Tuesday, January 1, 2019

Cerita Dewasa Panas Pengalamanku Bertempur Setelah Sekian Lama Tidak Berhubungan Badan


Sedangkan sudah belasan tahun meninggalkan Bandung keterikatanku terhadap kota kembang itu tak seperti itu saja lepas, khususnya sesudah kegagalan rumah tanggaku. Dalam setahun saya sempatkan 2-3 kali berkunjung ke Bandung bernostalgia bersama kawan-kawan yang konsisten bertahan tinggal disana selepas kuliah.

Padahal kesemrawutan kota Bandung agak mengurangi kenyamanan tapi konsisten tak mengurangi keinginanku untuk berkunjung. Banyak perubahan terjadi, Jl. Dago-juga daerah2 yg saya ucap kota lama-Cipaganti, Cihampelas, Setiabudhi, Pasteur dan tempat lainnya yang hancur keasriannya demi “pembangunan” tapi ada dua hal yg masih bertahan, makanannya yang nikmat dan bervariasi dan..wanitanya yang familiar menawan. “Di Bandung, sebagian kali kita melangkah akan senantiasa berjumpa wanita menawan” anekdot kawan-kawan dan itu hampir sepenuhnya benar.

Oktober 1998 dengan kereta Parahyangan siang saya berangkat ke Bandung, tamasya “nostalgia” senantiasa saya lakukan dikala weekday menghindari hingar bingar Bandung dikala weekend. Sesudah menyimpan ransel bawaanku, menghempaskan tubuh dibangku dekat jendela dan segera membuka novel John Grisham kegemaranku. Belum lagi selesai membaca satu paragraph saya dikagetkan sapaan bunyi halus: “Maaf, apakah tak keberatan jika kita bertukar kursi?” saya menelentang, terkejut dan terpana! seperti itu mengenal si pemilik bunyi. ” Hmm..sure..ehh maaf..tak, maksud aku tak apa-apa” jawabku dengan gagap.

Ia cukup tinggi untuk ukuran wanita Indonesia lebih kurang 170, putih, perawakan yang proporsional dengan rambut hitam lurus sebahu bak bintang iklan shampoo! Umurnya kaprah-kaprah sekitar akhir 20an mengenakan pakaian krem ketat dan celana hitam yang juga ketat sehingga memperlihatkan seluruh lekak-lekuk tubuhnya! Dikala saya berdiri bertukar kursi, semilir tercium wangi-wangian parfum lembut yang entah apa merknya, yang pasti tepat sekali dengan penampilannya.

“Maaf mengganggu kenyamanan Anda tetapi aku seringkali tertidur dalam perjalanan, jika dekat jendela lebih gampang menyandarkan kepala” Dia membeberkan sambil minta maaf.
“Ngga apa-apa kok” sahutku, bagaimana mungkin menolak permintaannya gumamku dalam hati. Sesudah selesai merapihkan bawaannya Iapun duduk dan membuka Elle edisi Australia yang dibawanya. Kamipun karam dengan bacaan masing-masing. Berharap rasanya saya menutup John Grisham-ku dan mengawali diskusi dengannya tapi memperhatikan Dia seperti itu asik dengan Elle-nya niat itu bahkan saya urungkan. Peluang itu timbul dikala orderan makanan kami tiba,
“Menyukai juga roti isi” tanyaku membuka diskusi
“Iya, entah mengapa saya menyenangi sekali roti isi di kereta, sedangkan rasanya lazim-lazim aja” jawabnya
“Mungkin suasana kereta membuatnya nikmat” lanjutku sekenanya
“Mungkin, oh ya Mas kenalkan aku Vini” sambil menjulurkan tangannya
“Reno, ngga pake Mas” sahutku sambil menyambut tangannya
“Hihihi” tawanya renyah “Kau lucu juga, dalam rangka apa ke Bandung”
“Main-main aja kangen sama Bandung dan kawan-kawan” jawabku.
“Vini sendiri ke Bandung dalam rangka apa” tanyaku.
“Tugas kantor” jawabnya singkat tegas sepertinya tidak mau untuk menyebutkan pekerjaannya.


