Saturday, January 12, 2019

Cerita Dewasa Berdarah Bermain Dengan Perawan 19 Tahun


CERITA SEXNESIA - Mungkin ada pantasnya seandainya saya mempersembahkan diriku khususnya dulu. Namaku Ivy, saya merupakan seorang gadis berusia 19 tahun yang tinggal di kota Bandung. Ini merupakan untuk pertama kalinya saya menulis tulisan, jadi mohon maaf seandainya tulisanku disini masih kacau.

Saya akan menyebutkan salah satu pengalaman pribadiku yang tak pernah terlupakan seumur hidupku. Mungkin seandainya saya dikatakan lesbi agak kurang pas, sebab selama ini saya masih beratensi dengan pria. Namun ada satu keanehan dalam sifatku yang sekali-sekali terstimulus dikala memandang sesama variasi, apalagi seandainya dia menerapkan pakaian yang ketat, atau pakaian yang sedikit transparan.Saya mempunyai seorang kekasih yang berinisial W. Saya menjalin relasi dengannya semenjak kursi SMA. Hubunganku dengannya hakekatnya belum terlalu jauh. Paling jauh kami cuma mengerjakan petting dengan masih mengenakan baju dalam. Namun dalam hal yang satu ini seringkali saya tak terpuaskan. Kekasihku senantiasa ‘keluar’ sebelum saya sempat mengalami orgasme.Singkat cerita, saya menjadi bosan dan mulai mencari-cari pelampiasan. Pada mulanya, dikala suatu malam, kekasihku baru saja pulang dari rumahku sesudah kami mengerjakan petting. Dan seperti umumnya, Dia telah ‘keluar’ sebelum sempat saya mengalami orgasme. Malam itu saya seperti itu sebal.Hingga kesudahannya dikala saya sedang tidur-tiduran, dan perasaan itu datang kembali. Horny yang sangat amat. Tanpa kusadari, saya mengawali berkhayal perihal relasi seksual bersama seorang pria kekar, yang seperti itu jantan dan bisa membuatku orgasme hingga berkali-kali.Tanpa kusadari tanganku mulai meremas-remas buah dadaku sendiri.

Saya amat terstimulus dikala itu. Saya sendiri hakekatnya tak mengharapkan untuk bermasturbasi, namun dorongan itu amat kuat, saya cuma menikmati sebuah kenikmatan baru. Sambil terus berkhayal, saya mulai membuka pakaian kaosku hingga saya cuma memakai BH dan celana dalam saja (saya memiliki budaya cuma menerapkan t-shirt tanpa celana seandainya saya sedang berada di rumah).Saya meremas-remas, mengelus-elus lembut payudaraku, sambil terkadang memainkan puting susuku. Nafasku mulai tidak teratur, tangan kananku mulai bergerak ke bawah, menyusuri perutku, lalu stop sejenak di tempat pusarku, lalu memainkannya sejenak, lalu kulanjutkan lagi kebawah, mengelus-elus lembut komponen kemaluanku yang masih tertutup celana dalamku yang berwarna putih dan terbuat dari katun itu. Saya menikmati stimulasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya sekalipun dengan kekasihku sendiri.Sesudah bermain cukup lama di atas celana dalamku, saya mulai menyentuh-raba masuk ke dalam celana dalamku. Kuelus lembut rambut-rambut halusku yang selama ini rajin kucukur. Kumainkan klitorisku yang semenjak tadi telah nampak. Kurasakan kelembaban kemaluanku yang sedari tadi telah terstimulus. Saya menggesek-gesekkan jariku di klitorisku. Hingga tubuhku bergetar tidak karuan.Saat saya mulai memainkan bibir kemaluanku, seperti itu terkejutnya saya dikala tiba-tiba pintu kamarku dibuka dengan pesat, dan rupanya sahabatku yang berinisial S. Alangkah kaget dan malunya saya dikala itu sebab pada dikala itu saya sedang dalam posisi terlentang di daerah tidur dengan cuma memakai celana dalam dan bra yang telah tersingkap, ditambah posisi tangan kananku yang berada di dalam celana dalamku sendiri. Semacam juga S, dia cuma berdiri kaku dan tidak berkata sepatah kata malah.S merupakan seorang gadis bertubuh tepat, hingga kadang-kadang saya dengki dengan tubuhnya itu.


Pinggulnya yang besar, buah dadanya yang tepat (34B) dengan tinggi tubuh sekitar 160 cm, perut langsing. Cukup membikin dengki para gadis yang memandangnya.Sesudah sebagian detik kami saling diam, kesudahannya dia menuntaskan suasana dengan senyum badungnya sambil berkata, “Lagi Ngapain Vy?”Saya cuma bisa menjawab dengan terbata-bata, “Eng.. ngg.. ngga ngapa-ngapain kok..”Ia cuma membalas ucapanku dengan tersenyum badung sambil menghampiri tubuhku yang sedang terlentang dan separuh telanjang. Tanpa berkata apa-apa dia mulai mengelus-elus buah dadaku.Saya sempat tersentak terkejut tetapi dia berkata, “Santai aja, tadi belom puas ya?”Saya pada mulanya masih risih dikala dia mengawalinya, tetapi entah kenapa saya cuma membisu saja keenakan mendapatkan elusan-elusannya itu. Dia mulai membuka BH-ku dan mulai mengecup lembut kedua buah dadaku. Tak lama kemudian saya telah terstimulus dibuatnya, nafasku mulai tidak teratur.Sesudah sebagian menit dia mengecup dan menjilati kedua buah dadaku, dia mulai membuka celana dalamku.

