Sunday, March 25, 2018

Cerita Sex Ngentot Kehilangan Keperawananku - www.ceritasexnesia.blogspot.com

Perkenalkan nama panggilanku Maya. Aku baru berusia 18 tahun (SMA ruang belajar III). Tinggiku cukup sekitar 168 cm dan warna kulitku kuning bersih. Rambutku pendek sebahu, dan dadaku tidak terlampau besar dan tidak terlampau kecil juga.

Sangat proporsional antara tinggi dan berat badanku. Kata orang-orang aku sangat sesuai untuk seorang model. Dan aku belum memiliki pacar. Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara dan seluruh perempuan. Kakak-kakakku seluruh sudah memiliki pacar, kecuali adikku yang sangat kecil ruang belajar dua SMP.

Pengalaman ini terjadi sekitar mula bulan Feb 2001. Pengalaman ini tidak kukarang sendiri namun menurut kisah asli yang kualami di tahun 2001 ini. Ceritanya begini. Bermula ketika aku berkenalan dengan seorang cowok, sebut saja namanya Muki. Orangnya tampan, tinggi selama 170 cm, dan tubuhnya atletis. Pokoknya cocok dengan lelaki idamanku.


Perbedaan usia kami selama 8 tahun, dan dia baru saja lulus dari universitas swasta familiar di kota Jakarta. Kami kenalan pada ketika aku sedang mempersiapkan acara guna perpisahan ruang belajar 3 di SMA-ku. SMAku di area Jakarta Barat. Dan pada saat tersebut Muki sedang mendampingi adiknya yang kebetulan panitia perpisahan SMA kami. Pada saat tersebut Muki melulu melihat-lihat persiapan kami dan duduk di ruangan sebelah.

Akhirnya pada ketika istirahat siang, berikut kesatu kalinya kami ngobrol-ngobrol. Dan pada ketika kenalan itu kami sempat menukar nomor telepon rumah. Kira -kira tiga hari kemudian, Muki menelepon ke rumahku.

“Hallo selamat sore, dapat bicara dengan Maya, ini dari Muki.”
“Ada apa, kok tumben inginkan nelepon ke sini, aku kira telah lupa.”
“Gimana kabar kamu, mana barangkali aku lupa. Hmm, May terdapat acara nggak malam minggu ini.”

Aku sempat kaget Muki mengajakku terbit malam minggu ini. Padahal baru sejumlah hari ini kenalan namun dia telah berani mengajakku keluar. Ah, biarlah, cowok ini memang idamanku kok.

“Hmmm… belum tau, barangkali nggak ada, dan mungkin pun ada,” jawabku.
“Kenapa dapat begitu,” balas Muki.
“Ya, kalaupun ada dapat dibatalin seandainya anda ngajak keluar, dan kalo batal acaranya aku bakalan bakal nggak terima telpon anda lagi,” balasku lagi.
“Ooo begitu, bila gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, anda jalan-jalan aja. Di mana alamat rumahmu.”

Kemudian aku menyerahkan alamat rumahku di area Maruya. Dan ternyata lokasi tinggal Muki tidak begitu jauh dari rumahku. Ya, guna seukuran Jakarta, segala sesuatunya dihitung dengan masa-masa bukan jarak.

Tepat hari sabtu sore, Muki datang dengan kendaraan dan parkir tepat di depan rumahku. Setelah tiga puluh menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan pamitan dengan orang rumah, kesudahannya kami meninggalkan lokasi tinggal dan belum tahu mau mengarah ke ke mana. Di dalam mobil kami berdua, ngobrol seraya ketawa-ketawa dan tiba-tiba Muki menghentikan mobilnya tepat di lapangan tenis yang terdapat di area Jakarta Barat.

“May, anda cantik sekali hari ini, boleh aku menghirup kamu,” bisik Muki mesra.
“Muk, apa anda baru aja kenalan, dan anda belum tau siapa aku dan aku belum tau siapa anda sebenarnya, jangan-jangan anda sudah punya pacar.”
“Kalo aku telah punya pacar, sudah tentu malam minggu ini aku ke lokasi pacarku.”
“Muk, terus terang sejak kesatu kali melihat anda aku langsung tertarik.”

Tiba-tiba tangan Muki memegang tanganku dan meremasnya powerful -kuat.”Aku pun May, begitu melihat anda langsung tertarik.”

