Sunday, November 18, 2018

Cerita Seks Ngentot Dengan Om Sendiri yang Bernafsu Buas


Cerita Seks Indonesia - Namaku Karina, usiaku 17 tahun dan aku ialah anak kedua dari pasangan Menado-Sunda. Kulitku putih, tinggi selama 168 cm dan berat 50 kg. Rambutku panjang sebahu dan ukuran dada 36B. Dalam keluargaku, seluruh wanitanya rata-rata berbadan laksana aku, sampai-sampai tidak laksana gadis-gadis beda yang menginginkan tubuh yang estetis sampai rela berdiet ketat. Di family kami malah makan apapun tetap segini-segini saja.

Suatu senja dalam perjalanan kembali sehabis pelajaran cheers di sekolah, aku diajak ayah mengirimkan surat-surat urgen ke lokasi tinggal temannya yang biasa dipanggil Om Robert. Kebetulan rumahnya memang melalui rumah kami sebab letaknya di perumahan yang sama di kompleks elit unsur selatan Jakarta.

Om Robert ini meski usianya telah di akhir kepala 4, tetapi wajah dan gayanya masih laksana anak muda. Dari dulu diam-diam aku tidak banyak naksir padanya. Habis di samping ganteng dan rambutnya tidak banyak beruban, badannya pun tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis. Ayah kenal dengannya semenjak semasa kuliah dulu, oleh sebab tersebut kami cukup dekat dengan keluarganya.


Kedua anaknya sedang kuliah di Amerika, sedang istrinya aktif di pekerjaan sosial dan tidak jarang pergi ke pesta-pesta. Ibu sering disuruh oleh si Tante Mela, istri Om Robert ini, tetapi ibu tidak jarang kali menolak sebab dia lebih senang di rumah.

Dengan diantar supir, aku sampai pun di rumahnya Om Robert yang dari luar tampak sederhana tetapi di dalam ada empang renang dan kebun yang luas. Sejak kecil aku sudah tidak jarang ke sini, tetapi baru kali ini aku datang sendiri tanpa ayah atau ibuku. Masih dengan seragam cheers-ku yang terdiri dari rok lipit warna biru yang panjangnya belasan centi diatas paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih, aku memencet bel pintu rumahnya sambil membawa amplop besar titipan ayahku.

Ayah memang sedang terdapat bisnis dengan Om Robert yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir ini mereka giat saling mengontak satu sama lain. Karena ayah terdapat rapat yang tidak bisa ditunda, maka suratnya tidak bisa dia berikan sendiri.

Seorang penolong wanita yang telah lumayan tua terbit dari dalam dan membukakan pintu untukku. Sementara tersebut kusuruh supirku menungguku di luar.
Ketika menginjak ruang tamu, si penolong berkata, “Tuan sedang berenang, Non. Tunggu saja di sini biar saya beritahu Tuan bila Non telah datang.”
“Makasih, Bi.” jawabku seraya duduk di sofa yang empuk.

Sudah 10 menit lebih menunggu, si bibi tidak muncul-muncul juga, demikian pula dengan Om Robert. Karena bosan, aku jalan-jalan dan hingga di pintu yang ternyata menghubungkan rumah tersebut dengan halaman belakang dan empang renangnya yang cukup besar. Kubuka pintunya dan di ambang kolam kulihat Om Robert yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh dengan handuk.

“Ooh..” pekikku dalam hati demi menyaksikan tubuh atletisnya khususnya bulu-bulu dadanya yang lebat, dan tonjolan salah satu kedua pahanya.
Wajahku agak memerah sebab mendadak aku jadi horny, dan payudaraku terasa gatal. Om Robert menoleh dan melihatku berdiri terpaku dengan tatapan tolol, dia juga tertawa dan memanggilku guna menghampirinya.

“Halo Karin, apa kabar kamu..?” sapa Om Robert hangat sambil menyerahkan sun di pipiku.
Aku juga balas sun dia meski kagok, “Oh, baik Om. Om sendiri apa kabar..?”
“Om baik-baik aja. Kamu baru kembali dari sekolah yah..?” tanya Om Robert seraya memandangku dari atas hingga ke bawah.
Tatapannya berhenti sebentar di dadaku yang membusung terbungkus kaos ketat, sementara aku sendiri melulu dapat tersenyum menyaksikan tonjolan di celana renang Om Robert yang ketat tersebut mengeras.

