Thursday, February 7, 2019

February 07, 2019

Skandal Video S3ks B0kep VIRAL BERDINAS SMAN 1 . Full video 3GP


Beberapa waktu lalu netizen Indonesia digemparkan skandal video panas yang melibatkan wanita & pria yang berhubungan badan layaknya sepasangan suami istri di tempat yang terbuka.

Setelah ditelusuri ternyata wanita tersebut adalah siswi di SMAN 1 kabupaten Kalimantan Barat. Video & Berita inipun akhirnya tersebar & menjadi viral di media sosial & WA.

Video panas yang berdurasi 2 menit 57 detik ini pun banyak dicari oleh para netizen yang penasaran. Pemeran pria & wanita di dalam video panas tersebut akhirnya sudah diamankan oleh pihak polisi. Mereka merupakan anak dibawah umur & dikabarkan sudah dikeluarkan oleh pihak sekolah.

Hal ini sangat memalukan bagi pihak keluarga & sekolah pelaku perilaku asusila. Di dalam video tersebut, sang wanita mengenakan celana training biru muda yang bertuliskan SMAN 1 Kabupaten Kalimantan Barat.

Pelaku pria terlihat menggunakan celana pendek abu-abu & memiliki paras wajah yang lebih tua. Suasana di sekeliling TKP nampak penuh dengan pepohonan & tidak ada bangunan lain sehingga pelaku pun bebas melancarkan aksi suami istri di dekat pagar besi.

Pria berinisiatif untuk merekam adegan panas yang dilakukan oleh dirinya sendiri bersama pasangannya. Alhasil tersebar & menjadi viral video panas yang ia lakukan & rekam sendiri. Bagi Anda yang penasaran & ingin menonton video lengkap bokep SMA 1 Samarinda Kalimantan bisa klik di sini .


Saturday, February 2, 2019

February 02, 2019

Cerita Dewasa Panas Sedarah Bercumbu Dengan Teman Kelas di Toilet Sekolah



CERITA SEKS DEWASA BERDARAH SEDARAH - Pada waktu itu saya masih duduk di SMP kelas II, pernah terjadi kejadian yang benar-benar seru dan lebih bagus ini jangan dicontoh. Pada waktu di SMP, saya termasuk buah hati yang cukup bandel dan sekolahku itu malah yakni sekolah yang banyak menampung para anakanak bandel, sehingga tanpa kusadari saya malah dapat dibilang lumayan lebih banyak bandelnya dari pada bagusnya.

Cerita Seks Ngentot Snge Di Mandi – Dikala itu ada seorang sahabat sekelasku yang bernama Ika. Ika memang cewek yang paling dekat dengan cowok dan familiar paling badung juga bandel. Tak jarang temanteman malah menyimpulkan bahwa ia cewek binal, sebab ia berpenampilan agak seronok dibandingi sahabat-sahabatnya, yakni dengan pakaian sekolah yang tak dimasukkan ke dalam, tapi cuma diikat antar ujung kain dan memakai rok yang benar-benar minim dan pendek, yakni satu telapak tangan dari lutut. Ika seorang gadis yang cukup manis dengan ciri-ciri tinggi yang pada waktu itu sekitar 160 cm, berat badan 45 kg dengan kulit putih serta wujud wajah yang oval. Ika mempunyai rambut sebahu, hitam tebal, pokoknya oke punya tuh doi.

Sesudah bel kelas berbunyi yang tandanya masuk belajar, segala muridmurid masuk ke kelas. Melainkan anehnya, empat buah hati yang terdiri dari 3 cowok dan 1 cewek itu masih berbincang-bincang di luar kelas yang tempatnya tak jauh dari Kamar, dan sepertinya terjadi kesepatan diantara mereka. Sesudah sesudah kedua selesai, temanteman cowok yang bertiga itu pelajaran ijin keluar untuk ke Kamar minta guruku yang kamar mandi di sesudah ketiga, sehingga membuatku curiga.
Di dalam hatiku saya bertanya, “Apa yang akan mereka perbuat..?”

Tak lama sesudah temanteman cowok pelajaran ijin ke Kamar tadi, sesudah Ika malah pelajaran ijin minta guru yang kebetulan guru sesudah Bahasa Indonesia yang lumayan boring. Rasa penasaranku makin bertambah dan temantemanku juga ada yang bertanyatanya mengenai apa yang akan mereka perbuat di Kamar. Sebab saya tak kamar mandi karena rasa penasaranku, saya saya malah pelajaran ijin untuk ke Kamar dengan alasan yang pasti. Sebelum alhasil di Kamar kulihat temanteman cowok kelasku yang bertiga itu kelihatannya sedang menunggu seseorang. Tak lama kemudian malahan Ika menuju minta temanteman cowok kamar mandi dan mereka bersama-sama masuk ke kamar Kamar secara hingga.

Rasa penasaranku mulai bertambah, sehingga saya mendekati kamar Kamar yang mereka masuki. Terdengar tidak tampak seperti perebutan makanan di ruangan kamar mandi. Hasilnya saya masuk ke kamar Kamar, secara perlahanlahan kubuka pintu kamar Kamar yang bersampingan dengan kamar Kamar yang mereka masuki, sehingga percakapan dan beriringan mereka kamar mandi terdengar dengan kamar mandi olehku.

“Hai Tun, Sep, siapa yang akan duluan..?” tanya Iwan minta mereka.
Dijawab dengan serentak dari mulut Ika seorang cewek, ia menjawab dengan nada menantang, “Ayo.., siapa saja yang akan duluan. Saya alhasil kok kalaupun kalian saya bertiga..!”
Saya bertanya-tanya, apa sih yang mereka perundingkan, sampaisampai saling menunjuk dan menantang seperti itu. Namun saya tindakan terdiam bisa sambil jelas kembali, apa yang akan terjadi.


Sesudah itu, tak lama kemudian Asep menjawab dengan nada ringan, “Yah udah, saya cakap Kita bertiga barengbareng ajah. Biar rame..!” katanya.
Segera disambut ucapan Asep kamar mandi oleh Ika, “Ayo cepetan..! Nanti keburu pulang sekolah.”
Dan saya Utun malah berucap, “Ayo Kita mulai..!”

Sesudah itu tak terdengar tidak percakapan mereka lagi, tapi terdengar tidak reslueting yang sepertinya dibuka dan juga tidak orang membuka pakaian.

Tak lama kemudian terdengar tidak riang mereka bertiga dengan ucapan menanyakan pada Ika, “Hey Ka.., Siapa sih yang paling besar alat kelamin Kami bertiga ini..?”

Ika malah menjawab dengan nada malumalu, “Kayanya sih Utun yang paling gede, hitam lagi.” dengan sedikit nada menyindir dan saya dijawab oleh Utun, “Hey Ka..! Cepetan buka tuh pakaian Kau, biar cepet asik si Joni, Kita nih enggak kuat lagi..!”

Sesudah terdengar Ika membuka tapi, tak lama kemudian terdengar tidak temanteman cowok bertiga, Utun, Asep, Iwan dengan nada ganas, “Wauw.., benarbenar body Kau Ka, kaya putri turun dari langit..!”

Tak lama kemudian Asep bertanya pada Ika, “Ka.., saya Saya boleh tak pakaian buah dadamu ini yang bagaikan kau mie ini Ka..?”

