ini menciptakan muncul rasa Akungku pada pak Budi sebab aku merasa dapat berlindung untuk beliau. Kombinasi rasa hormat, kagum dan Akung menciptakan aku merasa selalu hendak dekat dengan beliau, sehingga ketika kami sedang berdua aku kadang-kadang bersikap agak manja dan sepertinya beliau tidak keberatan.
Perlahan aku mulai menyaksikan bahwa pak Budi juga mulai merasa nyaman bila dekat dengan aku. Walaupun demikian peluang kami dapat berdua melulu saat sedang di kantor saja sampai-sampai semua urusan ialah berhubungan dengan kegiatan dan pak Budi tidak pernah mengupayakan mengajakku terbit berdua selain sebab urusan kantor.
Hingga pada sebuah waktu kantor Bandung mesti beraksi sebagai tuan lokasi tinggal pelatihan produk baru dari perusahaan dan pada akhir acara seluruh peserta hendak berwisata ke Ciater Subang. Walaupun aku bukan peserta training, namun sebagai wakil panitia aku mesti mendampingi mereka berwisata ke sana.
Seperti yang aku khawatirkan sebelumnya, sebagai perempuan satu-satunya dimana peserta lainnya ialah pria, aku menjadi bulan-bulanan yang ingin melecehkan. Untung saja pak Budi segera melihatnya sehingga dapat menarikku dan mengajakku kembali lebih mula karena teman-teman kantor Bandung yang beda pun tidak dapat diandalkan untuk mengayomi aku.
Akhirnya aku kembali berduaan saja dengan pak Budi dan pada peluang sepanjang perjalanan pulang ke Bandung kami manfaatkan untuk merundingkan hal-hal diluar perkerjaan bahkan ke hal-hal yang agak pribadi.
“sudah nyaris sampai Bandung nih …” kata pak Budi “Enaknya ke mana dulu ya ?”
“Lho … mengapa ga langsung kembali ? ” Kataku keheranan
“Bukankah bapak biasa terdapat acara bareng keluarga bila malam minggu seperti kini ?”
“Aku telah tanggung nih izin kembali malam ke istriku guna temenin orang-orang tadi” jelas pak Budi .
“Kalau begitu terserah bapak saja deh …” kataku dengan perasaan campur aduk antara senang bisa bareng beliau di malam minggu dengan rasa fobia bepergian dengan suami orang.
“Baik… Jadi malam ini anda akan malam mingguan berdua ya ” Sahut beliau seraya tersenyum. Malam tersebut kami laksana orang yang baru jadian pacaran, walaupun masih serba canggung tapi sarat dengan gairah yang menggebu.
Apalagi beliau pun langsung bergerak cepat dengan tanpa ragu-ragu lagi untuk mendekap dan menciumi pipiku masing-masing ada kesempatan. Menjelang tengah malam pak Budi mengantarkanku kembali dan guna kesatu kalinya aku menikmati ciuman bibir dari laki-laki di dalam mobil sesaat sebelum masuk ke rumah.
Semalaman aku nyaris tidak dapat tidur sebab semua kejadian sejumlah jam bareng bossku tersebut seperti diputar berulang-ulang dikepalaku. Perasaanku paling bahagia sebab langsung dimabuk cinta walaupun tersebut cinta terlarang.
Selama ini aku tidak pernah benar-benar pacaran dengan sejumlah pria yang bergantian mengupayakan mendekatiku, mereka melulu aku jadikan rekan dekat hingga mereka menjauh sendiri. Sejak hari tersebut pak Budi tidak jarang kali mengajakku terbit setiap hari Sabtu, kebanyakan melulu dari pagi hingga sore, jarang sekali bermalam mingguan lagi.
Kadang-kadang kami pun keluar malam sepulangnya dari kantor guna nonton filem di bioskop atau santap malam bareng. Walaupun demikian aku memandang kami telah “jadian”, lagipula pak Budi telah mengajari aku berciuman bibir dengan permainan lidahnya.