Dan Muki unik tanganku sampai badanku ikut tertarik, kemudian Muki memelukku erat-erat dan menghirup rambutku sampai telingaku. Aku merinding dan tiba-tiba tanpa kusadari bibir Muki telah ada di depan mataku. Dan pelan-pelan Muki menghirup bibirku. Pertama-tama, sempat kulepaskan. Karena berikut kesatu kali aku dihirup seorang laki-laki. Dan tanpa pikir panjang lagi, aku yang langsung unik badan Muki dan menghirup bibirnya. Ciuman Muki kelihatannya sudah berpengalaman sekali dan membuatku begitu bernafsu untuk unik lidahnya. Oh.. alangkah nikmatnya malam ini. Dan, lama-kelamaan tangan Muki mulai meraba selama dadaku.

“Jangan Muk, aku tidak inginkan secepat ini, lagi pula anda melakukannya di depan jalan, aku malu Muk,” jawabku.
Sebenarnya aku hendak dadaku diremas oleh Muki sebab aku telah mengidam-idamkan dan sudah menginginkan apa yang bakal terjadi berikutnya.
“May, bagaimana bila kita nonton aja. Sekarang masih jam separuh delapan dan film masih terdapat kok.”


Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop kami menggali tempat posisi yang sangat bawah. Muki kelihatannya sudah sangat empiris dalam memilih lokasi duduk. Dan begitu film diputar, Muki langsung melumat bibirku yang tipis. Lidah kami saling beradu dan aku tidak mempedulikan tangan Muki meraba di dekat dadaku. Walaupun masih ditutupi dengan baju.

Tiba-tiba Muki membisikkan sesuatu di telingaku, “May, anda membuat nafsuku naik.”

“Aku pun Muk,” balasku manja.

Dan Muki unik tanganku dan menunjukkan tanganku ke arah penisnya. “Astaga,” pikirku. Ternyata diluar dugaanku, penis Muki sudah paling tegang sekali. Dan aku tidak menyia-nyiakan peluang yang kesatu kali ini.


“Teruskan may, remas yang powerful dan lebih powerful lagi.” Tak lama kemudian, tangan Muki sudah sukses membuka bajuku. Kebetulan saat tersebut aku menggunakan kemeja kancing depan. Sehingga tidak terlalu sulit untuk membukanya. Kebetulan aku menggunakan BH yang dimulai dari depan.

Akhirnya tangan Muki sukses meremas susuku yang baru kesatu kali ini dipegang oleh seseorang yang baru kukenal. Muki meremasnya dengan lembut sekali dan sekali-kali Muki memegang puting susuku yang telah keras. “Teruskan Muk, aku enak sekali..” Dan tanpa sengaja aku pun telah membuka reitsleting celananya, yang pada saat tersebut memakai celana kain. “Astaga,” pikirku sekali lagi, tanganku dituntun Muki untuk menginjak celana dalam yang dipakainya. Dan sesaat lantas aku telah meremas-remas penis Muki yang paling besar. Kami saling menikmati suasana di bioskop masa-masa itu. “Teruskan Muk, aku enak sekali..” Tidak terasa film yang kami tonton selesai dengan cepat. Dan kesudahannya kami terbit dengan perasaan kecewa.


“Kita langsung kembali ya May telah malam,” pinta Muki.
“Muk, sebetulnya aku belum inginkan pulang, lagian seringkali kakak-kakakku bila malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, kini masih jam 10:15, anda keliling-keliling dulu ya.” bisikku mesra.

Sebenarnya dalam hatiku hendak sekali mengulang apa yang telah kami kerjakan tadi di dalam bioskop. Namun rasanya tidak enak bila kukatakan pada Muki. Mudah-mudahan Muki memahami apa yang kuinginkan.

“Ya, telah kita jalan-jalan ke senayan aja, seraya ngeliat orang-orang yang lagi bingung juga,” balas Muki dengan nada gembira.

Sampai di senayan, Muki memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon yang jauh dari mobil lainnya. Dan sesudah Muki menghentikan mobilnya, tiba-tiba Muki langsung unik wajahku dan menghirup bibirku. Kelihatannya Muki begitu bernafsu menyaksikan bibirku. Sebenarnya inilah masa-masa yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir dan permainan lidah yang kami kerjakan membuat gairah kami tidak tertahan lagi.