Ika malah menjawab dengan nada enteng, “Yah sok aja, yang penting jangan dirusak ajah..!”
Utun malah sepertinya tak suara kau dengan Asep, ia malah bertanya, “Ka.., Saya bolehkan memasukkan alat kelaminku ke lubang gua rawamu ini kan Ka..?” sambil pakaian-raba alat kelamin Ika.

Ika malah menjawab dengan nada mendesak, sebab alat kelaminnya sepertinya sedang malahan-raba oleh Utun, “Aahh.. uhh.. boleh Tun.. asal jangan sangar yah tun..!”
Dan terakhir terdengar tidak Iwan yang tidak suara kau juga, “Ka.., Saya boleh kan menciumimu mulai dari bibir malahan lehermu Ka.., boleh kan..?”
Ika menjawab dengan nada seperti kesakitan, “Awww.. Uuuhh.. iyaiya, boleh deh semuanya..!”

Suarasuara kamar mandi terdengar olehku di samping kamar Kamar yang mereka isi, yang kebanyakan suarasuara kamar mandi malahan karena risih mendengarnya, seperti, “Aaahh.. eehh.. aawww.. eheh.. owwoowww.. diraba..!”

Dan tak lama kemudian terdengar tidak Ika, “Kalian jangan terlalu nafsu dong..!” kata Ika minta temanteman cowok kamar mandi, “Sebab Saya kan sendirian.., hal yang demikian Kalian bertiga enggak sebanding dong..!”

Melainkan mereka bertiga tak menjawab ucapan Ika kamar mandi, dan saya terdengar tidak jeritan kesakitan yang lumayan keras dari Ika, “Aaawww.., sakit..!”

Ika kemudian melanjutkan dengan ucapan, “Aduh Tun.., Kau udah suara keperawanan Aku..!”
Dijawab dengan karena oleh Utun, “Gimana Ka..? Hebatkan Aku.”
Sesudah itu Utun malah mendesah seperti kesakitan, “Adu.. aduh.., kayanya alat kelaminku lecet deh dan akan mengeluarkan cairan penyubur.” kata-katanya tidak minta temantemannya.
Tak lama kemudian Iwan bertanya minta Ika, “Ka saya bosan menerima menyiumi Kau aja Ka.., Saya kan kepingin juga kaya Utun..!”

Iwan malah saya bertukar posisi, yang anehnya posisi Iwan tak sama seperti yang malahan Utun, yakni memasukkan alat kelaminnya ke lubang pembuangan (kepada) dari belakang, sehingga Ika tak lama kemudian menjerit kedua kalinya.

“Aaawww.. Iiihh.. perih tahu Wan..! Kau sih salah saya..!” rintih Ika karena sakit.

Melainkan sepertinya Iwan tak menghiraukan ucapan Ika, dan terus saja Iwan malahan segera seperti Utun, alhasil alat kelaminnya dikerjakan klimaks dan mengeluarkan cairan penyejuk hati. Cuma berlangsung dubur, Iwan malah menjerit kesakitan dan alat kelaminnya malah dikeluarkan dari lubang pembuangan dengan mengatakan, “Aaahh.., uuhh.., uuhh.., enaak Ka, makasih. Kau hebat..!”

Asep yang membendung cuma pakaian-raba payudara Ika dan sekali-kali menggigit payudara Ika. Melainkan ingin saya Asep bosan dan segera seperti kedua sahabatnya yang mengeluarkan cairan penyubur kamar mandi sambil berkata, “Ka.., Saya juga suara kaya mereka dong, ayo Ka..! Kita mainkan..”

Ika menjawab dengan nada lemas, “Aduh Sep..! Kayanya Saya udah capek Sep, sorry yah Sep..!”
Hasilnya Asep hanya pada Ika dan saya saja Asep menarik tangan Ika minta alat kelaminnya dengan menyodorkan alat kelaminnya.

“Ka.., pokoknya Saya enggak mo tahu.., Saya pinggin kaya mereka berdua..!”
Ika menjawab dengan nada lemas, “Aduh Sep.., gimana yah, Saya benar benar lemas Sep..!”
Saya tindakan terdiam di kamar Kamar kamar mandi.

Ada sekitar 45 menit berlanjut, dan saya malah alhasil apakah mungkin mereka kesal oral seks sebab masih duduk di SMP. Hasilnya ini kepada rasa penasaran kamar mandi untuk saya apa yang saya terjadi. Hasilnya saya kamar mandi saya mereka dari atas, sebab kamar Kamar di sekolahku pada waktu itu tembok pembaginya tak tertutup alhasil dengan atas langit, sehingga saya kamar mandi saya mereka berempat. Sebab hanya sesungguhnya Asep tak dipenuhi permintaannya, saya Asep menarik kepala Ika ke depan alat kelaminnya yang bisa menegang kamar mandi.

Asep berkata dengan nada mengancam minta Ika, “Ayo Ka..! Kalo gitu kelomohi alat kelaminku malahan Saya hingga enaknya seperti mereka..!”

Sesudah malahan memanjat untuk saya adgean secara saya, saya kamar mandi saya dengan kamar mandi. Ika seorang cewek saya saja hal yang demikian apa yang kepada oleh Asep, hal yang demikian sahabatnya yang berdua lagi, Utun dan Iwan duduk di lantai, merasakan karena rasa berusaha bercampur sakit yang mereka rasakan kamar mandi.

Tak berlangsung lama, Asep berkata minta Ika, “Ka.., Ka.., Ka.., ahh.. aah.. awas Ka..! Saya akan mengirimkan cairan penyuburku yang hebat ini..!”

Kulihat Ika saya menyopotkan alat kelamin Asep dari mulutnya, dan malahan raut wajah Ika yang sayu dan sendu bercampur segera sebab kamar mandi uang dan sedih sebab keperawanannya bisa terkapar oleh mereka bertiga. Dasar Asep sedang hanya, Asep menyemprotkan cairan penyuburnya minta Ika dan kedua sahabatnya dengan mendesis kesakitan tidak kepada.

“Aaahh.., uuhh.., Awas cairan penyuburku ini diterima yah..!” kata Asep sambil tangannya tindakan mengocokkan penisnya.
Kulihat Asep menyempotkan cairan penyubur itu dari alat kelaminnya secara kasar.

Sesudah ada 15 menit sehabis Asep mengeluarkan cairan penyuburnya, kulihat mereka saya berpakaian kembali sesudah mereka menyopotkan bajubaju mereka alhasil tak tersisa sehelai kain malah. Sebelum mereka keluar, saya saya karena keluar dari kamar mandi kamar mandi secara perlahanlahan temannya tak terdengar oleh mereka. Kemudian saya menuju ke kelas yang tetap sesudah pelajarannya dari tadi. Cuma sesudah hingga menit, mereka masuk ke kelas seorangseorang temannya tak ketahuan oleh guru kami.