“Tinggal dimana Vin di Bandung” Dia menceritakan salah satu hotel berbintang di Dago
“Lho kok sama? saya juga di kamar 313” suatu kebetulan yg mengagetkan
“Oh ya?!! satu lantai pula” ujar Vini tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Selepas makan kami tak lagi membuka bacaan masing-masing, obrolan-obrolan mengalir dengan lancar disisipi dengan joke-joke jahil yang rupanya disukainya. Perbendaharaanku yang satu ini cukup lumayan banyak, sisa perjalanan rasanya seperti cuma kami yang ada dikereta. Vini malah tak lagi malu untuk memukul pundak atau mencubit kecil lenganku manakala ada joke yang “amat” jahil. Tanpa terasa kami tiba di stasiun Bandung pas jam 16.30, kami naik kendaraan beroda empat jemputan hotel sambil terus beramah-tamah dengan lebih akrab lagi.

Di hotel kami berpisah, kamarku dikanan lift sementara Vini dikiri. Dikamar saya segera merebahkan diri membayangkan Vini dan mengingat-ingat seluruh kejadian di kereta, di kendaraan beroda empat dan di lift saya menetapkan untuk mengajaknya makan malam atau jalan-jalan malah jika dapat lebih dari itu. Maka saya urungkan menghubungi kawan-kawanku. Dan terlelap dengan senyum terukir di bibirku.

Jam 19.00 saya dikagetkan oleh dering telepon, belum lagi ‘napak bumi’ saya angkat telepon
“Hallo” jawabku dengan bunyi ngantuk.
“Hi Ren tidur ya?sorry ganggu” terdengar bunyi halus diseberang.
Vini!! segera saya bangkit “Is ok, saya juga niatnya bangun jam segini tetapi lupa pesan di front office tadi” jawabku. “Ada apa Vin?”
“Kau jadi ngga ketemuan sama kawan-kawan Ren?”
“Hmm..saya belum sempat call mereka, ketiduran”
“Gimana jika malam ini datang sama saya, soalnya saya ngga jadi dinner meeting”
“Sayangkan dandananku jika patut dihapus” lanjutnya dengan tawanya yang khas
Saya shock memperdengarkan ajakannya hingga-hingga tak tahu patut berkata apa
“Halloo..anybody home? Kok membisu sih?” serunya, mengagetkan
“Ooohh maaf..terkejut..soalnya surprise..kaya ketiban bulan, diajak datang bidadari” jawabku. “Dasarr..kau tuh..ketiban saya baru rasa, pesat mandi dong, casual aja ya” menutup diskusi.

Tak usah diperintah dua kali akupun segera mandi, keramas, berpakaian casual, parfum disemua ‘sudut’ tubuh dan segera menuju kekamarnya. Dikala pintu terbuka saya cuma dapat ‘melongo’ memperhatikan penampilannya yang ‘casual’, Vini mengenakan rok jeans sedikit diatas lutut dengan dengan belahan dipaha kiri depan yang cukup tinggi, atasan t-shirt merekat ketat ditubuhnya dengan bahu terbuka, sungguh panorama yg menyekat kerongkongan. “Hii..kok bengong lagi sih” tegur Vini menyadarkan saya dan kamipun seketika bergegas. Sesudah puas menyantap soto sulung dan sate ayam dipojok jl. Merdeka kami lanjutkan menghabiskan malam disalah satu resto di tempat Gatsu, Vini memilih seat di bar yang agak memojok dengan sinar lampu yang minim. Saya mengorder tequila orange double dengan ekstra es sementara Vini memilih illusion, hentakan musik yg keras membikin kami patut berbincang-bincang dengan merapatkan kuping dengan lawan bicara, dikala itulah, saya mengecup wangi-wangian parfum malamnya, ditambah dengan napas yang menerpa telingaku dikala berbincang-bincang membikin sensor birahiku menangkap sinyal yang menggetarkan komponen peka ditubuhku.