Tiba-tiba Muki mencungkil ciumannya. “May, aku hendak mencium susumu, bolehkan..” Tanpa berbicara sedikit juga aku membuka kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai. Terlihat dua gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang paling luas di depan mata Muki. Dan kulihat Muki begitu memperhatikan format bulatan yang terdapat di depan matanya. Memang susuku belum begitu tumbuh secara keseluruhan, namun aku telah tidak sabar lagi untuk dihirup oleh seorang lelaki.

“May, apa ini baru kesatu kali terdapat yang memegang yang menciumi susumu,” bisik Muki.
“Iya, Muk, baru anda yang kesatu kali, aku menyerahkan ke orang yang benar -benar aku inginkan,” balasku manja.

Tak lama kemudian, Muki dengan lembutnya menciumi susuku dan memainkan lidahnya di seputar puting susuku yang sedang keras. Aduh enak sekali rasanya. Inilah masa-masa yang tunggutunggu semenjak lama. Nafsuku langsung naik pada ketika itu.

“Jangan berhenti Muk, teruskan ya… aku enak sekali..” Dan tanganku pun dituntun Muki guna membuka reitsleting celananya. Dan aku membukanya. Kemudian Muki menyuruh pindah lokasi duduk dan kami juga pindah di lokasi duduk belakang. Sepertinya di belakang kami dapat dengan leluasa saling berpelukan.

Baju kemejaku telah dilepas oleh Muki dan yang tertinggal melulu BH yang masih menggantung di lenganku. Reitsleting celana Muki telah terbuka dan tiba-tiba Muki menurunkan celananya dan tampak jelas terdapat tonjolan di dalam celana dalam Muki. Dan Muki menurunkan celana dalamnya. Terlihat jelas sekali penis Muki yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku guna memegang penisnya. Dan aku tidak melepaskan peluang tersebut. Muki masih terus menjilati susuku dan sekali-kali Muki menggigit puting susuku.

“Muk, teruskan ya… jilat aja Muk, sesukamu..” desahku tak karuan.

Sementara aku masih terus memegang penis Muki. Dan kelihatannya Muki kian bernafsu dengan permainan seksnya. Akhirnya Muki telah tidak tahan lagi.

“May, anda isap punyaku ya… inginkan nggak?”
“Isap bagaimana..”
“Tolong keluarin punyaku di mulutmu.”

Sebenarnya aku masih bingung, tapi sebab penasaran apa yang dimaui Muki, maka aku menurut keterangan dari saja apa permintaannya. Dan Muki merubah posisi duduknya, Muki menurunkan kepalaku sampai aku berhadapan langsung dengan milik Muki.

“Muk, besar sekali punyamu.”
“Langsung aja may, aku telah tidak tahan..”


Aku langsung mengulum pelan-pelan milik Muki. Inilah kesatu kali aku melihat, memegang dan mengisap dalam satu waktu. Aku menjilati dan kadang kutarik dalam mulutku milik Muki. Sekali-kali kujilati dengan lidahku. Dan sekali-kali pun kujilati dan kuisap buah milik Muki. Aku memang merasakan yang namanya penis. Mulai dari atas turun ke bawah. Dan kuulangi lagi laksana itu. Dan kepala penis milik Muki aku jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat.

Sekitar lima menit aku merasakan permainan punya Muki, tiba-tiba, Muki menyangga kepalaku dan menyuruhku mengisap lebih kuat. “Terus May, tidak boleh berhenti, terus isap yang kuat, aku telah tidak tahan lagi..” Dan tidak lama sesudah itu, Muki mengerang keasyikan dan tanpa sadar, terbit cairan berwarna putih dari penis Muki. Apakah ini yang namanya sperma, pikirku.

Dalam suasana masih keluar, aku tidak dapat melepaskan penis Muki dari mulutku, aku terus mengisap dan menyedot sperma yang terbit dari penis Muki. Ah… rasa dan aromanya membuatku hendak terus merasakan yang namanya sperma. Aku juga tidak dapat melepaskan kepalaku sebab ditahan oleh Muki. Aku terus melanjutkan isapanku dan aku hanya dapat melebarkan mulutmu dan beberapa cairan yang terbit tertelan di mulutku. Dan Muki kelihatan telah enak sekali dan mencungkil tangannya dari kepalaku.