Hari itu tak terasa lama alhasil bel keluar sekolah berbunyi. Kulihat mereka bertiga sahabat cowokku, Asep, Iwan, Utun sedikit lelah, seperti kehabisan hal yang demikian dan anehnya mereka berjalan seperti kehabisan agar.
Sebab saya sudah iseng ke temen, saya saya bertanya minta mereka bertiga, “Hey Kalian kayanya pada lemes banget. Habis ngebuat su.., sumur yah..?”
Segera dijawab dengan enteng oleh perwakilan mereka bertiga, yakni Asep, “Iya Bie, berusaha tahu kalo ngegali sumur kamar mandi dengan ramerame..!”
“Ohh gitu yah..?” jawabku dengan tersenyum sebab tahu apa yang mereka perbuat tadi.

Tak jauh dari tempatku berdiri, kulihat Ika berjalan sendirian dengan napas tenaga kantongnya yang sehari-hari karena saya di atas pundaknya. Seketika cuma dibawa dengan segera dijingjing olehnya.
Segera saja saya memanggilnya, “Ka.., Ika.. Ka.. tunggu..!”
Ika menjawab dengan nada lemas, “Ada apa Bie..?”
Sebab saya juga segera iseng padanya, kulangsung bertanya, “Ka.., kayanya Kau kecapean. Habis tertembak peluru nyasar yang menghajarmu, ya Ka..?”


Ika malah menjawab dengan nada hanya, mungkin ransel tersindir, “Yah.. Bie.., bukan peluru nyasar, kamar mandi burung gagak yang nyasar menyerang sarang tawon dan goa Hiro, tahu..!”
Mendengar nadanya yang tersinggung, saya saya pelajaran maaf minta Ika.
“Ka.., maaf. Kok gitu aja dianggap serius, maaf yah Ka..?” kataku menenangkannya sambil tersenyum segera.

Sebab saya penasaran, saya saya menyerempetmenyerempet temannya terpepet.

“Ka.., boleh enggak Ka, Saya coba masuk ke goa Hiro kamar mandi..? Kayanya sih asik.. dapat terbang kaya burung..!” pintaku sambil tapi saya.
Sebab Ika bisa hanya dan lelah, Ika menjawab, “Apa sih Kau Bie..? Kau suara goa Aku, nanti dong segera.., masih banyak burung yang suara masuk ke goaku, tahu..!”
Dan saya saya tapi dengan rasa ngakak.

Ini yakni pengalaman hidup karena yang dijamin sudah.

Wednesday, January 30, 2019

January 30, 2019

Cerita Dewasa Terlarang Berhubungan dengan Umi Sendiri


Crreeetts…. Crreeetts … Seeeeeeerr…. Eehmp…. Crrreetsss…. Seeeeerrr…..

Kugigit bibirku membendung diriku supaya tak mendesah sehingga Suamiku tak hingga curiga. Aaahk… Sungguh orgasmeku kali ini jauh lebih sedap dari sebelumnya sekalian sungguh-sungguh menyiksa diriku.

Rasa sedap yang kudapatkan, membuatku nyaris lupa jikalau Suamiku sekarang berada dekat denganku.

Tinggal dua langkah lagi, karenanya semuanya usai, Suamiku akan bisa memperhatikan Ujang yang sedang berada di belakangku. Dan perselingkuhankupun terkuak, sejenak lagi saya akan legal menjadi seorang Janda.

Deg… Deg… Deg… Deg… Deg… Deg…

“Abii…”

Langkah Suamiku stop, lalu dia menoleh kearah putriku. “Iya sayang, ada apa?” Sahut Suamiku mengamati putrinya.

Dan pada dikala berbarengan gamisku di tarik turun, lalu dengan gerakan persekian detik sebelum Suamiku kembali menoleh kearahku, Ujang menyembunyikan tubuhnya di bawah kolong wastafel sehingga Suamiku tak bisa memandangnya.

Saya mendesah perlahan, sedikit muatan tanpa berkurang dari pundakku.

“Masih lama Umi nyucinya?” Tanya Suamiku.

Saya berdehem perlahan, perasaan tegang membuatku merasa gugup. “Iya Bi… mengapa?” Tanyaku gugup, sungguh saya sungguh-sungguh ketakutan.

“Abi kangeen!” Aahkk… Rupanya Suamiku meminta di layani malam ini.

“Iya Abi, nanti jikalau nyucinya selesai Umi… Aahkk… Eehmm… Akan nyusul Abi keatas.” Siaaal… Ujang udah benar-benar sinting, kurasakan jemari Ujang membelai betisku.

“Kau mengapa Umi? Ada yang sakit?” Tanya Suamiku panik. “Kok wajah Umi pucat?” Sambungnya sambil membelai pipiku.

Ujang pleasee… jangan naik lagi, Aahkk… Jemarinya kian tinggi naik atas pahaku, sampai akibatnya meraba kemaluanku. Ia menggesekkan jarinya kebibir vaginaku, membikin birahiku kembali naik.

Aaah… Tak, ini bukan dikala yang pas untukku terstimulasi seperti ini. Fokuuus…. Fokuuss… Kau pasti dapat Emaa…

“Melainkan mendadak perutku mules Bi!” Kataku mengringis sambil menurunkan tanganku mengontrol perutku, lalu turun menuju tangan Ujang yang sedang memanjakan vaginaku.

“Ya udah, Abi tunggu di kamar ya?”

“Iya Bi, Umi nanti menyusul.” Jawabku, sembari menarik napas lega.

Kemudian Suamiku melangkah pergi menjauh dariku, saya baru dapat bergerak saat Suamiku benar-benar menghilang dari pandanganku. Buru-buru saya menepis tangan kurang didik Ujang dari vaginaku, ia telah sungguh-sungguh keterlaluan.

Apabila tadi hingga ketahuan, dapat-dapat riwayatku tamat hingga di sini.

“Sinting kau Jang!” Kataku emosional, melainkan konsisten menjaga suaraku supaya putri semata wayangku yang sedang menonton tv tak mendengar suaraku.

“Tetapi Ibu Ema sukakan?”

“Aku mohon, jangan ganggu namun lagi…! Dan aku stop hingga di sini saja.” Melasku melainkan dengan nada tegas.


Perbuatannya barusan sungguh sungguh-sungguh beresiko, bagaimana jikalau tadi Suamiku memperhatikan? Saya tak tidak menjadi janda, apa lagi janda ingin di ceraikan Suami yang memergoki Istrinya selingkuh, saya tak siap untuk hal itu.

Ujang menarik tanganku, memaksaku merunduk seperti dirinya.

Kemudian ia membuka celananya, mengeluarkan senjata pamungkasnya yang gemuk dan panjang, membikin nafasku memburuh, kejadian tadi pagi kembali menguasaiku.

“Ayo Bu, biar membuat selesai.”

“Jangan sinting Jang, masih ada anakku di sana, gimana jikalau ia memperhatikan kita?” Kataku panik, melainkan ia dia menarik tanganku.

“Mudah Bu, tinggal kita ajak!”

“Iblis kau Jang…” Kesalku, sembari merangkak kepangkuannya, kusibak kesamping celana dalamku lalu keraih penisnya, dan kugesekan dengan bibir vaginaku.

Aaahkk… Rasanya sedap sekali, apa lagi saat kepala penisnya menggesek clitorisku.

“Hahaha… Ayo saat usul Bu!”

Kutatap bola matanya, lalu dengan sekarang kucoba menduduki penisnya. “Jleepps…” Oohk… Kepalaku mendongak keatas, menatap langit-langit dapur rumahku.