Dia mulai menjilati mulai dari ibu jari kakiku, naik terus ke betis, ke paha, hingga pangkal pahaku. Mendapatkan perlakuannya itu saya benar-benar terstimulus. Badanku mulai galau, bergerak ke kiri-kanan mengimbangi jilatan-jilatannya. Dia stop sebentar, lalu dia berdiri dan mulai membuka bajunya.Saat itu pula saya memandang kedua buah dadanya yang putih cepat, dan puting susunya yang berwarna cokelat muda. Segera itu juga tanpa kusadari saya jadi tambah terstimulus. Terutamanya-lebih dikala dia membuka celana dalamnya. Oh, yang kurasakan pada dikala itu darahku berdesir dari jantungku menuju kemaluanku yang membikin kemaluanku terasa berdetak-detak dibuatnya.Sesudah selesai membuka semua bajunya, dia kembali naik ke atas daerah tidurku dan kembali menjilati pangkal pahaku sambil terkadang meremas payudaraku. Lalu dia mulai menjilati bibir kemaluanku yang membuatku seperti tersetrum arus listrik, badanku mulai mengejang kenikmatan. Dia menjilati bibir kemaluanku cukup lama hingga dia kesudahannya mulai menjilati klitorisku sambil terkadang menggigit kecil klitorisku yang membuatku berkelonjotan.Sesudah agak lama Dia mulai mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang kewanitaanku yang telah berair itu. Dia memutar-mutar jari tengahnya di mulut liang kewanitaanku sebagian kali hingga kesudahannya dia memasukkan jari tengahnya ke dalam liang kewanitaanku dengan pelan. Leguhan kenikmatan malah keluar dari bibir tipisku. Dia mulai menggerak-gerakkan jari tengahnya maju-mundur dengan ritme yang kian lama kian pesat.

“Ahh..” bunyi desahan kenikmatan malah tidak kuasa kubendung untuk keluar dari bibirku ini.Kian dalam dia memasukkan jarinya ke liang kewanitaanku, kian tidak kuasa diriku membendung kenikmatan itu hingga kesudahannya semua tubuhku seperti dialiri suatu hawa kenikmatan yang berfokus pada vaginaku dan menjalar ke semua tubuhku. Jeritan yang terbendung disertai tubuh yang menggelinjang kenikmatan cuma bisa kutahan dengan memagut bibir tipisku sambil mencengkram erat bed cover ranjangku. Sungguh suatu perasaan yang amat luar awam. Saya cuma terkulai lemas sedangkan dalam hati kecil ini masih menginginkan untuk yang berikutnya.Memandang diriku telah menempuh orgasme, S malah mulai menuntun tanganku ke arah buah dadanya yang putih mulus itu. Saya malah lantas menyambutnya dengan elusan-elusan lembut di sekeliling puting susunya, secara pelan-lahan kuusap, terus ke arah tengah buah dadanya, hingga kesudahannya kuusap lembut kedua puting susunya yang telah menegang sedari tadi.Kukulum kedua jari telunjukku, kubasahi dengan ludahku, lalu kuteruskan memberikan stimulus di kedua puting susunya. Leguhan yang keluar dari bibirnya kian membuatku terstimulus untuk memberinya stimulus yang lebih hebat. Lalu saya malah duduk pas di depannya dan mulai menjilati daun kuping kirinya sambil konsisten kedua tanganku memberikan stimulus di kedua buah dadanya.Kujilat sambil terkadang kugigit-gigit kecil daun alat pendengarnya, sambil terus turun ke arah leher, pundak, lalu ke tengah-tengah antara kedua buah dadanya, lalu menuju ke arah buah dadanya yang sebelah kiri. Kujilat terus hingga menuju puting susunya.

Lalu saya stop di sana, kujilat, kumainkan lidahku di sana sambil terkadang kuhisap dan kugigit-gigit kecil.Tubuhnya malah mulai menonjol berkeringat, gerakan-gerakannya kian galau sambil menggigit bibir bawahnya, bunyi leguhan dan desahan malah tidak urung keluar dari bibirnya itu. Sesudah itu saya menuju ke arah buah dadanya yang sebelah kanan, kulakukan persis sama seperti dikala kustimulasi buah dadanya yang sebelah kiri.cukup lama lidahku malah mulai bergerak turun ke arah perutnya yang langsing dan putih mulus, terus ke bawah hingga ke pusarnya. Lalu kujilat-jilat pusarnya yang mengakibatkan tubuhnya kian berkeringat dan berkelonjotan. Dari pusar saya meneruskan lidahku ke bawah, ke arah alat kelaminnya. Kujilat lembut rambut-rambut alat kelaminnya, lalu lidahku kuarahkan ke pangkal pahanya.Kucium-kecup lembut pangkal pahanya yang membuatnya kegelian. Kusentuh dengan jariku bibir alat kelaminnya yang telah berair oleh cairan pelumas yang dikeluarkan oleh vaginanya imbas stimulasi-stimulasi yang tadi kuberikan.