Tidak hingga sebulan payudaraku telah mulai di remas-remasnya saat kami berciuman. Waktu kesatu kali dilaksanakan hanya dari luar baju tapi guna yang selanjutnya telah merogoh langsung ke balik BHku sesudah melepas kancing baju dan mengusung cup BHku.
Terus cerah aku sama sekali tidak menyerahkan penolakan atas aksi bossku yang ini sebab aku sendiri paling menikmatinya, lagipula kalau remasannya diselingi permainan jari-jarinya pada putingku. Tidak puas dengan meremas payudaraku, beliau pun mulai mengusap-usap memekku bila aku kebetulan sedang menggunakan rok.
Untuk aksi beliau ini aku sempat menolak sebab aku masih perawan dan tersebut yang kusampaikan kepadanya, namun bossku bilang bahwa dia melulu akan mengusapnya dari luar celana dalam saja tidak hingga menyentuh langsung memekku.
Walaupun tadinya ragu-ragu tapi kesudahannya aku “mengijinkannya” lagipula ternyata sentuhan beliau pada memek menciptakan aku mulai mengenal apa yang namanya orgasme.
“Bapaaaa… Bella telah ga tahaaannnn” itulah teriakan khasku pada saat menjangkau orgasme yang terasa laksana sangat hendak pipis tetapi sarat kenikmatan. Kata bossku aku memiliki libido yang tinggi karena lumayan dengan ciuman panjang dengan remasan di payudara dan permainan jari diluar memek, aku dapat mencapai orgasme berkali-kali hingga celana dalamku basah kuyup laksana ngompol namun cairannya lebih kental dan paling lengket.
Sebenarnya aku paling risi sebab kami tidak jarang kali melakukannya di dalam mobil yang diparkir di lokasi umum atau di ruangan beliau di kantor. Apalagi seringkali dalam sekejap pak Budi dapat membuat bajuku berantakan.
Tapi dengan hubungan cinta terlarang laksana kami nyaris tidak barangkali melakukannya di lokasi tinggal sampai kesudahannya tiba hari tersebut … Pada sebuah hari aku beri tahu pak Budi bahwa pada minggu ini aku melulu hanya sendirian di lokasi tinggal sampai hari Minggu sebab orang-orang lokasi tinggal sedang mudik ke Bumi Ayu (Jawa Tengah) dusun halamanku.
Jadi aku menawarkan ke beliau guna kencan di rumahku saja sekalian mendampingi aku mengawal rumah. Saat tersebut hubungan kami telah berjalan nyaris tiga bulan dan aku sama sekali tidak memikirkan bisa jadi apa yang bakal terjadi kalau melulu berduaan dengan bossku di lokasi tinggal yang kosong.
Hari Sabtu pagi aku telah tak sabar menantikan pak Budi di rumahku, terdapat perasaan senang di hatiku sebab akan dapat berkencan dengan beliau tanpa terdapat rasa cemas seperti yang biasa kami lakukan. Rasa senang ini memunculkan rasa kangen yang amat sangat untuk pak Budi, sebenarnya baru kemarin kami bercumbu di mobil ketika diantarnya pulang.
Akhirnya beliau datang pun dengan menenteng satu kantung kecil warna gelap (yang belakangan kuketahui mengandung kondom dan pelumas). Sesuai permintaanku sebelumnya beliau memarkir mobilnya agak jauh dari rumahku agar tetap memberi kesan rumahku kosong sampai-sampai kencan kami tidak terganggu oleh saudara atau rekan yang tiba-tiba datang berkunjung.
Setelah mengunci pagar dari arah luar dan mengunci pintu masuk, aku langsung menubruk dan mendekap pak Budi yang saat tersebut sedang menempatkan kunci mobil dan tas kecilnya di atas meja makan. Beliau langsung membalasnya dengan menciumku sarat kehangatan seolah-olah pun baru bertemu pulang denganku.
Dengan tanpa mencungkil pangutan dibibir, kami lantas bergerak guna duduk di karpet depan pesawat TV. Pak Budi sengaja mendudukkan aku di atas bantal-bantal yang ada agar tinggi kami menjadi seimbang.
