Sebut saja dia Tante Yohana, dia perempuan keturunan chinese yang berumur nyaris 40, sebaya dengan Tante Helena hanya lain 1 atau 2 tahun saja yang telah ditinggal suaminya sebab wanita lain.
Postur tubuhnya pun tidak jauh dengan Tante Helena, agak gemuk melulu saja Tante Yohana lebih pendek dari Tante Helena dan wajahnya pun lebih kelihatan tua sebab tampak tidak banyak kerutan-kerutan diwajahnya barangkali terlalu tidak sedikit pikiran.
Waktu tersebut dia sedang jalan sendirian akan santap dan kebetulan ketemu dengan kami yang kesudahannya dia disuruh bergabung oleh Tante Helena, dan aku diluncurkan oleh Tante Helena kepadanya sebagai keponakan jauhnya. Setelah santap kami melanjutkan pembicaraan sambil jalan melihat-lihat barang di toko-toko yang terdapat dimall itu.
Entah apa yang dirundingkan oleh mereka berdua secara bisik-bisik sebab aku lihat lirikan Tante Yohana yang menyaksikan aku seraya senyum-senyum, dan setelah tersebut dia tidak jarang mencuri-curi pandang melihatku. Setelah lelah jalan-jalan dan hari mulai senja Tante Yohana kesudahannya pulang.
“Oke, Hel. Aku kembali dulu ya, nyaris sore nih. Sampai ketemu lagi Ferry” kata Tante Yohana seraya tersenyum penuh makna kepadaku yang menciptakan aku tambah bingung dan dia melenggang mengarah ke car call guna memanggil sopirnya.
Sepeninggal Tante Yohana kami mengarah ke food court untuk melakukan pembelian minum dan istirahat.
“Fer, menurut anda Tante Yo gimana?” tanye Tante Helena padaku setelah melakukan pembelian minum dan duduk ditempat yang agak memojok dan meminum minumannya.
“Mmm.. gimana apanya Tante?” jawabku bingung mendengar pertanyaan Tante Helena seraya menyedot minuman enteng yang aku pesan.
“Ah anda ini, pura-pura nggak ngerti apa emang nggak ngerti? Ya sifat orangnyalah, bodynyalah, facenyalah dan lain-lainnyalah” jawab Tante Helena agak sewot.
“Oo, kalo sifatnya sih saya belum tau bener, kan baru sekali ketemu, namun keliatannya orangnya baik dan ramah, terus kalo face dan bodinya mm.. biasa-biasa aja tuh” jawabku seraya tersenyum.
“Emang mengapa Tante, kok Tante tanya gitu? Bikin aku bingung aja. Terus tadi ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik terus Tante Yohana jadi mengherankan sikapnya” tanyaku pada Tante Helena.
“Fer, anda tahukan kalo Tante Yo tersebut sudah lama hidup sendiri semenjak pisah sama suaminya. Nah tadi masa-masa Tante Yo lihat anda dia langsung tertarik sama kamu, dan dia nanyain tentang anda terus ke Tante karena dia nggak percaya kalo kamu tersebut keponakan jauh Tante, jadi Tante terpaksa kisah dech kedia siapa anda sebenernya. Kamu tidak boleh marah ya, abis Tante Yo tersebut suka maksa kalo keinginannya belum kesampaian” jawab Tante Helena.
“Terus.. mm.. dia pengen sama anda Fer.. gimana? Kamu inginkan nggak?” tanya Tante Helena dengan wajah serius.
“Wah gimana ya, repot pun nich kalo hingga dia ngomong-ngomong ke orang lain, dapat tercemar nama Tante. Kalo menurut keterangan dari Tante dia dapat jaga rahasia anda dengan teknik gitu ya sudah, saya bakal layani dia” jawabku serius juga.
“Tapi nanti kamu tidak boleh lupain Tante ya kalo telah dekat sama dia” kata Tante Helena was-was.
“Ah Tante ini ada-ada saja, nggak mungkinlah saya tak sempat sama Tante, sayakan kenal Tante dulu baru Tante Yo” jawabku menghibur Tante Helena yang tampak agak kecil hati dari ekspresi mukanya.