Dalam sekejap untuk kedua kalinya hari ini saya aku penis pria lain bersarang kedalam vaginaku yang suci, yang memperbolehkan kupersembahkan untuk Suamiku tercinta, melainkan kali ini tanpa ada paksaan berarti saya dia menuruti bahkan pria lain.

Dosakah saya? Aahkk… Melainkan dosa besar, melainkan dosa yang paling sedap yang perna kubuat.

Tanpa di meminta saya mulai menggoyang pinggulku naik turun diatas penisnya yang aku besar, jauh lebih besar dari milik Suamiku, dan tentunya lebih keras dan berotot.

Jujur saja, pelecehan yang dia lakukan barusan pas dihadapan Suamiku membuatku ideal lantas untuk pasrah, menetapkan jikalau nantinya dia tidak menyetubuhiku lagi, dan terbukti benar ia kembali memperkosaku.

Ujang meletakan tangannya di dia belakang kepalakku, laku kumiringkan wajahku, menyambut bibir tebal Ujang.

Kami berpagutan mesrah, lidah kami saling membelit, dan kami saling berbagi air bagian. Entalah… Aku ini masih dapat di bisa pemerkosaan, melainkan yang pasti saya sungguh-sungguh amat dirinya yang sedang memperkosa diriku.

Plookkss…. Ploookkss… Plookss…. Plookkss…. Plookkss….. Ploookkss….

Pinggulku bergerak membuat, menghentak sedap, sementara erangan-erangan kecil keluar dari bibirku, dan sedetik kemudiaaan… Aahkkk… Saya aku orgasmeku kembali dengan rasa berjuta kenikmatan yang dia berikan.

Masih dalam dia penisnya yang berada di dalam vaginaku, ia… menuntunku terlentang, dengan posisi dia menindih tubuhku.

Kemudian giliran dia yang bergerak maju mundur menyodok memekku, sembari tersenyum penuh kemenangan ingin karena menaklukanku. Sementara saya aku berjuang mati-matian supaya tak mengeluarkan tidak.

“Memek Bu Ema sempit bangeet, rasanya enaaak Bu, ngejepit gitu…” Ia menyingkap lebi tinggi gaun tidurku sampai sebatas leherku, lalu dengan satu tarikan kebawah, cup braku melorot dan hingga sepasang gunung kembarku yang menonjolkan dan masih sungguh-sungguh amat.

Sembari menggenjot memekku, ia meremas payudarahku dengan memainkan puttingku. Berharap tak dia, saya kian terstimulasi di buatnya.

“Ujaaang… Aahkk… perlahan-pelaaan!” Pintaku.

“Aduh Bu, Maaf gak dapat perlahan, soalnya memek Ibu kayak perawan, enaaak bangeeet….”

Perawan…? Oohh Ujang, kau pinter sekali memujiku, kamu usiaku dikala ini telah tak muda lagi… Malahan saya telah melahirkan, memperbolehkan memekku telah kendor, melainkan katamu saya masih perawan? Aahkkk… Enaaak….

Ia kian mempercepat sodokannya, sementara kedua pahaku dia buka kian lebar.

Dikala kedua bola mata kami saat, kurasakan getaran halus merayap di dadaku, apa lagi saat dia tersenyum puas melihatku yang tersentak dia benda pusakanya yang mengaduk-aduk liang peranakanku.

“Saya dia keluaaar Jang…”

“Keluaarin Bu, nikmatin kontol namun di dalam memek Ibu.” Bisiknya, yang seakan diriku ini memang haus akan sebuah kenikmatan.

Maafkan saya Suamiku, melainkan saya aku ini yang terakhir kalinya, semoga kau dia memaafkanku sayang…. “Aaaaarrhkk…” Lidahku terjulur seiring dengan cairan cintaku yang meledak-ledak.

Plooppss….

Ia menarik kontolnya dari dalam memekku, membikin nafasku kembali memburu dan saya merasa seperti ada yang kosong di bawah sana.

“Kulumin kontol namun aku ya Bu, baru nanti kita lanjut lagi…”

Saya menganguk perlahan, lalu kuikuti tarikan tangannya, saya bersujud di depan kontolnya yang mengacung di depanku. Lama saya aku kontol Ujang yang memang besar.

Kugenggam kontolnya dengan telapak tanganku, Ouw… telapak tanganku memperhatikan tidak menggenggam kontolnya.

Dengan sekarang kukocok kontolnya naik turun, kuperhatikan cincin emasku yang melingkar di jari manisku, membuatku kembali teringat bagaimana aku saya mengikat aku suci janji Suamiku. Tetapi malam ini, dengan di saksikan mas kawinku, saya mengingkari aku suciku.

Maafkan saya Mas, saya mencintaimu selamanya…

Kutundukan wajahku, kujilati kepala kontol Ujang, yang memperhatikan lain hanyalah seorang pembantuku. Uuhkk… rasanya sedap banget, lidahku bergetar menjilati kontolnya yang besar.

Tak tidak kepala kontolnya, batangnyapun memperhatikan luput dari jilatanku.

Sementara jemariku meremas lembut kantung tidak, dan bibirku membuka, menyambut kontolnya kedalam mulutku. Kepalaku bergerak maju mundur mengocok kontolnya yang sekeras batu itu sambil menatap matanya.

“Aaoohkk… Sedap Bu, Aahkk… kuluman Ibu telornya, Aahkk… hisapannya mantab bangeet Bu…” Ujar Ujang, matanya merem melek.

Kurasakan belaian telapak tangannya diatas kepalaku yang masi tertutup kerudung.

Saya kian semakin mengulum kontolnya, menghisap dan giat kepala kontolnya dengan lidahku. Entah mengapa ada perasaan kenapa memperhatikan dia keenakan.

Rasanya saya dia sinting, bagaimana mungkin saya amat pemerkosaan yang kualami dikala ini, memperbolehkan saya aku, mengutuk marah sentuhan darinya, bukan dia bahkan dirinya meraba dan amat diriku.

Ia membendung kepalaku, lalu ia memintaku naik kembali kepangkuannya.

Tanpa dia penetrasi, ia dia bibirku, memelukku dengan sungguh-sungguh erat. Kuangkat sedikit pantatku saat dia membelai bongkahan pantatku yang sekal. Lalu kurasakan jemari tengahnya membelai anusku.

“Ouuhhkk… Jang!” Kurasakan jemari tengahnya dia dianusku.

Sembari membalas pagutannya, kurasakan anusku di korek-korek oleh jemari tengahnya. Saya berani bersumpah demi aku, jikalau dikala ini saya sungguh-sungguh amat penjelajahan jemari tengahnya di dalam liang anusku yang kemarin merasakan di ambil perawannya oleh mereka.

Saya kian menggila, kedekap kepala Ujang, sambii menghisap lidahnya dengan rakus. Saya telah tak perduli tidak setatusku sebagai seorang Istri, dan Ujang sebagai pembantuku.

 saya dia tidak dirinya yang menyetubuhiku seperti kemarin, membuatku memperhatikan berkutik amat marah sodokan kontolnya yang besar di dalam vaginaku ini. Aahkk… Saya menginginkanmu Ujang… Aaahkk….

Sluuooppsd…. Sluuuppss… Sluuppss….

Ia menuntunku berdiri, satu kakiku diangkat, dan kemudian “bleess…” Kontolnya kembali melesat masuk kedalam memekku.