“Iya Om, baru pelajaran cheers. Tante Mella mana Om..?” ujarku basa-basi.
“Tante Mella lagi ke Bali sama teman-temannya. Om ditinggal sendirian nih.” balas Om Robert seraya memasang kimono di tubuhnya.
“Ooh..” jawabku dengan nada tidak banyak kecewa sebab tidak dapat menyaksikan tubuh atletis Om Robert dengan leluasa lagi.
“Ke dapur yuk..!”

“Kamu inginkan minum apa Rin..?” tanya Om Robert saat kami hingga di dapur.
“Air putih aja Om, biar tahan lama muda.” jawabku asal.
Sambil menantikan Om Robert menuangkan air dingin ke gelas, aku pindah duduk ke atas meja di tengah-tengah dapurnya yang luas sebab tidak terdapat bangku di dapurnya.
“Duduk di sini boleh yah Om..?” tanyaku seraya menyilangkan kaki kananku dan tidak mempedulikan paha putihku kian tinggi terlihat.
“Boleh kok Rin.” kata Om Robert seraya mendekatiku dengan membawa gelas mengandung air dingin.

Namun entah sebab pandangannya terpaku pada teknik dudukku yang menggoda tersebut atau memang beneran tidak sengaja, kakinya tersandung ujung keset yang sedang di lantai dan Om Robert juga limbung ke depan sampai menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku.
“Aaah..!” pekikku kaget, sedang kedua tangan Om Robert langsung menggapai pahaku untuk menyangga tubuhnya supaya tidak jatuh.
“Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Rin. Maaf yah, baju anda jadi basah seluruh tuh. Dingin nggak airnya tadi..?” tanya Om Robert seraya buru-buru memungut lap dan menyeka rok dan kaosku.

Aku yang masih terkejut melulu diam meneliti tangan Om Robert yang sedang di atas dadaku dan matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku. Putingku tercetak semakin jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan napasku yang mengejar menerpa wajah Om Robert.
“Om.. udah Om..!” kataku lirih.
Dia juga menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh justeru meletakkan kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan pulang wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil membelai rambutku.

“Kamu cantik, Karin..” ujarnya lembut.
Aku jadi tertunduk malu namun tangannya mengusung daguku dan malahan menciumku tepat di bibir. Aku refleks memejamkan mata dan Om Robert pulang menciumku tapi kini lidahnya mengupayakan mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku hendak menolak rasanya, tapi desakan dari dalam tidak bisa berbohong. Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundak Om Robert, sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku yang kian terangkat sampai terlihat jelas celana dalam dan selangkanganku.

Ciumannya kian buas, dan sekarang Om Robert turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil berciuman, tanganku meraih pengikat kimono Om Robert dan membukanya. Tanganku mencari dadanya yang bidang dan bulu-bulunya yang lebat, lantas mengecupnya lembut. Sementara tersebut tangan Om Robert pun tidak inginkan kalah bergerak membelai celana dalamku dari luar, lantas ke atas lagi dan meremas payudaraku yang telah gatal sejak tadi.

Aku melenguh agak keras dan Om Robert pun kian giat meremas-remas dadaku yang montok itu. Perlahan dia mencungkil ciumannya dan aku tidak mempedulikan dia melepas kaosku dari atas. Kini aku duduk melulu mengenakan bra hitam dan rok cheersku itu. Om Robert memandangku tidak berkedip. Kemudian dia bergerak cepat melumat pulang bibirku dan seraya french kissing, tangannya melepas kaitan bra-ku dari belakang dengan tangannya yang cekatan.


Kini dadaku benar-benar telanjang bulat. Aku masih merasa mengherankan karena baru kali ini aku telanjang dada di depan lelaki yang bukan pacarku. Om Robert mulai meremas kedua payudaraku bergantian dan aku memilih guna memejamkan mata dan merasakan saja. Tiba-tiba aku merasa putingku yang telah tegang dampak nafsu tersebut menjadi basah, dan ternyata Om Robert sedang asyik menjilatnya dengan lidahnya yang panjang dan tebal. Uh.., jago sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan menghisap-hisap puting kiri dan kananku.

