Kisah ini bermula di tahun 2016, saat tersebut saya bermaksud menjemput pacar saya di rumahnya, tetapi sesampainya di rumahnya ternyata kosong, melulu ada pembantu mempunyai nama S yang terdapat di rumah. S yang berusia lebih tua dari saya ini bertubuh kecil, hitam, berparas cantik dan mempunyai format payudara yang unik (walaupun kecil namun bentuknya tegak ke depan).
Saat tersebut saya menantikan pacar saya kembali dari kerjanya, lantas S mohon tolong saya guna mengusung meja ke ruangan sebelahnya bareng dengannya. Bagi mengusung pastinya kami mesti membungkuk, dan pada saat tersebut S yang memakai pakaian batik menunduk untuk mengusung meja itu di hadapan saya.
Saat itulah saya menonton dua bukit kembar yang bergantungan di dalam BH berwarna hitam. Secara refleks, ‘adik’ saya langsung bangkit dan saya terus menyimak pemandangan itu sampai kesudahannya S menyadari bahwa saya sedang memandangi payudaranya. Secara refleks S langsung memblokir pakaiannya tersebut dan tersipu malu. Saya bersikap pura- pura tidak memahami kejadian tersebut.
Itulah mula dari kisah ini. Sejak ketika itu bilamana ada peluang S menunjukkan payudaranya di depan saya, entah masa-masa dia sedang mengepel lantai atau sedang menunduk selalu dengan secara sengaja dia memperlihatkannya di depan mata saya.
Dalam benak saya telah berkecamuk benak untuk bisa meremas payudara tersebut, namun lantas rasa cemas muncul lagi sebab dia ialah pembantu yang bekerja di lokasi pacar saya, bagaimana nanti bila sampai ketahuan?
Persisnya, bulan April saya ke lokasi tinggal pacar saya lagi untuk memungut barang yang terbelakang di sana (pada waktu tersebut pacar saya dan keluarganya sedang ke kota guna acara pernikahan keluarga). Otomatis pada saat tersebut di lokasi tinggal pacar saya melulu ada S seorang diri, saya juga segera masuk ke ruangan di mana saya meninggalkan barang saya.
Kemudian saya bermaksud guna segera kembali dan memanggil S guna membukakan pintu untuk saya. Namun sesudah saya panggil berulang kali tidak terdapat jawaban, saya beranikan diri untuk mengarah ke kamarnya guna memanggil dia.
Pada ketika saya telah berada di depan kamar dan berjuang mengintip ke dalam kamar, saya menyaksikan dia sedang mencungkil baju atas yang dipakainya sehingga melulu memakai BH warna hitam dan rok warna coklat.
S agak terkejut menyaksikan saya telah berada di depan kamarnya dan langsung berjuang untuk menutupi unsur depan dari tubuhnya. Saya yang telah terlanjur di depan kamar juga tidak kalah kagetnya menyaksikan S dengan pakaian yang minim. Kami saling berpandangan dan tanpa dapat berbicara apa-apa satu sama lain.
Akhirnya saya beranikan guna maju dan mengupayakan untuk menyentuh payudaranya, ternyata S melulu diam saja, sampai-sampai akhirnya saya peluk dia dari belakang (bau tubuhnya paling wangi sebab kelihatannya S berakhir mandi dan keramas).
Kedua tangan saya secara otomatis terarah ke payudaranya yang masih tertutup BH hitam, saya jajaki mengelusnya dan saya berjuang memasukkan tangan saya ke dalam. Ternyata sesuai sangkaan saya, putingnya telah mengeras dan memanjang. Saat saya pilin, S menerbitkan suara,
“Ah.. ah.. ahh…” sehingga memunculkan rangsangan yang hebat untuk saya.