Setelah puas melepas kangen dengan berciuman, pak Budi lantas melepas bajuku lantas BHku juga dilepasnya sampai-sampai bagian atas tubuhku sekarang telanjang. Aku hanya dapat tertunduk malu sebab selama ini belum pernah bercumbu hingga benar-benar mencungkil baju.
Setelah aku tunggu sejumlah saat aku mulai merasa heran sebab pak Budi tidak pun segera bertindak setelah menelanjangi unsur atas tubuhku. Aku jajaki memberanikan diri mengusung mukaku untuk menyaksikan ke arah beliau, ternyata pak Budi sedang meneliti dengan cermat payudaraku dengan ekspresi kagum.
Bossku ini rupanya pun sudah melepas baju atasnya sampai-sampai kami sama-sama bertelanjang dada sekarang. “Bella, aku baru sadar ternyata besar sekali payudara anda !” kesudahannya beliau berkomentar
“Bukan sebatas besar namun benar-benar nyaris bulat sempurna dengan letak putting di tengah-tengah”
“Ba .. bapa gak suka ?” kataku agak khawatir sebab aku tahu ukuran payudara istrinya termasuk normal sementara semua wanita di keluargaku payudaranya memang besar-besar, bahkan ukuran payudaraku masih termasuk kecil kalau dikomparasikan mereka.
“Aku suka sekali, terutama sebab bentuknya yang benar-benar membulat” Jawabnya “Hanya saja Aku kaget sebab tidak menduga sebesar ini khususnya kalau disaksikan dari ukuran tubuh anda yang kecil”
“Tapi yang jelas payudara anda sangat kenyal” lanjutnya seraya tersenyum badung “Sehingga terlihat tidak jarang kali membusung walaupun telah tidak memakai BH lagi” Sambil bicara pak Budi mulai memegang-megang kedua payudaraku dengan kedua tangannya lantas langsung memangut bibirku.
Ciuman beliau kali ini tidak melulu ke bibir saja, tapi pun pada kupingku leherku, dadaku dan pun putting payudaraku yang berwarna coklat kehitaman. Remasan pada satu payudara bersamaan dengan isapan-isapan yang disertai gigitan kecil pada putting payudara yang lainnya menciptakan aku dengan cepat merasa melayang.
“Ahhhh… ahhhh…bapaaaa…aaahhh” Celotehku dengan mulut yang menganga dan mata yang susah konsentrasi karena mendapat kesenangan yang datang tiba-tiba. Posisi tubuhku lantas dirubah menjadi separuh berbaring sampai-sampai bossku dapat lebih leluasa mencumbuku.
Nafsu berahiku bertambah dengan cepat, aku mulai menikmati celana dalamku menjadi lebih lembab oleh cairan yang terbit di sana. “Bapaaaaa …. Bella telah ga tahaaaan ….” Teriakku laksana biasa bila sudah menjangkau orgasmeku.
Saat tersebut aku hendak pak Budi mengelus-elus memekku yang basah dari luar celana dalamku, tapi kini beliau tidak melakukannya barangkali kah sebab aku masih gunakan celana jeans ? Tapi sebab berahiku telah sampai ke ubun-ubun maka aku tarik tangan kanan pak Budi ke arah selangkanganku sebagai isyarat keinginanku.
Beliau rupanya dapat menangkap maksudku, tapi sebab terhalang oleh celana jeans maka beliau berinisiatif membuka kancing celanaku dan resletingnya dengan satu tangannya supaya dapat menjangkau celana dalamku.
Pinggang celana jeansku yang tinggi (sampai pusar) rupanya masih menyulitkan beliau sampai-sampai membuatnya jadi tidak sabar. Beliau kemudian berhenti mencumbuku dan dengan gerakan cepat beliau unik celana jeans dan celana dalamku sekaligus hingga terlepas.
Tidak berhenti di sana, pak Budi pun lantas melepaskan celana dan celana dalamnya sendiri dengan masih dalam posisi duduk di karpet sampai-sampai kami berdua kini dalam situasi telanjang bulat. Tubuhku yang telanjang berada dalam posisi badan separuh terbaring di karpet bersandar pada bantal dengan kedua kaki yang mengangkang.