Tanpa kusadari, aku pun menerbitkan erangan yang cukup keras, dan tersebut malah semakin menciptakan Om Robert bernafsu.
“Oom.. aah.. aah..!”
“Rin, anda kok seksi banget sih..? Om suka banget sama badan kamu, bagus banget. Apalagi ini..” godanya seraya memelintir putingku yang kian mencuat dan tegang.
“Ahh.., Om.. gelii..!” balasku manja.

“Sshh.. tidak boleh panggil ‘Om’, kini panggil ‘Robert’ aja ya, Rin. Kamu kan udah gede..” ujarnya.
“Iya deh, Om.” jawabku badung dan Om Robert juga sengaja memelintir kedua putingku lebih keras lagi.
“Eeeh..! Om.. eh Robert.. geli aah..!” kataku seraya sedikit cemberut tetapi dia tidak membalas malahan menghirup bibirku mesra.

Entah kapan tepatnya, Om Robert sukses meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang tentu tahu-tahu aku telah telanjang bulat di atas meja dapur tersebut dan Om Robert sendiri telah melepas celana renangnya, melulu tinggal menggunakan kimononya saja. Kini Om Robert menunduk dan jilatannya pindah ke selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya supaya dia dapat menyaksikan isi vaginaku yang merekah dan berwarna merah muda.

Kemudian lidah yang hangat dan basah tersebut pun pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku dari atas ke bawah dan begitu terus berulang-ulang sampai aku merintih tidak tertahan.
“Aeeh.. uuh.. Rob.. aawh.. ehh..!”
Aku melulu dapat membelai dan menjambak rambut Om Robert dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku berjuang berpegang pada atas meja guna menopang tubuhku supaya tidak jatuh ke depan atau ke belakang.

Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku terasa mulai meleleh terbit dan Om Robert juga menjilatinya dengan cepat hingga vaginaku terasa kering kembali. Badanku lantas direbahkan di atas meja dan dibiarkannya kakiku menjuntai ke bawah, sedang Om Robert melebarkan kedua kakinya dan siap-siap memasukkan penisnya yang besar dan telah tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang pun sudah tidak sabar ingin ditembus olehnya.

Perlahan Om Robert mendorong penisnya ke dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi, pokoknya aku melulu memejamkan mata dan merasakan semuanya.
“Aawww.. gede banget sih Rob..!” ujarku sebab dari tadi Om Robert belum sukses juga memasukkan semua penisnya ke dalam vaginaku itu.
“Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina kamu pun sempitnya.. ampun deh..!”
Aku tersenyum sambil menyangga gejolak nafsu yang telah menggebu.

Akhirnya sesudah lima kali lebih mengupayakan masuk, penis Om Robert sukses masuk seluruhnya ke dalam vaginaku dan pinggulnya juga mulai bergerak maju mundur. Makin lama gerakannya kian cepat dan tersiar Om Robert merintih keenakan.
“Ah Rin.. enak Rin.. aduuh..!”
“Iii.. iyaa.. Om.. enakk.. ngentott.. Om.. teruss.. eehh..!” balasku seraya merem melek keenakan.

Om Robert tersenyum mendengarku yang mulai meracau ngomongnya. Memang bila sudah begini seringkali keluar ucapan-ucapan kasar dari mulutku dan ternyata tersebut membuat Om Robert semakin nafsu saja.
“Awwh.. awwh.. aah..!” orgasmeku mulai lagi.
Tidak lama lantas badanku diperosotkan ke bawah dari atas meja dan diputar menghadap ke depan meja, membelakangi Om Robert yang masih berdiri tanpa menarik keluar penisnya dari dalam vaginaku. Diputar begitu rasanya cairanku menetes ke sela-sela paha kami dan gesekannya benar-benar nikmat.