“Yah.. sapa tahu kamu dapat dapet lebih dari Tante Yo dan lupain Tante deh” katanya lagi seraya menghembuskan nafas.
“Jangan kuatir Tante, saya bukan tipe orang yang mudah ngelupain jasa baik orang untuk saya, jadi Tante tenang saja” jawabku kemudian.
“Okelah kalo gitu nanti Tante hubungi Tante Yo, biar dia nanti hubungi kamu” kata Tante Helena kemudian.
Setelah tersebut Tante Helena lebih tidak sedikit diam entah apa yang terdapat dalam pikirannya dan tak lama lantas kamipun pulang.
Malamnya Tante Yo menghubungi aku lewat telepon.
“Hallo Ferry, ini Tante Yo masih ingatkan?” tanya Tante Yo dari seberang.
“O iya masih, kan baru tadi siang ketemu, terdapat apa Tante?” jawabku seraya bertanya.
“Tadi Tante Helena sudah kisah belum sama anda tentang Tante?” tanyanya lagi.
“Sudah sih, mm.. memang Tante serius?” tanyaku lagi pada Tante Yo.
“Serius dong, gimana anda okekan?” tanya
Tante Yo lagi.
“Kalo gitu oke dech” jawabku singkat.
Lalu kami berdialog sebentar dan kami kesudahannya kami janjian kelak pagi dilobby hotel “XX” didaerah jakarta barat dan dia bakal datang lebih mula karena bakal check-in dulu, setelah tersebut teleponpun ditutup.
Keesokannya laksana biasa aku menggunakan baju apik seperti orang kerja agar tidak terlampau menyolok dan aku menantikan di lobby hotel tersebut sebab aku pun datang lebih awal, tak lama aku menantikan teleponku berdering.
“Hallo Ferry, ini Tante Yo. Tante telah ada diatas, anda langsung naik aja di kamar 888 oke? Tante tunggu ya” kata Tante Yo mengumumkan kamarnya.
“Oke Tante saya segera kesana, saya pun sudah di lobby” jawabku singkat dan memblokir pembicaraan.
Setelah mematikan teleponku supaya tidak diganggu, aku naik lift mengarah ke kamar Tante Yo. Sampai didepan pintu kutekan bel dan Tante Yo membukakan pintu.
“Ayo masuk, udah dari tadi Tante hingga dan langsung check-in. O ya, anda mau minum atau inginkan pesan santap apa? tadi sih Tante telah pesan santap dan minum guna dua orang, tapi bila kamu inginkan pesan yang beda pesan saja, jadi sekalian nanti diantarnya” kata Tante Yo seraya mempersilahkan aku masuk dan memblokir pintu.
“Yah sudah bila Tante telah pesan, nggak usah pesan lagi, nanti banyak sekali makanan justeru bingung” jawabku.
“Kok bingung kan bikin gantiin tenaga anda he he he” jawab Tante Yo bercanda.
Kemudian Tante Yo duduk di sofa besar yang terdapat didalam kamar tersebut dan aku duduk di sebelahnya, kami berbincang-bincang sambil menyaksikan TV kemudian aku mendekati Tante Yo dan mendekap pundaknya, lantas Tante Yo merebahkan kepalanya kepundakku, kubelai rambutnya dan kukecup kening Tante Yo.
“Mmm.. anda romantis ya Fer, pantes Helena suka sama kamu. hh.. telah lama Tante nggak menikmati suasana romantis laksana ini” kata Tante Yo seraya menghembuskan nafas.
“Ya sudahlah Tante, yang urgen hari ini Tante akan menikmati hangat dan romantisnya cinta, sebab hari ini aku kepunyaan Tante sepenuhnya” jawabku menghibur dia seraya kukecup lagi keningnya.
Tante Yo menatapku sendu seraya tersenyum.
“Terima kasih sayang” kata Tante Yo.
Kecupanku dibibirnya perlahan pulang menjadi ciuman lembut yang dijawab Tante Yo dengan lembut juga, kelihatannya Tante Yo benar-benar hendak merasakan nikmatnya berciuman yang telah lama tidak dirasakannya.