Waktu band memainkan nyanyian yang disukainya Vini turun dari bangku, bergoyang meniru melodi nyanyian, sebuah panorama yang menakjubkan, gerakan pundak telanjangnya, tangannya dan pinggulnya seperti itu selaras. Erotis tapi tak memberikan kesan vulgar, dan dikala kami ‘turun’ ditempat (bukan di dance floor)-lebih pas disebut berpelukan dengan sedikit gerakan-buah dadanya kadang-kadang meraba tubuhku, saya menikmati getaran-getaran halus dan hangat menjalar diseluruh tubuhku. Entah pada ‘turun’ yg keberapa kali saya memberanikan diri, kukecup lembut lehernya dan..”Ehh..” cuma itu yg keluar dari bibirnya yang sensual. Seolah memperoleh ijin akupun memeluknya lebih erat serta sekilas mencium lembut bibirnya, sesudah itu Vinilah yang memberikan ciuman-ciuman kecil di bibirku..Malam yang menawan.

Sebelum tengah malam kami meninggalkan resto, dalam taksi menuju hotel Vini menyandarkan kepalanya di dada kananku, kans ini tak saya sia-siakan, kuangkat dagunya membuatnya telentang. Sekilas kami perpandangan, bibirnya bergetar, Vini memejamkan matanya seakan paham keinginanku seketika saja kubenamkan bibirku di bibirnya, ciuman lembut yang kian lama berganti dengan pagutan-pagutan daya seksualitas tanpa peduli pada supir taksi yang kadang-kadang mengintip via kaca spion. Lidah kamipun menggeliat-geliat, saling memutar dan menghisap, sementara tanganku menyentuh-raba dadanya dengan lembut, belum sempat bertingkah lebih tak terasa taksi kami sudah hingga di hotel.

Kamipun bergegas menuju lift dan melanjutkan lagi apa yang kami lakukan di taksi, kusandarkan tubuhnya di dinding lift memagut leher dan pundaknya yg putih telanjang. “Reno..eehh..” desahnya. Keluar lift Vini menarik tanganku kekamarnya, seperti itu pintu kamar ditutup Vini segera menarik kepalaku memagut bibirku dengan bernafsu, lidahnya kembali menggeliat-geliat di mulutku tapi lebih liar lagi. Kusandarkan tubuhnya di dinding kamar supaya tanganku lebih leluasa, tangan kananku memeluk pinggulnya sementara tangan kiri mulai meremas-remas buah kenikmatannya yang seperti itu kenyal. Kejantananku membatu, berharap rasanya seketika kukeluarkan dari kungkungan celana tetapi kutahan, saya berharap merasakan seluruh ini pelan-lahan. Kutarik pinggul Vini sambil menekan pinggulku membikin “perangkat” kenikmatan kami bertarung-meski masih terbalutkan-membikin desiran darah kami meningkat dan kian memanas dikala kami menggesek-friksinya. “Ahh..Ren..”desah Vini kembali dan dikala itu kurasakan lidahnya yang hangat berair menjalar di telingaku melingkar-lingkar di leherku. “Eeehh..aahh..” giliran saya yang mendesah menikmati permainan lidahnya.

Lidahnya kian turun kedadaku sementara jari-jari lentiknya membuka kancing bajuku satu per satu. Dan.. lidahnya bermigrasi keputing dadaku, berputar-putar jalang, mencium, menghisap dan kadang-kadang menggigit-gigit kecil. “Terus Vin..teruss..ahh..” suaraku bergetar minta meneruskan kenikmatan yang dikasih mulutnya. Kurasakan Vini kian liar memainkan mulutnya yang kian turun. Dia berlutut dikala lidahnya meliuk-liuk di pusar sambil tangannya membuka celanaku. Vini meremas, mencium dan menggigit-gigit lembut kejantananku yang masih terbalutkan CD dan sesudah itu Dia memasukan tangannya kedalam CD dan mengeluarkan milikku yang telah membatu. Dia menggenggam dan menggosok-gosokkan jempolnya di ujung kepala kejantananku yang telah berair memunculkan rasa ngilu yang enak..dan..alhasil..lidahnya berputar-putar disana.
“..aakhh..sshh..”desahku tidak terbendung manakala lidahnya kian pesat bergerak dibawah kepala kemaluanku dan diteruskan keseluruh batang dan buah zakar. “Enakk Vin..
aahh..kau mahir sekalii..hisap menawan..hisapp..” saya meracau tak karuan memintanya menjalankan lebih lagi.