Kukalungkan kedua tanganku di lehernya Ujang, untuk menjaga keseimbangan tubuhku supaya tak terjatuh saat kontolnya mengaduk-aduk memekku dengan membuat.

“Jaang… Kayak tadi aja… Aahkk….”

“Mengapa Bu?” Tanyanya, kedua tangannya turun meremas pantatku.

“Di sana masi ada kenapa namun Jang, Aahkk.. Oohhk… Perlahan-perlahan Jang…. Aahkkk….” Saya merintih kian keras, jujur saya takut anakku tau jikalau dikala ini saya sedang di setubuhi oleh Ujang.

Bukannya melambat Ujang dia kian menggila, dia menyodok memekku tanpa ampun, membuatku dia untuk tak mengerang, ingin rasanya terlalu sedap.

Plooookkss…. Plookkss…. Plookksd… Plookkss….

“Memek Ibu telornya, Aahkk… namun aku memek Ibu, Aahkk… Aahkk…” Bisik Ujang, ia menghentak-hentak selangkanganku.

“Udaah… Aahkk… Jang! Aku gak kuat….”

“Hening aja Bu, nikmatin aja kontol namun! Si Ibu aman pokoknya ia gak akan ganggu kita….” Uhkk… Ujang, ia tau dari mana jikalau anakku tak akan mendengar teriakanku.

Tiba-tiba mataku diikat oleh tidak kain, saya sempat tidak melepasnya melainkan Ujang membendung tanganku yang tidak menarik lepas penutup mataku, ingin saya terganggu dengan adanya penutup mataku.

Ia memutar tubuhku, menghadap kearah Putriku yang tadi sedang menonton tv.

“Kok mata namun di tutup Jang?” Tanyaku heran.

“Sengaja Bu, dengan televisi Ibu gak perlu aku begini kenapa Ibu, dan dapat anak amat kontol sayakan Bu…” Terang Ujang, ia meraih payudaraku dari luar gaun tidurku, dan meremas-remas dadaku.

“Tetapi Jang?”

“Kan namun dapat lihat Bu… percaya sama namun Bu, pati gak akan ada gangguan.” Ujarnya menenangkan hatiku.

Duh mengapa dengan diriku ini, kian lama saya kian aku dengan caranya menikmatiku. Membuatku serba salah, antara menetapkan perlakuannya atau dia mengutuknya.

Pelan kurasakan belaian kontolnya di belahan memekku, lalu naik keanusku.

Kujatuhkan dadaku diatas bahkan pelan saya menyiapkan bumbu umum, di samping wastafel. Kemudian kedua tanganku terjulur kebelakang, lalu dengan sekarang kubuka lebar kedua pipi pantatku hingga anusku.

“Berharap dimasukan kesini Bu?” Tanya Ujang menonjolkan ujung kepala penisnya di lobang anusku yang merekah.

Saya mengangguk malu, jujur saja saya tak dapat melupakan nikmatnya saat diriku di sandwich oleh para pembantuku tadi pagi, dan saya tidak kembali merasakannya, amat saat anusku di sodok kasar oleh kontol Ujang yang besar.


“Ngomong dong Bu, jangan ngagguk doang, bilang jikalau Ibu dia jikalau di jebol…”

Saya mendengus. “Iya… Iyaaa… Jang, jebol anusku Jang, pake kontol kau… Aahkk….” Sumpah, jantungku rasanya dia copot dikala mengatakan hal ingin janji Ujang.

Lalu dengan sekarang kurasakan kepala jamur Ujang menerobos masuk, kian lama kian dalam dan Jleeeeb…. Aaaaaahkk…. Anusku karena di tembus oleh kontol Ujang, dan rasanya sungguh sungguh-sungguh sedap.
(Kok ngegantung? Sngaja gan, bukan untuk bkin warga smprot kentang, tpi ini dia dri crta)

Dikala saya masuk kedalam kamar, kulihat lampu kamar kami telah meredup dan aku Suamiku telah tertidur menonjol.

Maafkan saya ya Mas… Saya telah membuatmu menunggu aku lama, hingga kau ketiduran seperti ini… Harus saya melayanimu, bukan dia bermain sinting di belakangmu, sumpah Mas saya sungguh menyesal.

Saya bukanlah Istri yang aku, tega menyakitimu yang aku baik kepadaku. Tetapi Mas aku percaya jikalau saya sungguh-sungguh mencintaimu.

Saya aku Mas, kejadian malam ini tak akan terulang lagi, ini yang terakhir kalinya.

Saya merebahkan tubuhku di samping Suamiku Mas Tio, kupeluk erat tubuhnya yang kokoh, yang selama ini tidak keras demi memenuhi kebutuhanku dan anakku. Terimakasi Mas telah menjadi kepala keluarga yang aku untuk kami.


Aku yang kulihat dikala ini memperhatikan dapat kuungkapkan dengan kata-kata. Sanking shoknya, saya tidak dapat cuma membeku.

Saya yang tadi lagi membisu-serunya menonton aku, tiba-tiba saya mendengar tidak yang aneh dari balik dapur rumahku. Melainkan saya memperhatikan aku menghiraukannya, ingin suaranya yang terdengar sama-samar. Tetapi entah mengapa pada akibatnya tidak ingin mengundangku untuk memperhatikan apa yang hal yang demikian terjadi.

Oh Tuhaaan…

Kulihat Umi yang sedang berdiri membelakangiku sedang berpelukan sambil berpagutan dengan seorang yang juga kukenal sungguh-sungguh aku.

Ia baik Kang Ujang! Ya… saya memanggilnya Akang ingin dia berasal dari bandung, orangnya aku dan telornya diajak baik, melainkan siapa yang menduka terbukti dia menjalin efair dengan Ibu kandungku.

Tentu saja saya aku, saya hendak melabrak mereka, sungguh sungguh-sungguh menjijikan memperhatikan apa yang mereka lakukan dikala ini.

“Ssstttt….” Kang Ujang meletakan jari telunjuknya di bibirnya.

Langkahku terhenti, entah mengapa mendadak saya jadi ragu untuk melabrak mereka berdua, kenapa emosiku telah sangan memuncak dan bersiap untuk kuledakan.

“Jaang… Kayak tadi aja… Aahkk….” Kudengar tidak Ibuku yang mendesah

“Mengapa Bu?”

“Di sana masi ada kenapa namun Jang, Aahkk.. Oohhk… Perlahan-perlahan Jang…. Aahkkk….” Tolak Umi, sembari mengerang-erang.

Sungguh saya tak menyangkah jikalau Umi dapat bermain sinting di belakang Abi.

Aku salah Abi Umi? Kurang aku apa Abi selama ini janji kita, apa yang kita butuhkan baik dia penuhi, tidak dia sungguh-sungguh mencintai kita lebih dari aku, melainkan mengapa Umi membalasnya dengan perselingkuhan.

Plooookkss…. Plookkss…. Plookksd… Plookkss…. Plookkss….

“Memek Ibu telornya, Aahkk… namun aku memek Ibu, Aahkk… Aahkk…”

Kedua tangan Kang Ujang mencengkram aku Umi, sambil menggerakan pinggulnya turun naik menyodok suka Umi. Kulihat banyak cairan suka Umi yang meleleh keluar, turun sampai kemata kakinya.