Saat tersebut aku telah tidak begitu peduli dengan keadaanku sebab yang aku inginkan ialah pak Budi segera mengelus-elus memekku laksana biasanya. Tanpa menantikan lama-lama pak Budi langsung menindih lantas menciumi bibirku sementara tangan kanannya mengelus-elus memekku tanpa terhalang celana dalam lagi.
Sentuhan langsung tangan bossku pada memek ternyata terasa jauh lebih nikmat dari seringkali sehingga tensi berahiku mulai meninggi lagi sesudah orgasme kesatu tadi. Apalagi ketika pak Budi memakai jari-jarinya mempermainkan kelentitku seraya menggesek-gesek liang memekku yang telah semakin basah.
“Hhhhmmmmpphhh …. Hmmmmmppphhhh…..” jeritanku masih terbendung oleh ciuman pak Budi. Beliau kemudian berpindah menciumi dan menjilati kedua putting payudaraku secara bergantian menciptakan tubuhku bergelinjang dengan hebat sebab diserang rasa geli yang menimbulkan kesenangan yang luar biasa. Jari-jarinya yang terdapat di memek pun terus bertindak dengar berputar-putar di dekat liangnya sampai-sampai memekku terasa mulai merekah dan semakin basah.
“Ahhhh….bapa …ahhhh …. Ahhhhh … enaakkk … ahhh “ Aku hanya dapat menjerit-jerit sebagai ekspresi kenikmatan. Pak Budi ialah laki-laki kesatu yang aku anggap sebagai pacar dan pun yang kesatu menyentuh tubuhku.
Cara beliau memperlakukanku menciptakan aku tidak dapat menolak permintaannya, bahkan membuatku tidak jarang kali ketagihan dan memimpikan beliau melakukannya lagi, lagi dan lagi. Walaupun sekitar tiga bulan perpacaran keperawananku masih belum terusik, namun kali ini jadi beda ceritanya … “Ga tahan pa … Bella telah ga tahan Bapa …. ooohhhhh” Teriakku saat menikmati orgasme lagi.
Setelah mengejang sejumlah kali sebab kenikmatan spektakuler yang kurasakan, tubuhku menjadi lemah lunglai. Aku mengusung kedua tanganku ke arah beliau sebagai tanda hendak dipeluk, namun pak Budi justeru bangun dan berlutut diantara kedua kakiku sambil unik kakiku tidak banyak untuk menciptakan posisiku badanku berbaring secara sempurna.
Kedua kakiku dipentangkannya lebar-lebar dan tanpa ragu-ragu beliau langsung memangut memekku dengan bibir dan lidahnya sampai-sampai sekarang kepala bossku tersebut ada diselangkanganku.
“Bapa apa yang ….Uuuuhhhhhh …..akkkkhhhhhhhh…..shhhhhhhh” aku sempat kaget dan hendak bertanya apa yang dilakukannya tersebut tapi sebelum kalimatku menyeluruh aku telah disergap lagi rasa nikmat dari permainan lidah dan bibir beliau di memekku. Bibirnya mulai menciumi kelentitku sementara lidahnya menari-nari menjelajahi sisi dalam memekku yang telah mulai merekah.
Kadang-kadang ujung lidahnya terasa bergerak terbit masuk kedalam liang memekku yang walaupun tidak masuk terlampau dalam tapi menyebabkan sensasi yang luar biasa. Aku mulai menggerak-gerakkan pinggul dan pantatku mengekor tarian lidahnya sementara kedua tanganku meremas-remas rambut bossku dengan gemas.
Pak Budi laksana tidak memperdulikan cairan memekku yang semakin membanjir dan bibir memekku semakin membengkak . Beliau bahkan mulai menggigiti kelentitku dan diselingi sapuan lidahnya yang kasar mengelilingi kulit kelentik yang sensitif menciptakan tubuhku mulai bergetar dengan hebat menyangga rasa nikmat yang dahsyat.