Vini paham betul apa yang patut dikerjakannya, diciumnya kepala kejantananku dan dimasukannya..cuma sebatas itu!dan mulai menghisap-hisap sambil konsisten lidahnya menjilat-jilat, berputar-putar..serangan ganda!!sunguh nikmatt!! Sesudah itu barulah Dia menelan semuanya membikin segala tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan. Kuraih kepalanya memasukan segala jari-jemariku dirambutnya yang halus dan menggenggamnya, dengan demikian mempermudah saya membatasi gerakan kepalanya. Tetapi kian lama genggamanku tak lagi bermanfaat, sebab melodi gerakan kepalanya kian pesat mengkocok-kocok kemaluanku membikin tubuhku serasa melayang-layang, kian saya mengerang kenikmatan kian pesat Vini menggerakan melodi kocokannya. “Enak Vin..ahh..lagi..lebih pesat..oohh” pintaku diselah-selah erangan yang kian tak terkontrol. Dan seperti itu kurasakan akan meledak seketika kutahan dan kutarik kepalanya, saya tak berharap memecahkan kenikmatan ini dimulutnya.

Kuangkat tubuhnya dan kupeluk mesra. “Menyukai?”bisiknya bertanya. “Menyukai sekali..kau hebat..” jawabku berbisik sekalian menjilat dan menghisap telinganya. “Ooohh..” erang Vini. Kubalas apa yang Dia lakukan tadi, kupagut leher dan pundaknya serta membuka atasan dan bra 34b-nya, dua bukit kenikmatannya yang bulat putih itupun menyembul dengan puting kecil pinkies yang telah mengeras. Lidahkupun seketika beraksi menjilat-jilat putingnya “Eeehh..Reno..” lenguh Vini dan membusungkan dadanya minta lebih, kuhisap putingnya “Auuhh..akkhh..”erangannya kian keras, hisapanku kian menggila bukan lagi putingnya tetapi beberapa buah dadanyapun mulai masuk kedalam mulutku. “Aaaghh.. Ren..aauuhh..kau ganaas..”jeritnya.

Puas menggilas buah kenikmatannya gilirin saya yang berlutut sambil melepas roknya, tampaklah CD mini putih menutupi kewanitaannya. Kuelus-elus komponen yang terhimpit paha dengan jari tengahku terasa lembab dan kumasukan dari sisi CDnya sehingga meraba daging lembut berair.
“Renoo..uugghh..”kembali erangan daya seksualitas keluar dari mulutnya waktu ujung jariku mulai bergerak-gerak di mulut kewanitaannya sementara mulutku sibuk mencium dan menjilat sebelah dalam paha mulusnya. Sebagian dikala kemudian penutup terakhir itu kulepaskan, rambut2 halus tipis menghias kewanitaannya dengan klitoris yang yang menyembul dari belahannya. Kuangkat kaki kirinya meletakan tungkainya di bahu kananku sehingga leluasa saya memperhatikan segala komponen kenikmatannya.