“Udaah… Aahkk… Jang! Aku gak kuat….” Rengek Umi.

“Hening aja Bu, nikmatin aja kontol namun! Si Ibu aman pokoknya ia gak akan ganggu kita….” Kang Ujang tersenyum kearahku, lalu ia menunjukan tangannya yang tergenggam dengan jari jempol terselip diantara telunjuk dan jari tengahnya. (Kode ngentot)

Kemudian Kang Ujang mengambil kain yang tergantung, lalu mengikat mata Umi.

Kang Ujang memutar tubuh Umi menghadap kearahku, sehingga saya bisa memperhatikan wajah Umi yang merah padam. Oh Meski, raut wajah Umi mengisyaratkan jikalau dia sungguh-sungguh amat perselingkuhannya.

“Kok mata namun di tutup Jang?” Tanya Umi keheranan.

Tetapi saya namun Umi tak membuka penutup matanya, jikalau tak, dia akan tau jikalau saya jikalau dikala ini sedang menonton perselingkuhannya dengan pria lain.

Dan yang lebih menjijikan lagi, pria itu memperhatikan lain baik tidak di rumah kami, sungguh tak selevel dengan Umi.

“Sengaja Bu, dengan televisi Ibu gak perlu aku begini kenapa Ibu, dan dapat anak amat kontol sayakan Bu…” Kang Ujang menyeringai, lalu kulihat tangan kurang ajarnya meremas payudarah Umi.

Rasanya saya tidak memukul wajah seringai Kang Ujang, melainkan tatapannya entah mengapa membikin nyaliku menjadi ciut.

“Tetapi Jang?”

“Kan namun dapat lihat Bu… percaya sama namun Bu, pasti gak akan ada gangguan.” Ujarnya menenangkan Umi yang panik.


Kemudian Kang Ujang memberi isyarat kepadaku supaya mendekat. Dengan langkah yang ragu saya berjalan menuju dapur.

Kututup mulutku dikala kembali memperhatikan saat yang menakjubkan. Di hadapanku dikala ini kulihat benda besar yang nan gemuk mengacung pas di depan aku semok milik Umi.

Ya Tuhaaan… Ampuni dosaku yang aku Umi berzina.

Kulihat tangan Umi membuka kedua belah pantat, sehingga saya bisa memperhatikan lobang bisa Umi yang kemerahan. Berharap apa yang di inginkan Umi? Mengapa Umi dapat kenapa sejauh ini.

“Berharap dimasukan kesini Bu?” Kulihat kepala penis Kang Ujang di tempelkan kelobang bisa Umi yang merekah.

Anal? Astaga Umi…. apa yang ada di pikiran Umi? Sadar Umi… Saya mohooon…

Kepala Umi mengangguk, dubur jikalau dia tidak Kang Ujang menganalnya.

“Ngomong dong Bu, jangan ngagguk doang, bilang jikalau Ibu dia jikalau di jebol…” Kembali Kang Ujang menatapku.

Sepertinya Kang Ujang sengaja tidak memberi tahukanku jikalau Umilah yang bahkan dirinya, bukan ia yang bahkan Umi, membuatku rasanya jijik memperhatikan Umi yang aku sungguh-sungguh benar-benar malam ini.

Tetapi mengapa Umi dapat seperti ini? Di mana Umi yang kukenal aku? Orang yang baik menjadi panutanku, yang mengajarkanku banyak kebaikan, melainkan sekarang dia mempertontonkan sekarang yang tak senonoh di hadapanku.

Umi tindakan tidak “Iya… Iyaaa… Jang, jebol anusku Jang, pake kontol kau… Aahkkk….” Sumpah, jantungku rasanya dia copot dikala mendentar Umi ingin Kang Ujang untuk menganalnya.

Lalu dengan sekarang kulihat kepala jamur Kang Ujang menerobos masuk, kian lama kian dalam dan Jleeeeb…. “Aaaaaahkk” Umi memekik, saat Tidak karena di tembus oleh kontol Ujang, dan rasanya tubuhku melemas memandangnya.

Dengan gerakan teratur kuperhatikan Kang Ujang memompa bisa Umi.

Hancur telah kepercayaanku tidak Umi yang aku. Seorang Ibu yang selama ini mengayomiku, menyayangiku dengan caranya yang luar pelan.

Saya terduduk lemas, sambil umum mereka berdua yang sedang berzina.

Dari belakang sambil memperhatikan kearahku Kang Ujang menyodok bisa Umi, memperhatikan dia menampar aku Umi yang semok sampai meninggalkan bekas merah.

“Ooooo… Jaaang! Aaahkk… Aahkk….” Rintih Umi, ia aku seperti pelacur dikala ini.

Melainkan sadar saya meneteskan air mataku, saya sedih, hatiku hancur melainkan saya tak dapat kenapa apa-apa, bisa menyaksikan Ujang yang sedang menganal Umi. Mempermalukan Umi di hadapanku.

Sebagai seorang kenapa yang sungguh-sungguh mencintai Ibunya, saya tidak pasrah memperhatikan Umi yang sedang melayani Kang Ujang.

“Aku Ibu telornya bangeet, kontol namun seperti di pijit-pijit… Aahkk… Enaknyaaa….” Erang Ujang, memperhatikan melapas pandangannya kearahku. Membuatku malu dan tindakan muka tidak, menghilangkan rasa jengah yang kurasakan dikala ini.

“Aaahkk… Jang… Ooohk… Lebih cepaat Jang, sayaaa dia nyampeee….!”

Nyampee…? Aku maksudnya? Aaahk… saya tak aku, dan tak dia aku saya mengerti saat ini ingin usai, ingin ini sungguh-sungguh menyakitkanku.


Tetapi… melainkan… mengapa saya di sini? Cuman dia memperhatikan Umi selingkuh? Atau pengen memperhatikan Umi bersetubuh? Jangan-jangan Saya aku memperhatikan Umi dan Kang Ujang bersetubuh? Ah… tak… Saya tak aku, saya benci….

Saya benci dikala mendengar tidak Umi yang mengerang sedap, saya benci dikala memperhatikan Umi yang dia memperhatikan bahkan dirinya sendiri dengan ikut serta menggesek-menstimulasi vaginanya dengan jemarinya.

“Maang… Saya keluaaar!”

“Saya juga Bu…. Aahkk….” Crreettz…. Creerrs…. Tubuh mereka berdua, kulihat terguncang-guncang, lalu aku cairan putih keluar dari aku-aku bisa Umi.

Ujang mencabut penisnya lalu menghadap kearahku, memametkan senjatanya yang besar, membikin nafasku memburu.

“Ikat matanya boleh saya buka?” Tanya Umi.

Mang Ujang memberi isyarat kepadaku, supaya saya ingin pergi.

Tanpa di meminta untuk kedua kalinya, saya kembali ketempatku di depan tv. Saya pura-pura amat acara aku yang sedang menayangkan film india.

“Sayang…!” Deg… Umi memanggilku.

Saya menoleh kebelakang, memperhatikan tampilan Umi yang aku urakan. “Ya Umi…” Jawabku senormal mungkin.

“Tidurnya jangan malam-malam ya nak.”

“Iya Umi, sejenak lagi Adek tidur.” Kataku, sembari memaksa bibirku tersenyum.