“Akkkkkhhhhhhhhhhh……ga tahan… bapa …Bella ga tahan lagi …….akkkkkkhhhhh” Aku merintih dengan badan nyaris melenting sebab nikmatnya. Pada ketika nafasku masih mengejar dan tersengal-sengal sebab dihantam kenikmatan, aku lihat pak Budi berpulang kepada posisi berlutut dan masih berada diantara kedua kakiku.
Kemudian beliau maju lebih menghampiri ke selangkanganku seraya tangan kanannya laksana menggenggam sesuatu yang lantas diarahkannya pada memekku. Aku belum pernah menyaksikan kemaluan atau kontol orang dewasa, aku melulu pernah menyaksikan kontol anak kecil keponakanku ketika aku diminta memandikan mereka.
Walaupun format dan ukurannya jauh berbeda, namun aku yakin “benda” yang dipegang beliau itu ialah kontolnya sendiri. Pengetahuan seksku memang paling minim bila tidak dapat dibilang nol, namun naluriku menuliskan bahwa pak Budi kini sedang berniat menyetubuhi aku.
Seketika timbul rasa takutku dan pun rasa menyesal sebab telah mengundang pak Budi ke rumahku yang sedang kosong agar kami dapat bercumbu lebih bebas. Tapi badanku sudah paling lemas sebab tiga kali orgasme dan rasa fobia membuatku justeru semakin lemas saja sampai-sampai akhirnya hanya dapat merasa pasrah kepada suasana ini.
Aku melulu mencoba memejamkan mata agar pikiranku tidak merekam kenangan visual dari peristiwa yang barangkali kuanggap bakal kusesali seumur hidup. Kurasakan pak Budi telah berada di atas tubuhku dengan bertopang pada tangan kirinya, sementara tangan kanannya membawa kepala kontolnya bergesekan dengan kelentitku.
Rasa nikmat yang ditimbulkannya sedikit tidak sedikit mulai meminimalisir rasa gelisah dampak ketakutanku tadi. Pak Budi pun kadang-kadang membawa kontolnya ke muka liang memekku dan mengerjakan gerakan berputar seolah-olah hendak membesarkan ukuran liangnya yang setahuku paling sempit.
“Shhhhhhh…shhhhh…shhh…” Tanpa dapat kucegah mulutku menerbitkan suara desisan nikmat yang seirama dengan gerakan tangan kanan beliau. Tiba-tiba aku menikmati kepala kontol pak Budi bukan lagi berputar-putar dimulut liang memekku, namun aku menikmati kontol pak Budi itu mulai terasa dijejalkan masuk ke dalam liang memekku.
Daging kontol beliau yang padat terasa menyakitkan saat menginjak liang memekku yang telah merekah basah dan licin.
“Aduuuuuhh….sakiiit …aduuuhhh…bapa…sakit sekali …aduuhhhh” Aku hanya dapat mengaduh pelan-pelan seraya mengusung kedua tanganku guna berpegangan pada pinggiran bantal yang menahan kepalaku sehingga dapat meremas-remasnya ketika merasa sakit.
JLEPPPPP…. Seluruh batang kontolnya kesudahannya masuk dengan sempurna dengan tidak terlampau sulit sebab sudah “siap” dampak cumbuan-cumbuan spektakuler yang dilaksanakan tadi.
“Sakit ya Akung ?” Tanya bossku sambil membetulkan posisi badannya tanpa merubah posisi kontolnya dalam liang memekku. Aku melulu mengangguk perlahan dan tanpa terasa terdapat butir-butir air mata hadir di ujung mataku yang terpejam.
Pak Budi dengan lembut menghirup air mata pada ujung mataku dan mengelus-elus rambutku yang panjang dan tebal.
“Uuuuhhhhhh ….” Aku pulang mengeluh pelan ketika pak Budi mulai mengerjakan gerakan maju mundur pada kontolnya dengan perlahan. Beliau kemudian memelukku dengan erat sampai-sampai kedua tanganku pun kini dalam posisi melingkari punggungnya.