Kugesek-gesekkan jariku di sana. Leguhan yang keluar dari bibirnya malah kian menjadi-jadi mengimbangi kian banyaknya pula cairan yang keluar dari alat kelaminnya.Sesudah agak lama jariku kugesek-gesekkan bibir alat kelaminnya, dengan suaranya yang mendesah, dia malah memintaku untuk menjilati liang kewanitaannya. Tanpa berdaya upaya panjang, saya malah mulai menjilati bibir alat kelaminnya sedangkan dikala itulah untuk pertama kalinya saya menjilat bibir genitalia seorang wanita.Leguhan dan desah napasnya kian memburu. Lalu dengan kedua jariku, kutarik lipatan vaginanya ke atas hingga bisa kulihat klitorisnya yang berwarna pink itu, lalu kujilat-jilat dan kuhisap lembut. Tetesan keringatnya malah kian membasahi tubuh cantiknya itu.Lalu dia menarik tubuhku dan mengajakku untuk menyusun posisi 69 dengan posisiku yang berada di atas. Terus jelas, pada dikala menstimulasinya kemaluanku malah telah amat berair imbas terstimulus hebat, sedangkan ini merupakan untuk pertama kalinya saya berkaitan dengan sejenis.


Sambil menjilati klitorisku dia memasukan jari tengahnya ke dalam liang kemaluanku yang telah berair itu dan menggerak-gerakkan jarinya maju-mundur. Mendapatkan perlakuan itu membikin diriku malah tak berharap keok dan terus merangsang alat kelaminnya kian hebat.Tidak lama kemudian tubuhnya menonjol mengejang menggambarkan orgasmenya sudah tiba. Dia menghentikan kegiatannya merangsang kemaluanku dan mendekap pinggulku erat sambil meremas kedua pantatku disertai leguhan panjang sedap dari bibirnya.Dengan napas yang masih terengah-engah lalu dia menyuruhku mengganti posisi menyusun posisi menyerupai huruf X, dimana genitalia kami bersua di tengah-tengah. Kami malah seakan sudah terbiasa dengan posisi hal yang demikian mulai menggerak-gerakkan pinggang kami sampai genitalia kami saling bergesekan satu sama lain. Sensasi rasa yang ditimbulkannya amat luar awam.Napas kami berdua kian memburu mengimbangi friksi-friksi di genitalia kami yang kian lama kian pesat. Posisi ini kami lakukan sambil dia menjilat-jilat telapak kakiku, lalu dia malah mengisap-isap jari-jari kakiku yang menambah stimulasi di tubuhku.Sesudah sekitar 10 menit kami dalam posisi itu, saya malah berteriak dengan napas yang terengah-engah dan memberitahukannya bahwa saya sejenak lagi keluar sebab saya menikmati kemaluanku seperti berdetak-detak.


Dia malah membalas dengan menjawab bahwa dia malah sejenak lagi akan keluar dan mengusulkan untuk mengeluarkannya bersama-sama. Dalam hitungan detik tubuh kami menggelinjang secara beriringan tersengat hawa kenikmatan yang menjalar di tubuh kami berdua hingga kesudahannya kami berdua terkulai lemas di atas ranjangku dengan napas terengah-engah dan ranjang yang membasah terkena peluh kami berdua.Sesudah napas kami mulai normal, dengan tubuh masih telanjang dia memeluk lembut tubuhku lalu mencium bibirku dengan lembut, lalu sesudah itu dia mencium keningku sambil berkata, “Vy, kau hebat! makasih ya..”

Cukup lama kami tiduran sambil berpelukan hingga kesudahannya dia mempertimbangkan untuk menelepon rumahnya dan memberitahukan bahwa dia akan menginap di rumahku. Malam itu kami tidur bersama di bawah satu selimut tanpa mengenakan selembar benang malah di tubuh. Hingga kini malah dia masih acap kali menginap di rumahku dan kami malah acap kali menjalankannya dengan beraneka posisi dan tipe.

Pernah juga S datang dan membawa sebuah dlido (penis mainan) yang bervibrator sepanjang 20 cm dengan diameter 3 cm dan kami malah sempat bermain-main dengan alat itu. Kini ini telah sekitar 2 pekan kami tak berkomunikasi lagi. Dia sibuk dengan kegiatannya sendiri dan seperti itu juga denganku. Begitu cerita kongkret aku yang bisa aku ceritakan sedangkan dengan artikel yang jauh dari total ini sebab terus jelas ini merupakan pengalamanku yang pertama kali menulis kisah kongkret di sini.

No comments:

Post a Comment