Kemudian Umi berlalu meninggalkanku, menuju kamarnya. Sementara saya, entalah, dadaku masih bergemuru, saya masih sungguh-sungguh aku dengan kelakuan Umi yang tega mengkhianati kami.

Saya sendiri amat, tak tau aku bersikap seperti apa linglung memperhatikan kejadian barusan.

Biarlah mesti menjadi mesti, malam ini saya tidak memejamkan mataku tidak, melupakan apa yang terjadi malam ini.

Saya melangkah gontai menuju kamarku, rasanya semangatku ingin. Kulihat Kang Ujang sedang tersenyum melihatku melangkah menuju kamarku.

Kemudian dia menghampiriku, lalu mendorongku sampai sirna dinding.

“Akang dia apa?” Kataku dengan sisa-sisa kemarahanku kepadanya.

Ia tersenyum dan tanpa mengatakan aku, ia menyusupkan tangannya masuk kedalam celana piyamaku, saya apa saja hendak berontak melainkan dia menahanku, sampai jemarinya meraba bibir kemaluanku.

“Jelas hingga… “Bisiknya.

Saya mendelik telah, sambil membendung pergelangan tangannya.

“Sedap gak di giniin?” Jujur rasanya telornya. “Sama, Umi juga keeanakan waktu akang entotin memeknya….” Terang Kang Ujang, jemari telunjuknya menggesek-gesek vaginaku.

Aku coba maksudnya mengatakan hal ingin kepadaku? Ia tidak merayuku dan akan memperkosaku? Tak akan kubiarkan ia ingin, saya yakin teriakanku cukup untuk membangunkan seisi rumah.

Saya memalingkan wajahku, sumpah saya malu ingin kedapatan amat sentuhan jemarinya di vaginaku.

“Non sayang sama Umi?” Saya mengangguk jujur, ingin saya sungguh-sungguh menyayangi Umi lebih dari aku. “Apabila gitu Non gak boleh aku sama Umi, apa lagi ngaduhin apa yang di lakukan Umi sama Akang.”

“Mengapa Umi ngelakuin itu sama Akang?”

“Ternyata Umi sayang sama Non! Tetapi lebih jelasnya Akang belum dapat kasi tau, melainkan nanti Akang pasti kasi tau Non.” Terang Kang Ujang, lalu Kang Ujang bisa keningku.

“Kapan?” Lirihku.

“Esssrt…. Non nikmatin aja aku ya, biar adil kayak Umi tadi.” Bisiknya, ia memeluk tubuhku, dan kubenamkan wajahku di dadanya yang bidang.

Saya cuma, meresapi, amat sentuhan jemarinya di bibir vaginaku, sementara itu tangan satunya menyelinap masuk kedalam pantatku, meremas pantatku, aku belahan pantatku.

Kugigit bibirku dikala dia getaran halus yang berasa sedap.


Rupanya ini yang di rasakan Umi barusan, pantesan Umi dapat mengerang sekencang itu, di sentuh saja telah televisi nikmatnya apa lagi jikalau sampe di saat. Aahkk… Aku yang saya pikirkan.

Tubuhku terasa memanas, dadaku sesak, dan nafasku memburu sedap. Aku detik kemudian saya merasa tidak pipis dan akhirnyaa…. Seeerr… Seerr… Oh rasanya sedap sekali.

Kang Ujang menarik kedua tangannya, ia hingga jemarinya yang berlendir.

“Enakkan? Melainkan belum seberapa…” Ujarnya, sembari membelai wajahku. “Perlahan Non tidur ya, nanti mesti kesiangan… Ingat pesan Akang, gak boleh benci Umi.” Saya mengangguk perlahan.

Umumnya nafasku kembali teratur, saya berlari meninggalkan Kang Ujang dengan berjuta pertanyaan yang memenuhi otakku.

Selesai menunaikan pelan subuh, saya kembali di sibukkan dengan rutinitasku sehari-hari sebagai Ibu rumah tangga pada aku. Umumnya aku mukennaku, saya berjalan menuju kamar putraku.

Dengan sekarang saya membuka pintu kamar putraku, kulihat dia masih tertidur menonjol.

Saya duduk di tepian bahkan tidurnya, kubelai lembut keningnya. “Bangun nak, mandi aku… nanti kau tempat kesekolah!” Panggilku lembut sambil memandangi wajah polos putraku yang sedang terlelap.

Entah mengapa saya menjadi menyesal ingin kemarin sempat kenapa. Tetapi saya ingin bukan ingin saya aku, apa lagi hingga membencinya, saya tidak hingga tidak cuma supaya menjadi kenapa yang lebih aku, yang nantinya dapat saya banggakan.

Pelan dia membuka matanya, aku sedikit kemarahan di sudut matanya dikala memandangiku. Maafkan Bunda ya Nak, ini demi kebaikan kau.

“Bangun yuk…” Ajakku.

Ia bangkit, duduk diatas bahkan tidurnya sambil mengucek-ngucek matanya.

Kenapa dia akan memelukku, bermanjaan sejenak sebelum dia pergi kekamar mandinya, melainkan sekarang tak ada lagi pelukan dari putraku tersayang, mungkin ia aku ingin kemarin saya tak membelanya.

Saya mendesah perlahan, lalu berjalan meninggalkannya.

Maafkan Bunda ya nak…

Kulambaikan tanganku melepas kepergian putraku kesekolah pagi ini, kenapa tak ada pelan darinya saya konsisten respons seperti kamu selama ini.

Saya berjalan masuk kedalam rumahku, saya yakin Toni tidak butuh waktu untuk aku maksud tujuanku menghukumnya.

Tok… tok… tok…

“Masuk Bunda!”

Kubuka sekarang pintu kamar Irwan, kudapatkan kenapa itu sedang mengerti lemas, dengan kompresan di keningnya. Ya… Irwan mendadak demam, saya sendiri tak aku apa penyebabnya dia dapat jatuh sakit seperti ini.

Saya duduk di tepian bahkan tidurnya, lalu mengganti kompresan di keningnya.

“Gimana dia kau Wan?” Tanyaku.

“Agak mendingan Bunda, cuman masih sedikit pusing saja.” Jawabnya, sembari memamerkan senyumannya kepadaku.

“Mendingan kita ke dokter aja Wan, untuk tempat penyakitmu.”

Ia mendesah lirih. “Gak perlu Bun, palingan mesti juga telah sembuh kok! Toni udah berangkat kesekolah Bun?” Tanya Irwan, saya kenapa ingin dia masih sungguh-sungguh perhatian tidak putraku, linglung apa yang di lakukan Toni kepadanya.

“Iya telah dari tadi.”

“Semoga Toni pulangnya gak kayak kemarin ya Bunda… Saya cuman merasa aku Bun.” Lanjutnya sembari menatapku.

“Insya Allah ia aku-aku saja.” Jawabku, membelai rambutnya. “Bunda mandi aku ya, soalnya udah bauk asem ni.” Kataku baik renyah, lalu saya hendak pergi meninggalkannya melainkan dengan membuat Toni membendung pergelangan tanganku.

“Bun…”

“Mengapa Wan?”

“Irwan boleh memperhatikan mandi gak? Soalnya Irwan juga mulai merasah gerah ni Bun, jikalau gak mandi.” Jelasnya, duh… saya jadi amat.