Kami saling cium, saling kulum, dan saling memainkan lidah kemulut pasangan kami. Kugelitik lidah Tante Yo dengan lidahku dan kusapu langit-langit mulutnya seraya kupeluk tubuhnya dan kuraba wajah dan tengkuk serta lehernya dengan tanganku yang lainnya.
“Ahh sayang, aku suka sekali ciuman kamu, mm.. ciuman anda lembut dan merangsang, mm.. anda memang pintar berciuman, ahh.. mari sayang beri Tante yang lebih dari ini” kata Tante Yo disela-sela ciuman kami dan berciuman lagi.
Tanganku mulai bergerak meremas kedua payudara kepunyaan Tante Yo bergantian. Tapi aksi kami terganggu oleh pelayan yang mengantar makanan yang dipesan oleh Tante Yo. Setelah pelayan terbit dan Tante Yo menyerahkan tips, tiba-tiba Tante Yo menabrak aku dan mendorong aku sampai terjatuh diatas lokasi tidur dan dengan ganas dia langsung memelorotkan celana dan celana dalamku,
hingga penisku yang masih istirahat terbebas dari sarangnya dan langsung diterkam olehnya. Disedot, dikulum dan digigitnya penisku yang mulai bangkit dengan napsu dan buas, dan kedua tangannya tak henti-henti mengocok dan memainkan kedua bolaku.
“Ahh Tante.. pelan-pelan Tante.. ahh.. enak sekali Tante.. ohh” desahku menyangga nikmat yang diserahkan oleh Tante Yo padaku.
Tanganku hanya dapat meremas rambut Tante Yo dan seprei kasur yang telah mulai berantakan, tak lama lantas kulepaskan kepala Tante Yo dari penisku, kuangkat Tante Yo dan kurebahkan dikasur.
“Sekarang giliranku, Tante diam saja dan nikmati permainan ini ya” kataku seraya mengecup bibir Tante Yo dan mulai mencumbu Tante Yo sedangkan Tante Yo melulu diam saja seraya menatapku dengan sendu.
Kumulai cumbuanku dengan menciumi bibirnya dan perlahan turun kelehernya seraya kubuka kancing baju Tante Yo satu persatu seraya terus turun kedadanya. Setelah kancing bajunya terbukan semua, kuraih pengait BH yang terdapat dibelakang dan kubuka sampai-sampai ikatan BHnya tersingkap dan ku lepaskan BH Tante Yo lewat kedua tangannya tanpa melepas baju Tante Yo,
setelah lepas langsung kuciumi kedua payudara Tante Yo, kuciumi seluruhnya kecuali putingnya yang telah berdiri mengacung mohon dikulum namun tidak pernah kukulum, masing-masing kali ciuman dan jilatanku telah dekat dengan putingnya ciuman dan jilatanku turun lagi kepangkal payudaranya dan terus turun hingga ke perut dan bermain-main dipusar seraya kujilati lubang pusar Tante Yo kemudian naik lagi terus berulangkali, kusingkap rok yang digunakan oleh Tante Yo lantas tanganku mulai bekerja meraba-raba paha dan lutut Tante Yo kemudian mulai mencungkil celana dalam yang digunakan oleh Tante Yo.
Ketika permainan mulutku menjangkau perutnya kutarik celana dalam Tante Yo, dan Tante Yo mengusung pantatnya sampai-sampai celana dalamnya dengan gampang lepas dari tempatnya. Kupelorotkan celana dalam Tante Yo sampai sekedar lutut kemudian ciumanku naik lagi kearah payudaranya, dan saat jilatanku mendekati puting Tante Yo,
tanganku juga mendekati vagina Tante Yo dan saat bibir dan lidahku mulai memainkan puting Tante Yo tangan dan jari-jariku pun mulai bermain dibibir vagina Tante Yo yang ternyata telah basah. Ketika kukulum puting Tante Yo yang telah berdiri dari tadi kumainkan pun kelentitnya dengan jari-jari tanganku yang seketika tersebut juga menciptakan tubuh Tante Yo melengkung keatas.
“Akhh.. Ferry.. anda benar-benar tak waras sayang, anda kejam sekali mempermainkan Tante.. akhh.. ferry enak sekali sayang.. akhh.. gila.. anda bener-bener tak waras sayang” teriak Tante Yo histeris seraya tangannya meremas seprei dan rambut kepalaku bergantian.