“May, aku telah keluar, tidak sedikit ya..”
“Banyak sekali Muk, aku tidak sanggup guna menelan semuanya, sebab aku belum biasa.”
“Tidak apa-apa May..”

Kemudian Muki memungut cairan yang terbuang di dekat penisnya dan membubuhkan ke susuku. Aku pun menyimak kelakuan Muki. Dan Muki mengelus-elus susuku. Akhirnya jam telah tepat jam 11 malam. Dan aku diantar oleh Muki tepat jam 11 lewat 35 menit. Karena besoknya kami berjanji bakal ketemu lagi. Malamnya entah kenapa aku paling sulit sekali tidur.

Karena pengalamanku yang kesatu membuatku penasaran, entah apa yang bakal kulakukan lagi bareng Muki esoknya.Dan, malam tersebut aku masih terkenang akan penis Muki yang besar dan wewangian sperma serta hendak rasanya aku menelan sekali lagi. Ingin cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa malam itu.
Besoknya dengan dalil ada pertemuan panitia perpisahan, aku akhirnya dapat keluar rumah.Akhirnya cocok jam yang telah ditentukan, Muki menjemputku dan Muki membawaku ke sebuah tempat yang masih teramat asing buatku.

“Tempat apa ini Muk,” tanyaku.
“May, ini lokasi kencan, daripada anda kencan di mobil lebih bagus anda ke sini aja, dan lebih
aman dan pastinya lebih leluasa. Kamu mau.”
“Entahlah Muk, aku masih fobia tempat laksana ini.”
“Kamu tidak boleh takut, anda tidak terbit dari mobil. Kita langsung mengarah ke kamar yang anda pesan.”

Dan hingga di garasi mobil, kami keluar, dan di garasi itu melulu ada satu pintu. Sepertinya pintu tersebut menuju ke kamar. Benar dugaanku. Pintu tersebut menuju ke kamar yang telah dingin dan nyaman sekali, tidak laksana yang kubayangkan. Terlihat terdapat kulkas kecil, kamar mandi dengan shower, dan TV 21, dan lokasi tidur guna kapasitas dua orang.

“Maya, anda santai di sini aja ya… barangkali sampai senja atau kita kembali setelah magrib nanti, anda mau..” pinta Muki.
“Aku setuju saja Muk, terserah kamu.”

Setelah santap siang, kami ngobrol-ngobrol dan Muki membaringkan badanku di lokasi tidur. “May, anda mau kan melakukannya sekali lagi untukku.” Aku setuju. Sebenarnya berikut yang membuatku beranggapan malamnya apa yang bakal kami kerjakan berikutnya. Muki berdiri di depanku, dan mencungkil kancing kemejanya satu persatu, dan membuka celana panjang yang dipakainya. Terlihat sekali lagi dan kini lebih jelas lagi milik Muki daripada malam kemarin.

Ternyata milik Muki lebih banyak dari yang kubayangkan. Dan, dalam sekejap Muki telah terlihat bugil di depanku. Muki memelukku erat-erat dan membangunkanku dari lokasi tidur. Sambil menghirup bibirku, Muki unik ke atas baju kaos ketat yang kupakai. Dan memelukku sambil mencungkil ikatan BH yang kupakai. Dan pelan-pelan tangan Muki membelai susuku yang telah keras. Dan lama -kelamaan tangan Muki sudah menjangkau reitstleting celanaku dan membuka celanaku. Dan menurunkan celana dalamku. Aku masih posisi berdiri, dan Muki jongkok tepat di depan vaginaku. Muki memandangku dari arah bawah. Sambil tangannya mendekap pahaku.

“May, bodi anda bagus sekali.”
Muki sekali lagi menyimak bulu-bulu yang tidak terlampau lebat dan menciumi wewangian vaginaku.
“May, sekiranya hari ini perawanmu hilang, anda bagaimana.”
“Terserah anda Muk, aku tidak peduli mengenai perawanku, aku hendak menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya denganmu..”

