Tante Ria adalah istri bos-ku, aku manggil dia tante karena aku adalah keponakan jauh suaminya, Om Dono seorang pengusaha Travel Agent yang sukses. Om Dono memiliki banyak counter di beberapa hotel selain di beberapa airport di Indonesia. Kesibukan mengontrol counter - counternya membuat Om Dono sering bepergian keluar kota.
Om Dono sudah mengajak aku selepas aku tamat SMA, aku bantu - bantu pekerjaan apa saja yang ada dirumah dia, mulai dari cuci mobil, setir mobil, antar anak - anak sekolah, antar pembantu ke pasar, antar tante arisan, antar tante fitness, pokoknya pekerjaan ku serabutan. Pekerjaanku yang paling utama adalah mengumpulkan setoran dari counter - counter travel yang ada di hotel dan bandara. Pekerjaan ini biasanya aku mulai dari jam 7 malam dan biasanya baru kelar hampir jam 11 malam.
Hari Sabtu minggu yang lalu tepatnya tanggal 18 Oktober 2008, tumben tante memanggilku di ruang tamu. Melihat dari raut muka tante, aku sudah bisa menebak kalau tante habis ribut dengan si Om. Om dan Tante sore itu berencana pergi kundangan ulang tahun salah satu kerabat mereka di sebuah hotel berbintang 5 di kawasan Sanur.
Rupanya si Om mendadak berangkat ke Jakarta karena ada urusan yang sangat penting hingga harus diselesaikan malam itu. Ujung - ujungnya jadilah Tante Ria pergi ke undangan seorang diri. Om meminta aku mengantar om ke bandara terlebih dahulu lalu mengantar tante pergi kundangan.
Dalam perjalanan ke bandara, tante Ria tak berhenti ngomel, rupanya Om kehilangan kesabaran juga. Hingga suatu ketika si Om membentak tante cukup keras. Tante pun langsung terdiam. Begitu juga sekembali dari bandara menuju Sanur. Tante masih aja membisu.
Aku sebenarnya kasihan juga melihat tante dibentak, aku yakin tante pasti merasa kekurangan kasih sayang karena kesibukan suaminya bisnis, apalagi semenjak 4 bulan terakhir si Om sering pergi ke Malang menjenguk selingkuhannya yang dipercaya mengurus counter disana. Hampir setiap dua minggu si Om rutin transfer uang 30 juta ke Malang. Kepergian Om kali ini pun aku yakin pasti pergi ke Malang.
Tiba - tiba tante berbicara kepadaku “Budi, aku kesel sekali sama Om mu itu..!!”. ” Masa rencana kundangan yang sudah kami susun dari minggu lalu bisa dibatalin mendadak, urusan apa sih… sampai harus berangkat mendadak…” lanjutnya.
Aku pun terdiam dan tidak bisa berkata apa - apa untuk menjawabnya. Tante bertanya lagi ke arahku “Bud coba kamu kasi tau tante, kenapa Om sering pergi ke Malang…. kenapa Om sering transfer uang ke Malang…??”Aku pun menjawab “hmmm… anu tante… saya ndak tau..” “Kamu pasti bohong Bud … tante Dewi akunting di kantor sudah lapor sama tante..” lanjutnya dengan nada geram, “Memang dia pikir dia aja yang bisa selingkuh… tante juga bisa…” lanjutnya dengan nada agak meninggi.
“Tante sabar ya, saya sih tidak tau pastinya, tapi gossipnya sih begitu…” jawabku menenangkan tante. “Bud kamu harus bantu tante, laporkan setiap yang kamu tahu ke tante” jawab tante. “Kamu janji mau bantu tante…?” lanjut Tante Yuli. “Ya tante… pasti saya bantu sebisa saya…” jawabku.
Tak terasa kami sudah tiba di sebuah hotel berbintang 5 dikawasan sanur utara itu. Dengan sigap aku memarkir mobil setelah menurunkan tante di lobby hotel. Seperti biasanya aku pun mununggu dengan setia di mobil sambil memainkan HP-ku yang kebetulan ada beberapa koleksi gambar bugil Mbak Nur pembantu di rumah Om yang sudah sering aku entot walaupun dia sudah punya suami di Jawa. Mbak Nur rupanya juga kesepian hingga dengan sedikit rayuan, aku sudah bisa menikmati tubuhnya yang bahenol itu. Aku pun langsung konak setelah melihat beberapa foto - foto dia sesaat sebelum ngentot sama aku kemarin malam.Duh kontol ini sudah terasa tegang sekali, aku berencana sekembali ke rumah, aku bakalan ngeloyor ke kamar Mbak Nur lagi minta jatah lagi.
Tiba - tiba HP ku berdering. Rupanya Tante Ria yang menelepon. Ada apa gerangan pikirku dalam hati karena baru saja 30 menitan yang lalu kami tiba di hotel ini. “Bud tolong tante, tante mabuk Bud, kepala tante pusing, tolong cari tante di Ball Room lantai dua…” suara tante di telepon. Aku pun terkejut dan bergegas mencari tante di acara itu di Ball Room lantai dua.