Tak kuhiraukan teriakan Tante Yo dan aku terus mengulum kedua puting dan menjilati kedua payudara Tante Yo bergantian. Tak lama lantas kurasakan vagina Tante Yo meningkat basah dan tubuhnya mulai bergetar keras yang disertai erangan-erangan, kesudahannya Tante Yo menemukan orgasme kesatunya.
Pada ketika tubuhnya mulai tenang, kulepaskan cumbuanku di payudaranya dan langsung kuangkat kedua kakinya sampai-sampai kepalaku dengan mudah mengarah ke kevaginanya dan langsung kujilat dan kukulum serta kusedot-sedot vagina dan kelentit Tante Yo.
“Akhh.. ahh.. gila.. ini namanya penganiayaan kenikmatan.. ahh.. anda memang tak waras sayang.. ahh.. aku nggak powerful lagi sayang.. ahh.. terus sedot yang powerful sayang.. ahh.. tusuk dengan jarimu sayang.. ahh.. tusuk yang kuat.. ahh sayang.. Tante mau.. ahh.. inginkan dapet lagi sayang.. ahh.. anda benar-benar gila” teriak Tante genit Yo histeris memohon, kemudian tubuhnya mulai bergetar lagi menikmati orgasme kedua yang datang menghampirinya.
Kuturuti permintaannya dengan menusukan jariku dan kumainkan jariku dengan menyentuhkan jariku kedinding vaginanya yang berkedut-kedut seraya terus bibir dan lidahku memainkan perannya dikelentit Tante genit Yo. Tubuh Tante Yo bergetar keras dan pinggulnya bergoyang-goyang mengekor irama tusukan jariku seraya tak henti-hentinya menjerit-jerit histeris seraya kedua tangannya meremas dan menjambak-jambak rambutku.
“Ahh.. Ferryy.. sayang.. ahh.. enak sayang.. ahh.. sodok yang keras sayang.. ahh.. sedot itilku yang kuat.. ahh.. yang kuatt.. ” jerit histeris Tante Yo mengantar orgasmenya yang kedua itu.
Dan saat tubuh Tante genit Yo sudah nyaris tenang lagi, kuhentikan pun semua aktivitasku dan kulepas celana dalam Tante Yo yang masih sekedar lulut sampai-sampai lepas semua, kemudian kuatur posisiku dan kutusukkan penisku kedalam lubang vagina Tante Yo.
“Okhh.. tidak boleh dulu sayang.. jangan.. ahh.. stop sayang.. stop.. biar Tante tidur dulu” pinta Tante Yo padaku, namun aku tidak menghiraukan permintaanya seraya terus kutusukan penisku hingga masuk seluruhnya dan mulai kugoyang, kuputar dan kukocok penisku dalam vagina Tante Yo.
Tak lama lantas kuangkat tubuh Tante genit Yo sampai posisi Tante Yo sekarang dalam pangkuanku, dan dalam posisi Tante Yo sedang menaik turunkan pantat dan menggoyangkan pinggulnya kulepas baju Tante Yo yang masih melekat dan kulemparkan entah kemana kemudian kubuka pengait dan resleting rok Tante Yo dan kulepas rok Tante Yo dari atas,
dan kulemparkan pun entah kemana sampai kini tidak terdapat selembar benangpun yang menempel ditubuh Tante Yo kemudian akupun mencungkil bajuku sendiri dan kulemparkan sembarangan. Setelah mencungkil baju mulai kuputar-putar pantatku sampai penisku lebih menggesek dinding vagina Tante Yo.
“Akhh.. sayang.. ahh.. anda memang tak waras sayang.. ahh.. kamu.. ahh.. anda memang gila.. ohh.. penis anda benar-benar.. ahh.. anda pintar sekali sayang.. pintar dan gila.. ahh.. Tante mau.. ahh.. mau terbit lagi.. ahh.. Tante nggak powerful lagi sayang.. ahh” jerit Tante Yo histeris dan tubuhnya mulai bergetar mendapat orgasmenya yang ketiga, kurasakan cairan diliang vagina Tante genit Yo bertambah tidak sedikit dan kurasakan pun kedutan-kedutan dari dinding vagina Tante Yo.