Akhirnya aku pasrah apa yang dilaksanakan oleh Muki. Kemudian Muki meniduriku yang telah tidak menggunakan apa-apa lagi. Kami telah sama-sama bugil. Dan tidak terdapat batasan lagi antara kami. Muki bebas menciumiku dan aku pun bebas menciumi Muki. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang paling besar. Baru kesatu kali ini aku melakukannya laksana hubungan suami istri.

Muki menciumi semua tubuhku mulai dari atas turun ke bawah. Begitu bibir Muki hingga di vaginaku yang sudah paling basah, terasa olehku Muki membuka lebar vaginaku dengan jari-jarinya. Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu senikmat ini, hendak kulakukan dari dulu. Ternyata Muki telah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar. Dengan permainan lidahnya di vaginaku dan tangan Muki seraya meremas susuku dan memainkan putingku, aku rasanya sudah paling enak sekali. Sepertinya tidak kusia-siakan kesenangan ini tiap detik. Muki sekali-kali memasukan jarinya ke vaginaku dan memasukkan lidahnya ke vaginaku.

Akhirnya dengan nafsu yang telah tidak dapat kutahan lagi, kukatakan pada Muki. “Muk, masukkan punyamu ke punyaku ya… masukannya pelan -pelan,” pintaku. Muki kemudian bangkit dari arah bawah. Dan menciumi bibirku. “May, anda sudah siap aku masukkan, apa anda tidak menyesal nantinya.” “Tidak Muk, aku tidak menyesal. Aku telah siap melakukannya.”Lalu Muki melebarkan kakiku dan tampak jelas sekali punya Muki yang paling besar telah siap-siap guna masuk ke punyaku. Vaginaku telah basah sekali. Dan kubimbing penis Muki supaya tepat masuk di lubang vaginaku. Pertama-tama memang agak sakit, namun punyaku kelihatannya sudah tidak terasa lagi bakal sakit yang ada, lebih tidak sedikit nikmatnya yang kurasakan. Dengan desakan pelan dan pelan sekali, kesudahannya punya Muki sukses masuk ke dalam lorong kenikmatanku.

“Oh… enak sekali,” jeritku.

Terasa semua lorong dan dinding vaginaku sarat dengan penis besar milik Muki. Dengan sekali tekan dan desakan yang paling keras dari penis Muki, menciptakan hari tersebut aku telah tidak perawan lagi. Muki membisikkan sesuatu di telingaku, “May, anda sudah tidak perawan lagi.”

“Ngga apa-apa Muk, tidak boleh dilepas dulu ya…”
“Terus Muk, goyang lebih kencang, aku enak sekali..” Dengan posisi aku di bawah, Muki di atas, kami melakukannya lama sekali.

Muki terus menciumi susuku yang telah keras, penis Muki masih tenggelam di vaginaku. Akhirnya puncak kenikmatanku yang kesatu terbit juga.

“Muki kelihatannya aku telah tidak tahan lagi… aku inginkan keluar.”
“Keluarin terus May, aku tidak akan mencungkil punyaku.”
“Muk, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku terbit Muk, aku keluar.. terbit Muk..enaak sekali, tidak boleh berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada ketika orgasme yang kesatu, Muki langsung menciumi bibirku. Oh… benar -benar spektakuler sekali enaknya.

Akhirnya aku merasakan kehangatan punya Muki dan aku masih mendekap badan Muki. Walaupun udara di kamar tersebut sangat dingin, namun hawa yang kami keluarkan mengungguli udara dingin.

“May, aku masih inginkan lagi, tidak bakal kulepaskan… kini aku inginkan posisi enam sembilan. Kamu isap punyaku dan aku isap punyamu.”

Kemudian kami berubah posisi ke enam sembilan. Muki dapat sangat jelas mengisap punyaku. Dan kelihatan kliotorisku yang paling besar dan panjang.

“May punyamu lebar sekali.”
“Isap terus Muk, aku hendak mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali.”

Aku terus mengisap punya Muki sedangkan Muki terus menjilati vaginaku dan kami melakukannyasangat lama sekali. Penis Muki yang sudah paling keras sekali membuatku bernafsu guna melawannya. Dan permainan mulut Muki di vaginaku pun membuatku benar-benar terangsang dan kelihatannya saat-saat laksana ini tidak hendak kuakhiri.

“Muk… aku mau terbit lagi… aku tidak tahan lagi honey…”
“Tahan sebentar May, aku pun mau keluar..”