Akupun mulai sibuk menjilati dan kadang-kadang menghisap-hisap klitorisnya. “Aaa..Renoo..” jerit Vini terbendung sambil menjambak rambutku yang panjang, lidahku bergerak pesat menggeliat-geliat menjilat kewanitaannya yang kian berair, sementara jariku berputar-putar didalamnya. “Ssshh..eehh” desis Vina menikmati hisapanku yang kuat di lubang kenikmatannya. Kubuka bibir kewanitaannya dan menjulurkan lidahku lebih dalam dalam lagi Vinipun membalas dengan menyorongkannya kemukaku, praktis seluruh telah dimulutku, kumiringkan sedikit kepalaku sehingga mempermudah saya “memakan” seluruh kewanitaannya.”Renoo..stopp..aahh..saya ngga tahann..”saya tak memperdulikan keingingannya malah kian menggila “My godd..Renn..shhff..pleasee..berhenti” tangannya sekuat energi menarik rambutku supaya mulutku terlepas dari kewanitaannya.

Akupun berdiri meniru kemauannya kurebahkan tubuhnya ditempat tidur dan kamipun bergumul saling memagut, menghisap dan meremas-remas komponen-komponen peka kami. “Kini Ren..kini.. pleasee..”pintanya berbisiknya. Saya merayap naik ketubuhnya, Vini membuka lebar kedua kakinya Iapun menggelinjang menikmati kepala kejantananku menjelang mulut kewanitaannya, kuhentikan sebatas itu dan mulai menggerakannya keluar masuk dengan pelan. “Ooohh yaa..Renn..enakk..” Vinipun mulai mengayunkan pinggulnya meniru gerakan-gerakanku, sementara mulutku tak henti-hentinya mengulum buah dadanya.”Aagghh..terus Ren..lebih dalamm..aagghh..” pintanya, kutekan batang kemaluanku lebih dalam dan..”Ssshh..”desisku menikmati kenikmatan rongga kewanitaanya yang sempit meremas-remas sekujur batang kemaluanku.”Aaaugghh..punya kau nikmat Vin..” akupun kian pesat mengasah tubuhku membikin Vini kian mengelepar-gelepar.

“Ahh..oucchh..enak Ren..sshh..”desahnya menikmati friksi-friksi batang kejantananku di dinding genitalianya. Dikala kami menikmati nikmatnya alat vital masing-masing, tidak henti-hentinya kami saling menghisap, memagut malah mengigit dengan liarnya..dan.. “Ugghh..Renn..fuck me..fuck me hard..I’m comingg honey..” tubuh Vini mengejang dan tangan serta kakinya memeluk tubuhku dengan pesat “Ouchh..oohh..saya keluar Renn..aaghh..” Iapun kejang sesaat kurasakan detak-detak di kewanitaannya dan..tubuh Vinipun lungai.

“Maaf Ren saya duluan..ngga bendung, habis udah lama ngga..” bisiknya, saya masih diatasnya dengan alat vital yang masih terbenam didalam kewanitaannya. “Ngga apa-apa Vin cewekan multiple orgasm, masih ada yang kedua dan seterusnya kok..” jawabku menarik hati. “Memangnya kuat..?” tantangnya. “Lihat aja nanti..”membalas tantangannya. “Ihh..itu sih doyan ..” mengasyikan Vini manja sambil mencubit pinggangku. Kubalas cubitannya dengan memagut lehernya dan menjilat alat pendengarnya sementara pinggulku mulai berputar-putar pelan.”..Mmhhff..”kupagut bibirnya, lidah kamipun saling bertaut, meliuk dengan panasnya. Libido kamipun kembali membara, tekanan pinggulku dibalasnya dengan putaran pinggulnya membuatku melayang-layang. “Shhff..agghh..ouch..” desahanpun tidak terbendung keluar keluar dari mulutku. Dengan bahasa tubuh Vini mengajak pindah posisi, Dia diatas membatasi kendali.