Rasa sakit tersebut lama-lama kian berkurang dan berganti menjadi rasa nikmat jauh melebihi yang pernah kurasakan sebelumnya.
“ Aarkkkhhh … arkkhhhhh ….arkkkhhh….” aku menerbitkan erangan yang terdengar mengherankan saat pak Budi mulai mempercepat gerakannya seraya tetap dalam posisi memelukku.
“Bapaaaa … aduuuhhh…. bapaaa …Bella telah gak tahaaaannn” Hanya dalam sejumlah menit saja aku telah meneriakan ucapan-ucapan orgasmeku yang khas. Pak Budi membalasnya dengan gerakan yang kian cepat dan diselesaikan dengan hujaman yang dalam dan dilanjutkan dengan gerakan kontol berputar-putar seakan-akan mau membuka lobang rahimku.
Aku hingga mengejang-ngejang kesenangan sambil mengusung-angkat pantatku guna mengimbangi gerakannya, sementara kedua tanganku sekarang berpindah meremas-remas pantatnya beliau.
“Ooohhhhhhhhh…….” Akhirnya aku pulang tergolek lemas sebab kenikmatan, pak Budi juga menghentikan gerakannya setelah menyaksikan reaksiku. Aku buka mataku dan menyerahkan senyumanku yang sangat manis untuk bossku yang sudah memberikan kesenangan yang spektakuler dan secara ajaib menghapus sama sekali rasa menyesal yang sebelumnya kurasakan.
Lalu kami berciuman lumayan lama seraya saling mengelus muka dan rambut masing-masing. Setelah puas berciuman pak Budi lantas melepas pelukannya dan duduk tegak tanpa mencungkil kontolnya dari memekku.
“Bella, coba anda lihat darah perawan kamu” Ajak pak Budi Aku jajaki mengusung badanku tidak banyak dengan ditopang kedua tanganku sambil menyaksikan ke arah selangkanganku. kontol pak Budi melulu terlihat pangkalnya saja sebab sisanya masih sedang di dalam liang memekku.
Selain sarat dengan urat-urat yang menonjol, pada kontolnya pun terlihat tidak banyak cairan berwarna merah pada sejumlah bagiannya. Noda merah yang sama aku lihat pun pada bulu kemaluanku, perutku, paha sebelah dalam dan perutnya pak Budi.
Rupanya itulah yang dinamakan darah perawan atau darah malam kesatu oleh orang-orang sekitar ini. Sebagai wanita suku Jawa, warna kulitku lebih gelap dari perempuan suku Sunda, demikian pun dengan kulit kemaluanku yang berwarna merah gelap hingga kebagian dalamnya sampai-sampai bercak-dercak darah tersebut tidak terlampau terlihat bila tidak diacuhkan dengan seksama.
Belum sempat aku membuka mulut untuk menyerahkan komentar, beliau telah mulai mengerakkan lagi kontolnya maju mundur yang membuatku darurat berbaring kembali. Kedua kakiku satu persatu beliau naikkan ke atas bahunya sampai-sampai badanku menjadi nyaris terlipat dalam tindihan pak Budi.
Dalam posisi seperti tersebut pak Budi memompa kontolnya kian lama kian cepat sehingga menciptakan tubuhku terguncang-guncang. “Oooowww ….ahhhh…aawww” aku menjerit kenikmatan
“Bapaaa..aa..aa..aa … nii… iii..kk…mmmaa…aaa..aatttt…sssee …eee…kkkaa…aaa…llliiiii…” suaraku jadi terputus putus sebab kerasnya goncangan badanku. CROT … CROT …CROT …CROT … aku mulai mendengar bunyi laksana air becek yang ditepuk-tepuk dengan keras.
Belakangan aku ketahui itu ialah bunyi dari cairan yang telah memenuhi memekku dipompa dengan keras oleh kontolnya pak Budi hingga berbuih-buih. Badan kami kurasakan mulai berkeringat sampai-sampai terlihat mengkilat, setetes dua tetes keringat pak Budi mulai jatuh ke tubuhku.
Tak berapa lama lantas keringat pak Budi semakin membanjir dan mengalir deras ke perutku bercampur dengan keringatku sendiri .