Tiba-tiba Muki langsung merubah posisi. Aku di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Muki melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Muki hendak memasukkan penisnya ke vaginaku. Dan sekali lagi Muki memasukkan penisnya ke vaginaku. Walaupun masih agak sulit, tapi kesudahannya lorong kenikmatanku dapat ditembus oleh penis Muki yang besar.

“Dorong yang keras Muk, lebih keras lagi,” desahku. Muki menggoyangan badannya lebih cepat lagi.
“Iya Muk, laksana itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku inginkan melakukannya terusmenerus denganmu..”
“May, aku telah tidak tahan lagi… aku inginkan keluar…”
“Aku pun Muk, tidak banyak lagi, kita terbit sama -sama ya… aaa..”
“May… aku keluar..”
“Aku pun Muk… aaa… aa… terasa Muk, terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, May… goyang terus May, punyaku lagi keluar…”
“Aduh Muk… enak sekali…”

Bibirku langsung menciumi bibir Muki yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak lama lantas kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kesenangan yang luar biasa. Dan sama-sama mengalami kesenangan yang tidak dapat diukur.

“May… spermaku kini ada di dalam punyamu.”
“Ia Muk…”

Tidak lama kemudian, Muki mencuci cairan spermanya di vaginaku.

“May, kalo anda hamil, aku inginkan bertanggungjawab.”
“Iya Muk..” jawabku singkat.

Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar mandi kami melakukannya sekali lagi, dan aku mengalami kesenangan sampai dua kali. Sekali terbit pada ketika Muki menjilati vaginaku dan sekali lagi pada ketika Muki memasukkan penisnya ke vaginaku. Muki pun merasakan hal yang sama.


Sorenya kami melakukannya sekali lagi. Kali melakukannya berulang kali. Dan tidur kami melulu sebentar, tidak hingga satu jam kami telah melakukannya lagi. Benar-benar luar biasa. Aku juga tidak tahu mengapa nafsuku begitu bergelora dan tidak inginkan berhenti. Kalau dihitunghitung dalam mengerjakan hubungan badan, aku sudah terbit 8 kali orgasme. Dan kalau melulu sekedar diisap oleh Muki melulu 3 kali. Jadi telah 11 kali aku keluar. Sementara Muki telah 7 kali.

Malamnya tepat jam 8.30 kami terbit dari penginapan. Padahal andai dipikir-pikir, melulu dalam masa-masa dua hari saja aku sudah mencungkil keperawananku ke seseorang. Dan sampai kini hubunganku dengan Muki bukan sifatnya pacaran, namun hanya mempunyai sifat untuk memuaskan nafsu saja. Dan, baru kali ini aku dapat merasakan istirahat yang paling pulas sesampainya di rumah. Besoknya aku mesti sekolah laksana biasa dan pastinya dengan perasaan senang dan hendak melakukannya berkali-kali.

Seperti biasa masing-masing tanggal 20, aku datang bulan. Dan kemarin (tanggal 20 Februari 2001) ini aku masih dapat. Aku langsung menelepon Muki sepulang dari sekolah.

“Muk, aku bisa lagi, dan aku tidak hamil.”
“Iya May… syukurlah…”
“Muk, aku hendak melakukannya sekali lagi, anda mau Muk..”


Dan, ternyata kami dapat melakukannya di mana saja. Kadang aku mengisap penis Muki seraya Muki menyetir mobil yang lagi di jalan tol. Dan sesudah cairan sperma Muki terbit yang tentunya seluruh kutelan, sebab sudah biasa, setelah tersebut tangan Muki memainkan vaginaku. Kadang pun sebelum kembali aku tidak lagi menghirup bibir Muki, namun aku mengisap milik Muki sebelum turun dari mobil, melulu sekitar 2 menit, Muki telah keluar.


Dan aku masuk lokasi tinggal masih terdapat sisa-sisa wewangian sperma di mulutku. Di tiap pertemuan kami berdua tidak jarang kali saling mengeluarkan. Jika kami hendak melakukan hubungan badan, seringkali kami mencarter penginapan dari siang sampai senja dan hanya dilaksanakan tiap hari sabtu sebab pada saat tersebut sepulang sekolah Muki langsung mengajakku ke penginapan.

No comments:

Post a Comment