Lalu kurebahkan tubuh Tante Yo dan terus kugenjot penisku didalamnya yang sekali-kali kuputar-putar pinggulku, tubuh Tante Yo tambah bergetar dengan kencang, goyangan dan kocokan penisku pun tambah kencang,
lalu kumainkan tanganku dikelentitnya seraya kurebahkan kepalaku kedadanya dan kusedot dan kukulum dengan kuat pun kedua puting Tante Yo bergantian dan kedutan-kedutan dinding vagina Tante genit Yo juga meningkat kuat sampai-sampai penisku menikmati sensasi yang menciptakan aku menikmati sesuatu yang bakal segera meledak keluar.
“Akh.. Tante aku mau terbit Tante.. akhh.. aku terbit Tante” kataku disela-sela kuluman mulutku diputingnya seraya terus mengocok penisku dengan cepat dan powerful dalam liang vagina Tante Yo.
“Ahh.. iya sayang.. ahh.. keluarkan saja.. ahh.. Tante juga.. ahh.. telah nggak powerful lagi.. ahh” teriak Tante genit Yo dan memelukku dengan erat seraya tubuhnya terus bergetar, kurasakan kuku-kukunya mencakar punggungku.
Lalu meledaklah cairan kesenangan yang kukeluarkan dalam vagina Tante Yo yang telah basah sehingga meningkat basah lagi, saat kenikmatanku meledak dan tubuhku bergetar kesenangan kukocok dengan keras dan powerful penisku dalam vagina Tante Yo sampai-sampai ada cairan yang terbit dari dalam vagina Tante Yo yang kurasakan dari tanganku yang basah sebab masih memainkan kelentit Tante genit Yo.
Tubuh kami sama-sama bergetar dengan kencang, keringat kami bersatu dan semua ruangan diisi oleh suara erangan dan jeritan kesenangan yang kami dapatkan pada ketika bersamaan.
Setelah tubuhku dan Tante Yo mulai tenang kembali, kulepaskan penisku dari vaginanya yang sudah paling basah, kemudian kubersihkan vagina yang sarat dengan cairan kesenangan kami berdua dengan sedotan dan jilatanku, kujilati hingga bersih dan sayup-sayup kudengar erangan pelan Tante genit Yo yang memejamkan matanya merasakan kesenangan yang baru saja dia dapatkan. Setelah bersih kurebahkan tubuhku disamping Tante Yo, kemudian kupeluk dia dan kukecup pipi Tante Yo.
“Ahh.. terima kasih sayang.. terima kasih brondongku.. uhh.. rasanya tubuhku enteng sekali laksana kapas yang masih terbang diawang-awang, ahh.. nikmat sekali tadi kurasakan, anda memang pintar sayang, baru sekali ini kurasakan orgasme berturut-turut seperti tadi, hingga lemas tubuh Tante” kata Tante Yo seraya membuka matanya dan tersenyum padaku.
“Ah Tante Yo dapat aja.. aku pun tadi nikmat sekali, kedutan dinding vagina Tante genit Yo menciptakan penisku menikmati seperti diremas-remas, nikmat sekali” balasku seraya kuusap keringat yang terdapat di keningnya dan kukecup kening Tante Yo, kemudian aku bangkit dan mengarah ke kamar mandi untuk mencuci tubuh yang sarat dengan keringat dan disusul oleh Tante genit Yo dan kamipun saling mencuci tubuh.
Selesai mencuci tubuh dan dalam suasana masih bugil kami lalu mencicipi makanan yang tadi dipesan oleh Tante Yo sambil berdialog dan bercanda, sementara tangan Tante genit Yo tidak pernah lepas dari selangkanganku.
Selesai santap kami melanjutkan pembicaraan kami diatas lokasi tidur seraya saling memeluk sampai akhirnya kamipun tertidur untuk mencairkan tenaga yang akan menciptakan pertarungan berikutnya lebih seru lagi.
Dan mulai sejak tersebut jadilah aku brondong favorit Tante Yohana dan Tante Helena.
No comments:
Post a Comment