Kini posisiku membelakangi Om Robert dan dia juga mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie style. Badanku menunduk ke depan, kedua payudara montokku menggantung bebas dan ikut berayun-ayun masing-masing kali pinggul Om Robert maju mundur. Aku juga ikut memutar-mutar pinggul dan pantatku. Om Robert mempercepat gerakannya seraya sesekali meremas gemas pantatku yang semok dan putih itu, kemudian beralih ke depan dan menggali putingku yang sudah paling tegang dari tadi.

“Awwh.. lebih keras Om.. pentilnya.. puterr..!” rintihku dan Om Robert serta merta meremas putingku lebih keras lagi dan tangan satunya bergerak menggali klitorisku.
Kedua tanganku berpegang pada ujung meja dan kepalaku menoleh ke belakang menyaksikan Om Robert yang sedang merem melek keenakan. Gila rasanya tubuhku banjir keringat dan nikmatnya tangan Om Robert di mana-mana yang menggerayangi tubuhku. casino online indonesia

Putingku diputar-putar kian keras seraya sesekali payudaraku diremas kuat. Klitorisku digosok-gosok kian gila, dan hentakan penisnya terbit masuk vaginaku kian cepat. Akhirnya orgasmeku mulai lagi. Bagai terpapar badai, tubuhku mengejang powerful dan lututku lemas sekali. Begitu pun dengan Om Robert, kesudahannya dia ejakulasi pun dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku yang hangat.

“Aaah.. Riin..!” erangnya.
Om Robert mencungkil penisnya dari dalam vaginaku dan aku berlutut lemas seraya bersandar di samping meja dapur dan menata napasku. Om Robert duduk di sebelahku dan kami sama-sama masih megap-megap setelah peperangan yang seru tadi. casino uang asli

“Sini Om..! Karin bersihin sisanya tadi..!” ujarku sambil menunduk dan menjilati sisa-sisa cairan cinta tadi di dekat selangkangan Om Robert.
Om Robert melulu terdiam sambil membelai rambutku yang telah acak-acakan. Setelah bersih, gantian Om Robert yang menjilati selangkanganku, lantas dia mengoleksi pakaian seragamku yang berceceran di lantai dapur dan mengantarku ke kamar mandi. bandar casino online

Setelah membasuh vaginaku dan menggunakan seragamku kembali, aku terbit menemui Om Robert yang ternyata sudah menggunakan kaos dan celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum.
“Rin, Om mohon maaf yah justeru begini jadinya, anda nggak menyesal kan..?” ujar Om Robert sambil unik diriku duduk di pangkuannya.
“Enggak Om, dari dulu Karin emang senang sama Om, menurut keterangan dari Karin Om tersebut temen ayah yang sangat ganteng dan baik.” pujiku. agen casino
“Makasih ya Sayang, ingat bila ada apa-apa tidak boleh segan telpon Om yah..?” balasnya.
“Iya Om, makasih pun yah permainannya yang tadi, Om jago deh.”
“Iya Rin, anda juga. Om aja nggak nyangka kamu dapat muasin Om kayak tadi.”
“He.. he.. he..” aku tersipu malu.


“Oh iya Om, ini titipannya ayah nyaris lupa.” ujarku seraya buru-buru memberikan titipan ayah pada Om Robert.
“Iya, makasih ya Karin sayang..” jawab Om Robert seraya tangannya meraba pahaku lagi dari dalam rokku.
“Aah.. Om, Karin musti kembali nih, udah sore.” elakku sambil mencungkil diri dari Om Robert.
Om Robert juga berdiri dan menghirup pipiku lembut, lantas mengantarku ke mobil dan aku juga pulang.

Di dalam mobil, supirku yang barangkali heran melihatku tersenyum-senyum sendirian menilik kejadian tadi juga bertanya. film semi klik disini
“Non, kok lama amat sih nganter amplop doang..? Ditahan dulu yah Non..?”
Sambil menyangga tawa aku juga berkata, “Iya Pak, dikasih ‘wejangan’ pula..”
Supirku melulu dapat memandangku dari kaca spion dengan pandangan tidak memahami dan aku melulu membalasnya dengan senyuman rahasia.

No comments:

Post a Comment