Saya terus memilin putingnya seraya menciumi tengkuknya dari belakang. Adegan tersebut dilangsungkan selama tidak cukup lebih 5 menit, lantas S mencungkil tangan saya dari payudaranya dan berbalik menghadap saya, kaos yang saya gunakan mula- awal dilepaskannya, lantas menyusul celana pendek yang saya pakai sampai-sampai sekarang saya tinggal memakai celana dalam saja dengan gundukan di tengah yang lumayan besar.
cerita sex 2018, kisah sex terbaru, kisah sex terupdate, kisah sex, kisah seks 2018, kisah seks terupdate, kisah seks terbaru, kisah seks, kisah dewasa 2018, kisah dewasa terupdate, kisah dewasa terbaru, kisah dewasa, kisah mesum 2018, kisah mesum terupdate, kisah mesum terbaru, kisah mesum.
Gundukan tersebut dibelai dengan gerakan tangan yang sangat memicu sehingga rasanya penis saya telah berdenyut-denyut. Kemudian sesudah puas dengan elusannya, S mencungkil celana dalam saya dan berkata,
“Untuk ukuranmu kontolmu lumayan gede pun ya..” sampai-sampai tampaklah penis saya yang telah tegang.
Dengan posisi berjongkok, S terus mengocok penis saya dan lantas memasukkan penis saya ke dalam mulutnya. Perasaan saya semakin berdebar- debar, lagipula ditambah dengan kesenangan kuluman penis saya di mulut S. S masih terus mengulum penis saya dan kadang diperbanyak dengan meremas payudaranya sendiri.
Setelah tidak cukup lebih 10 menit, saya angkat dia sampai-sampai sekarang dalam posisi berdiri. Saya tidurkan dia di ranjang dan saya mulai menciumi dia di wajahnya, lantas dilanjutkan dengan berpagutan, lidah kami saling menginjak mulut masing-masing, sehingga meningkatkan gairah kami.
Kemudian ciuman mulai saya turunkan ke arah leher dan payudara. Melihat puting yang tegak menghadap ke atas tersebut saya menjadi gemas dan segera saya kulum dan saya gigit dengan pelan, S kelihatan paling terangsang, tampak dari gerakan-gerakan dia yang mulai tidak tertata dan napasnya yang tersengal- sengal.
Putingnya masih saya gigit hingga 5 menit kemudian, dan tangan kanan saya mulai mengarah ke ke unsur bawah. Rok yang masih dipakai saya mohon untuk dilepas sampai-sampai sekarang tampaklah celana dalam warna hitam dengan format yang paling kecil, sehingga meningkatkan rangsangan untuk saya.
Tangan kiri saya masih sibuk memilin putingnya, sementara tangan kanan saya mulai bergerilya ke unsur dalam celana dalamnya. Begitu menginjak celana dalamnya, terasa terdapat rambut- rambut keriting yang sudah tidak banyak basah, saya jajaki gosok- gosok terus unsur tersebut seraya saya pilin putingnya.
S terus mendesah, “Ah… shh… shhh… enak sekali Mas..! Yang lebih cepat..!”
Saya tingkatkan gosokan tangan kanan saya di vaginanya. Dan setelah sejumlah saat saya berhenti, S yang kelihatannya nyaris orgasme menyaksikan saya dengan wajah kecewa. Tapi lantas saya segera mencicilkan mulut saya ke vaginanya sesudah sebelumnya celana dalamnya saya copot. Tampaklah unsur V yang paling indah, bulu-bulu kecil keriting dicukur dengan rapih mengekor jalur V- nya.
Saya segera menciumi unsur tersebut(sebelumnya saya merasa jijik untuk menghirup vagina cewek) dan saya mengarah ke ke wilayah klitorisnya, saya temukan klitorisnya dan saya jilati dengan lidah saya dengan cepat. S semakin tidak karuan. Menggelinjang ke sana kemari dan menerbitkan suara- suara yang semakin keras.
“Lebih cepat Mas, lebih cepat..! Ah.. shh.. saya ndak tahan udah inginkan keluar..!”
Mendengar tersebut saya semakin energik untuk menjilati klitorisnya seraya kadang meremas payudaranya. Tidak lama lantas akhirnya menyemprotlah cairan kesenangan dari lubang vaginanya dan S kelihatan paling puas sekali.