Vini menekan kewanitaanya dalam-dalam-sehingga kejantananku meraba ujung lorong kenikmatannya-dan mengayunkan pinggulnya mundur-maju. Kian lama ayunannya kian pesat, tidak kuasa saya membendung hentakan-hentakan kenikmatan yang keluar dari segala sendi-sendi tubuhku.
“..teruss Vin..aahh..lagi Vin..oohh..punya kau nikmat..”rintihku. “..punya kau juga Renn..oucchh..want me to fuck you hardd..mmhh..” tak perlu jawabanku, dengan di topang tangannya Vini membungkuk tambah mempercepat ayunannya. Buah dadanya yang menawan berayun-ayun, kuremas-remas dan yang lainnya kulumat dengan rakus. “Ouchh..Rennoo..nikmatt..libas seluruh Renn..auuhh..” jerit Vini sambil merendahkan tubuhnya mempermudah saya menggilas buah dadanya membikin ayunan pinggulnya kian tak terkendali, tak berapa lama kemudian tubuhnya kembali mengejang, Vini menekan dalam-dalam kewanitaannya menelan segala batang kenikmatanku. “Renn..saya keluarr lagi..AAKKHH..” teriak Vini, tubuhnya bahkan rubuh diatasku cairan kenikmatannya kurasakan membasahi kejantananku.

Vini rebah diatasku tubuhnya bagai tak bertulang, cuma desah nafasnya menerpa dadaku. Sebagian menit kemudian suaranya memecah kesunyian “Punya kau masih keras Ren..belum keluar?”
“Saya tak berharap kenikmatan ini pesat usai” bisikku sambil mencium pipinya.
“Mmmhh..” Vini bergumam “Saya juga..”bisiknya sambil mengigit mesra leherku lalu mencium bibirku. Cuma sebagian dikala, gigitan dan ciuman mesra itu kembali menjadi pagutan daya seksualitas.


Kamar itupun kembali dipenuhi bunyi-bunyi erangan dan desahan kenikmatan duniawi, kejantananku yang masih berada didalam kembali menikmati bagaimana enak yang dikasih oleh kewanitaannya. Saya bangun sambil menyokong tubuh Vini sehingga kami berada dalam posisi duduk, satu tanganku memeluk punggungnya, tangan lain meremas-remas buah bokongnya yang bulat padat. Gerakan-gerakan pinggulnya membikin rongga kenikmatannya seakan menggilas segala batang kejantananku, “Agghh..sshh.. Reenn..” rintihannya membikin birahiku tambah memuncak. Kubalas gerakannya dengan menggoyang-goyangkan pinggulku sambil kuhisap putingnya dalam-dalam.”Reenn..achh..shh..fuck me..hardd..”


Kurasakan gerakan tubuh Vini kian menggila dan bukan hanya itu bibirnya kian mengganas memagut malah menggigit bibir, kuping dan leherku. Akupun tak mampu lagi membendung kenikmatan yang dikasih oleh Vini, kurebahkan tubuhnya dan seketika menindihnya, kakinya melingkar di pinggulku dan kamipun kembali mendaki puncak kenikmatan. Batang kejantananku tidak henti-henti menusuk-nikam lubang kenikmatan Vini dengan keras, Dia tak tinggal membisu, diputar-putar pinggulnya seirama tusukan-tikamanku “Aghh..ngg..sshh..Vinn..enak sekali..putarr teruss Vinn..”pintaku merintih-rintih. “Auugghh..Renn..tekan yang dalamm ..” kami karam dalam gelimang daya seksualitas yang memuncak..dan..”Vini..akuu berharap keluar..”kurasakan kejantanku bertambah besar. “Yess..yess..I’m coming too honey..” kami berpelukan dengan kuatnya dan secara berbarengan mengejang. “AAKKHH..punya kau nikmat sekalii Vinn..”pekikku, kutekan dalam-dalam kejantananku dan cairan kenikmatanku bahkan menyembur keluar membasahi relung-relung kewanitaannya, “Aauughh Renn..nikmatt..sshhekallii..AAKKGGHH..” Kamipun tergeletak lemas.

Sesudah malam panjang yang menawan itu kami tidak henti-hentinya mengulangi lagi di hari-hari selanjutnya, bukan cuma di daerah tidur, tetapi seluruh sudut dikamar hotel itu malah kamar mandipun menjadi saksi bisu daya seksualitas kami. Bandung kembali memberi coretan khusus dalam hidupku membikin keterikatanku kian besar yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidup.

No comments:

Post a Comment