CROT…CROT …CROT… CROT …CROT… bunyi tersebut semakin keras Rasanya aku nyaris tak sadarkan diri sebab gelombang demi gelombang nikmat yang kian lama kian besar seakan-akan tidak aka nada batasnya.
Tapi tiba-tiba aku menikmati tubuh pak Budi mulai bergetar, pompaan kontolnya kian tidak tertata iramanya.
“Bella …. Aku inginkan keluarrrrr …” teriak pak Budi yang saat tersebut aku tidak tahu artinya. Kurasakan pak Budi mengurangi kuat-kuat kontolnya di dalam memekku, tak berapa lama lantas kontolnya terasa berdenyut denyut dengan powerful lalu laksana memuntahkan sesuatu yang hangat berkali kali di dalam tubuhku.
Denyutan pada kontol beliau yang disertai semburan cairan hangat itu melipatgandakan kesenangan yang tengah kurasakan.
“Bapppaaaaa … Oohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ……” akupun menyusul menerbitkan lenguhan kesenangan yang panjang hingga semburan dari kontol pak Budi berhenti. Tubuh pak Budi kemudian ambruk keletihan menimpa tubuhku sesudah sebelumnya menurunkan kedua kakiku dari bahunya.
Untuk sejumlah saat pak Budi tidak bereaksi sama sekali, sampai-sampai aku jajaki peluk beliau erat-erat seraya mengelus-elus kepalanya dengan sarat kasih Akung. Beberapa saat lantas beliau mulai bergerak bangun dan langsung menghirup bibirku.
“Bella, kamu dapat merasakan kenikmatannya Akung ?” Tanya beliau dengan separuh berbisik ditelingaku. AKu melulu mengangguk pelan seraya tersenyum untuk beliau.
“Sekarang bapa sudah menyantap milik Bella yang sangat berharga dan melulu ada satu-satunya” Kataku secara spontan yang dibalas dengan senyuman dan ciuman dari pak Budi.
“Tapi sebagai gantinya tadi Bella telah merasakan kesenangan yang luar biasa” lanjutku “Jadi Bella sebetulnya tidak tahu apakah mesti meyesal atau berterima kasih” Sekali lagi beliau menjawabnya dengan tersenyum seraya memandangku dengan mesra sampai-sampai aku menjadi jengah sendiri sampai tertunduk malu.
Kembali aku dihujani dengan kecupan-kecupan kecil dan ciuman-ciuman pendek yang paling berarti bagiku.
“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhh….” Jeritku tertahan saat tiba-tiba pak Budi unik kontolnya keluar. Pak Budi lantas berdiri dan berlangsung ke halaman belakang untuk memungut selembar handuk yang sedang dijemur di sana, lantas dengan halus beliau menyeka keringatku dan keringatnya sendiri dan terakhir menyeka memekku dan kontolnya.
Hari tersebut kami bertelanjang bulat seharian sekitar di dalam rumah, baik tersebut waktu memasak di dapur, santap siang , nonton TV ataupun ketika sekedar mengobrol berdua. Kondisi kami yang bertelanjang bulat menciptakan kami selalu gampang terangsang lagi guna bersetubuh, sampai-sampai antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya kami selingi dengan bersetubuh.
Dalam persetubuhan-persetubuhan lanjutannya itu, beliau selalu memakai kondom yang dibawanya. Waktu tersebut aku dengan polosnya memprotes pemakaian kondom sebab mengurangi kesenangan bersetubuh sebenarnya waktu persetubuhan yang kesatu beliau tidak memakai kondom tersebut.
Sambil nyengir beliau menyatakan bahwa yang kesatupun seharusnya beliau menggunakan kondom, namun beliau cemas aku keburu sadar dan menampik meneruskan ketika beliau sedang memasang kondomnya. Menjelang malam pak Budi kesudahannya pamit kembali setelah total empat kali menyetubuhiku sepanjang hari tadi.