Sesampai disana aku liat tante terduduk lesu di depan ruangan. “Tante gak kuat Bud … kepala tante pusing, tante ga kuat pulang, Bud kamu pesan satu kamar di hotel ini, tante mau tidur disini aja dulu…” pinta Tante Ria dengan lesu sambil mengeluarkan 10 lembar uang seratusan ribu rupiah.
AKu pun bergegas ke resepsionist untuk booking satu kamar buat tante. Rupanya kamar hotel disini cukup mahal juga seharga Rp 1.250.000 untuk standar room per malam. Terpaksa aku nombok 250 rb dari kantongku dulu.
Selanjutnya aku berusaha memapah tante menuju kamar 304 di lantai 3. Aku sebenarnya tidak yakin kalau tante mabuk karena baru saja acara dimulai 30 menit yang lalu masa sih sudah mabuk. memangnya minum apa sih tante di acara itu. Aku pikir mungkin tante sedang penat dengan masalah suaminya dan ingin menenangkan diri di hotel ini.
Sesampai di kamar, tante minta aku menemani dia disana. Aku pun duduk disebuah kursi sedangkan tante duduk diatas tempat tidur. Aku pun termangu mendengar tante cerocos ngalor ngidul sambil ngumpat - ngumpat suaminya. Rupanya dia kesel sekali dengan suaminya.
Sampai pada suatu ketiak tante minta aku menijat tengkuknya. Aku pun menuruti perintahnya. Tiba - tiba tante bertanya lagi “Kamu tadi kan janji mau bantu tante.. bener gak ?”
“Ya tante… saya pasti membantu tante…” jawabku polos. “Sekarang begini… tante penat sekali… tante pingin sekali ditemani tidur… ” cerocos tante seperti orang mabuk.
“Tante pingin sekali di foto bugil, pingin memek tante dijilati, pigin ngemut kontol, pingin ngentot sampai puas.. pokoknya gila - gilaan… tante mau balas dendam…” lanjutnya dengan suara agak membentak.
Jujur aku bilang, tumben aku gemetar seperti ini, antara takut tapi nafsu berkecamuk dalam hati ku. Sampai - sampai aku bengong dan melongo memikirkannya. Bagaimana tidak, siapa yang tidak nafsu melihat tante yang masih bening seperti ini.
Akhirnya aku nekat, semua perintah tante aku ikuti, mulai dari melepas semua baju satu persatu, menari - nari di depannya, sementara tante sibuk mengabadikannya dengan kameran HP Nokia N73 miliknya.
Setelah aku bugil total, tante mulai memegangi kontolku. Dimainkannya kontol ku sambil sesekali diciumi. Kini tiba giliranku yang mengabadikan gambar tante, mulai dia masih berpakian lengkap sampai bugil total dan nungging di tempat tidur. Tampak jelas memeknya tante terawat baik, dicukur rapi dan tidak bau.
Saat dia sudah bugil, dia minta aku menghentikan aksi potret memotret, dan menyuruhku segera menjilati memeknya yang sudah mulai basah.
Aku memang tidak berpengalaman urus jilat menjilat memek, tapi sepertinya tante juga tidak pernah dijilati memeknya, itu terlihat saat dia menggeliat kegelian saya lidahku menulisuri lekuk - lekuk lubang memeknya.
“Ahhhhh…. tuuuut…. geli…… uuhhhh…. ahhhh….” desah tante penuh nafsu. “Bud masukin Bud.. masukin Bud…” pinta tante dengan muka merah memelas.
Tanpa menunggu waktu lama lagi, aku langsung menghujamkan kontolku ke memek tante. “Ahhhhhhh…” tante berteriak dengan mata sedikit melotot dan mulut ternganga.
Aku lanjutkan aksiku dengan dengan menarik lalu menghujamkan kontolku dengan keras. Tante pun tak berhenti - henti berteriak kecil dan mencengkram punggungku dengan kasar.
Mata tante pun merem melek saat aku goyang kontolku yang memenuhi lubang memek tante yang basah karena nafsu. Tante pun mencoba bergoyang juga sambil berdesah.. “Terus Bud… terus Bud… tante geli Bud…uuhhhhh…. ahhhh…. uhh….”
Ujung kontolku terasa geli menyentuh sebuah benda didalam memek tante, tante terus bergoyang seperti kerasukan setan. “Goyang Bud.. goyang yang keras… lagi Bud… uhhh…. lagi Bud….ahhh…. ”
Tiba - tiba tante bergeliat keras dan mendekap aku dengan keras dan berteriak “Tuuuuuutt…….. “. Ada semacam cairan bening terasa merembes diliang memek tante. Rupanya tante sudah orgasme, padahal aku belum apa - apa sama sekali.
Aku pun mengeluarkan kontol ku dari memeknya dan onani diatas dada sang tante, saat aku orgasme, spermaku muncrat membasahi dada dan muka si tante.
Lalu kami berpelukan erat seolah tak peduli kami bermandikan sperma. Tante berisik “Budi.. terima kasih ya… tante puas sekali…” sambil memeluku erat erat seolah tak mau melepaskan.
No comments:
Post a Comment