Setelah tersebut S duduk dan saya diminta guna tiduran di ranjangnya, dengan paling seksi dia mulai menciumi dada saya, perut saya dan akhirnya hingga jugalah ke penis saya yang telah ereksi sedemikian hebat. S mulai mengulum lagi penis saya, terdahulu dengan pelan tetapi lama kelamaan semakin meningkat cepat sampai-sampai saya menikmati akan terdapat sesuatu yang hendak muncrat dari penis saya.
“S saya mau terbit nih..! Ah..!”
S lantas mengeluarkan penis saya dari dalam mulutnya dan mengepitkan penis saya salah satu kedua dadanya. Dengan gerakan naik turun S mengocok penis saya dengan kedua payudaranya. Akhirnya pertahanan saya jebol juga.
“S.., saya keluar, ah..!”
Rasanya laksana terbang ke awang- awang, nikmatnya penis saya dipegang oleh cewek (biasanya saya melulu melakukan onani sambil menyaksikan gambar atau film BF). Setelah tersebut kami berbaring di ranjang sebab kelelahan.
S bercerita ke saya bahwa dia telah lama hendak melakukan hubungan seks dengan saya, lagipula setelah dia bercerai dengan suaminya. Sambil bercerita, tangan S mulai meraba penis saya lagi sampai-sampai mau tidak inginkan penis saya pulang tegak menantang.
Melihat tersebut S berkata, “Saya masukkan ke memekku ya Mas..? Mas inginkan di bawah atau di atas?” Saya jawab saya di bawah saja, jadi dapat menyaksikan dan meremas payudaranya.
S berkata, “Mas kok badung sih..? Ntar kan sakit..!”
Kemudian S mulai bangkit dan pelan- pelan ke atas saya dan memasukkan penis saya ke dalam lubang vaginanya. Mulanya terasa seret sekali, tetapi akhirnya dapat pun penis saya (ukuran nya tidak terlampau panjang barangkali sekitar 14 cm saja) menginjak liang senggamanya. S mulai menggoyang pinggulnya di atas saya dan saya mulai merasakan kesenangan itu.
Saya sudah menginginkan kenikmatannya waktu menyaksikan film BF, tetapi saya tidak berani mempraktekkannya. Goyangan pinggul S menciptakan payudaranya tergoncang-goncang ke kiri dan ke kanan. Saya yang sedang di bawahnya paling terangsang menyaksikan hal itu, tangan saya mulai meremasnya.
“S susumu kok bagus banget toh, belum pentilnya yang gede banget (waktu tersebut putingnya telah dalam ukuran maksimal dan warnanya merah sekali, mungkin sebab saya gigit tadi)”
Semakin lama goyangan S semakin cepat dan S telah mendapat orgasmenya yang kedua. Setelah tersebut kami berganti posisi, saya duduk di ranjang dan dengan posisi berhadapan saya mohon S memasukkan penis saya ke lubang vaginanya.
“S cepet..! Aku udah ndak tahan nih..! Pentilmu gede banget..!” (bagian yang paling unik saya dari tubuh wanita ialah payudara, khususnya putingnya)
Kemudian S menggiring penis saya masuk ke dalam lubang vaginanya, saya menerbitkan desahan itu dan pun S secara bersamaan pun mengeluarkan terus desahan-desahannya.
Goyangan yang kami kerjakan semakin meningkat cepat. Sambil saya remas payudaranya, saya menghirup mulutnya. Kami terus saling berpagutan seraya menggoyangkan pinggul masing- masing. Setelah 10 menit, saya merasa saya telah mau hingga lagi.
“S aku udah mau keluar lagi nih..! Dikeluarin di dalam atau di luar..?”
“Di dalam aja, tunggu sebentar ya, aku pun mau terbit nih..! Ah.., sh..!”
“S aku udah ndak tahan nih..!”
“Aku juga Mas, ah..!”
No comments:
Post a Comment