Hubungan kami selanjutnya semakin “panas” sebab untuk dua tahun kesatu aku benar-benar ketagihan guna bersetubuh dan untuk tersebut aku mau disetubuhi dimanapun dan dalam segala kondisi, pasti saja melulu dengan pak Budi saja.
Seringkali aku di kantor mohon di setubuhi seraya berdiri atau dalam posisi menungging di meja dengan berpakaian lengkap. Kalau aku sedang mendampingi pak Budi ke luar kantor atau ketika diantar kembali sorenya, kadang aku suka merengek mohon mampir ke hotel melati atau motel guna memuaskan berahiku.
Tidak terhitung pula persetubuhan yang kami kerjakan di dalam mobil yang seringkali kami parkir areal parkir umum yang luas namun gelap. Pak Budi tidak pernah menampik permintaanku, namun beliau mengharuskan aku guna selalu membawa kondom di dalam tasku sebab beliau tidak dapat membawa persediaan kondom yang mencukupi tanpa ketahuan istrinya.
Tapi nafsu berahiku yang terlampau tinggi ini kesudahannya membawa dampak fatal saat aku memaksa guna tetap disetubuhi pada ketika persediaan kondom sudah habis. Saat tersebut aku meminta bersetubuh dengan posisiku di atas dan pada ketika pak Budi bakal ejakulasi aku tidak mengindahkan isyarat pak Budi untuk menarik keluar memekku dari kontolnya sebab aku belum menjangkau orgasmeku yang ketiga sampai-sampai akhirnya sperma beliau tumpah di dalam tubuhku.
Akibatnya dua bulan lantas aku hamil ! Rasa bersalah membuatku tidak berani langsung membicarakannya untuk pak Budi sampai-sampai janinku semakin membesar. Pak Budi kesudahannya mengetahui pun setelah beliau merasa heran sebab aku mau disetubuhi pada tanggal-tanggal seringkali aku mendapat haid dan pun merasakan payudaraku semakin membesar.
Karena kandunganku yang mulai besar, pak Budi membawaku ke dokter kandungan guna digugurkan dengan teknik yang aman. Dokter itu mau mengerjakan tindakan aborsi sebab aku dinyatakan sebagai istri muda beliau yang tidak diijinkan punya anak oleh istri tuanya.
Sangat ironis memang … Kehamilan yang tidak dikehendaki dan aborsi yang aku kerjakan membuat Pak Budi memintaku guna memasang IUD sampai-sampai kami berdua bukan lagi perlu cemas akan kebobolan. Sehingga kini kegiatan seks kami berdua terasa kian intensif dan tanpa disadari mulai terlampau demonstratif yang menciptakan orang-orang kantor mulai bertanya-tanya adanya hubungan istimewa diantara kami.
Akhirnya guna mencegah ketidakpercayaan orang-orang kantor yang tidak jarang melihatku terbit dengan nafas mengejar dan lipstik memudar dari ruangan bossnya nyaris dua kali sehari, pak Budi merekomendasikan aku ke perusahaan beda yang dikelola pelanggan perusahaan kami.
Kemudian aku dikontrakkan kamar kos yang memungkinkan beliau datang kapan saja. Hampir masing-masing sore sepulang dari kantor beliau datang menyetubuhiku sebelum kembali ke rumahnya dan kadang-kadang pagi-pagi pun datang mengantarku ke kantor sesudah bersetubuh dulu tentunya.
Setelah nyaris empat tahun bersangkutan dengan pak Budi tanpa kedudukan yang jelas, kesudahannya aku menerima lamaran dari rekan SMAku yang inginmengajakku menikah tanpa melalui pacaran.
Mulanya pak Budi keberatan dengan keputusanku, tapi kesudahannya beliau inginkan menerimanya sesudah aku berjanji inginkan tetap melayaninya bila diminta. Hal tersebut memang dapat aku buktikan, bahkan ketika aku sedang hamil anak kesatuku, aku tetap mau bersetubuh dengan beliau.
Aku memang tidak pernah dapat melupakan mantan bossku ini, bukan sebab beliau orang yang sudah merengut keperawananku, tapi sebab aku memang mencintainya.
No comments:
Post a Comment