“Tetapi… Bunda….”

“Boleh ya Bun… kan Bunda telah namun anggap seperti Ibu kandung sendiri.” Ya… melainkan konsisten saja beda Wan, semalam kau hampir saja membikin Bunda lepas kontrol, untung membuat di akhiri.

“Ya telah… kau dapat jalan sendiri?”

“Aku kok Bu.” Jawab Irwan.

Lalu ia turun sekarang dari bahkan tidurnya, sambil berpegangan denganku, kami melangkah menuju kamar kamar mandi.

Tubuhku menggeliat diatas bahkan tidurku, kulihat pelan mentari menyambut pagiku menyusup masuk di balik hordeng kamarku. Kembali saya menggeliat, merentangkan kedua tanganku. “Eehmpp… ” Saya bangkit dari bahkan tidurku.

Berjalan sempoyongan menuju kamar mandiku. “Buah…!” Airnya mati.

Dengan terpaksa saya mengambil kerudungku, keluar menuju kamar mandi utama. Dengan satu tarikan saya menutup kembali pintu kamar mandinya. Dan dengan sekarang kuturunkan celana piyamaku berikut celana dalamnya, lalu duduk diatas closet.

Berharap kamu, marah pagi sebelum pelan, saya setiap hasratku berkegiatan aku. “Seeerrr…. Seeeerrr…..” Uuhkk… rasanya sedap sekali terlebih air kecil pagi ini.

Treeeaak…

Deg… Ya Meski…. sekarang pintu kamar mandinya terbuka, aku sosok seorang pria paruh baya masuk kedalam kamar mandi yang sedang kupakai, ia melihatku, tatapan kami berdua saat, dia aku apa saja melainkan sedetik kemudian dia tidak namun dirinya, sementara saya tidak cuma terpaku.

“Maaf Vi, Bapak tak tau kau lagi make kamar mandinya.” Ujar Mertuaku tak bergeming selangkahpun, membuatku sedikit panik.

“I… iya Pak, soalnya air di kamarku gak dia hidup Pak, sepertinya aku di perbaiki.” Bodoh… bodoh… memperbolehkan saya mengusirnya dari dalam kamar mandi bukan dia mengajaknya ngobrol.

Ia tersenyum kearahku, dan pandangannya itu… Deg… Deg… Deg… ia menatap kearah selangkanganku yang terbuka.

Sumpah saya malu… saya gak tau gimana caranya menyembunyikan selangkanganku ini, apa lagi rambut pubikku sungguh-sungguh lebat, ia pasti dapat membedakan mana suka mana paha mulusku. Saya menunduk sembari menggigit bibirku.

“Ba… bapak dia mandi?” Tanyaku lagi.

“Enggak Vi, Bapak cuman dia kencing, kau masih lama ya? Bapak kencing di sini aja ya?” Eh… Saya mengangkat wajahku, melainkan telah aku, ia membuka celananya lalu mengeluarkan senjatanya yang semalam karena membuatku nyaris tak dapat tidur ingin memikirkannya.

Kulihat benda besar itu dengan sekarang mengeluarkan air bisa yang karena deras seperti air pancuran.

Saya menarik napas lega, linglung saya napas hajatku, buru-buru saya membasuh vaginaku dan berdiri menghadapnya hendak mengenakan kembali celanaku, melainkan baru sebatas lututku, tiba-tiba tanganku terhenti.

“Suami kau kapan pulang?”

“Se… semalam… ia bilang katanya masih ada urusan di kota!” Kataku gugup, tubuhku gemetar dikala memperhatikan Mertuaku yang merasakan napas hajatnya melainkan tak juga menutup penisnya.

Mertuaku mengehala napas. “Si itu, dari aku jikalau urusan anak baik saja lupa waktu.” Katanya aku, setenang air yang dalam.

“Insya allah saya dapat aku Pak!” Kataku gugup.

Sumpah saya sendiri tak tau apa yang hal yang demikian terjadi tidak diriku, saya tau ini salah dan ia Mertuaku tidak hingga berbasi-basi, membangun suasana seakan memperhatikan terjadi aku diantara kami berdua, dan bodohnya saya dia apa saja permainan aku.

Toko rasanya saya mengusir perasaan memperhatikan menentu yang kurasakan dikala ini, melainkan saya tak tidak ingin, apa lagi linglung memperhatikan senyumannya yang melaksanakannya.

Kutarik napas dalam, saya aku mengakhiri kegilaan ini, baik sambil memamerkan kelamin masing-masing.

Saya menunduk, kuletakan jemariku di kedua sisi celana dalamku, lalu dengan sekarang saya menarik celanaku, butuh sedikit lagi karenanya semuanya akan tertutup rapat. Tetapi entah mengapa, diakhir saya mulai merasa ragu dengan apa yang kulakukan dikala ini.

Dan… “Melainkan ini kau kerja nduk?” Kurasa pertanyaan cukup membikin kedua tanganku stop pas saat celana dalamku menututpi sedikit vaginaku.

Kuangkat kepalaku berhenti, ah… tak, saya mengamati kaca yang ada di belakang Mertuaku, memperhatikan pantulan diriku.


Sungguh saya aku sungguh-sungguh memalukan, celana yang tadi kutarik menggantung diantara kedua pahaku, sedikit menutupi ujung vaginaku, melainkan tidak sedikit, ingin sisanya terekpose sungguh-sungguh fokus, mempetlihatkan rambut pubikku.

Dikala mata kami kembali saat, ia tersenyum penuh arti kepadaku. Oh Tak… Mertuaku dikala ini sedang mengurut penisnya seperti semalam sambil memandangi vaginaku.

“I… iya Pak, namun kerja jam 8!” Kutegakan kembali tubuhku seperti semula.

“Kalian berdua sama saja, sinting kerja… jikalau televisi terus kapan kalian akan memberi namun cucu?” Tanyanya sambil menggelengkan kepala.

Ah Pak! Anda sungguh-sungguh cerdas sekali, raut wajah anda sungguh-sungguh berbeda dengan apa yang anda lakukan dikala ini.

Obrolan kami mengalir aku saja, melainkan tatapan kami sama, satu arah, kearah kelamin kami masing-masing, saya menatap nanar kearah penisnya yang kian lama kian membesar dan aku sungguh-sungguh keras sementara ia menatap vaginaku dengan tatapan aku seakan ia tak tenang dengan apa yang ia lihat.

Tetapi sejujurnya saya tau ia pasti sungguh-sungguh terstimulasi, apa lagi semalam saya mendengar bagaimana dia memanggil-manggil namaku, seakan ia sungguh-sungguh menginginkanku.


“Maafkan kami Pak, melainkan namun aku, kami akan ingin memeberi cucu untuk Bapak!” Kataku dengan tidak berdecit.

“Bapak tunggu aku kau ya?”

Saya mengangguk, lalu kembali saya membukuk mengenakan celanaku yang sempat tertunda, melainkan kali ini sepertinya beliau tak dia menghentikanku, ada perasaan lega sekalian kecewa dikala celana itu telah berada di bahkan saat, menyembungikan vaginaku.

Saya berjalan tempat dan hendak membuka pintu kamar mandi.

Dan tiba-tiba pergelangan tanganku dia tarik, menghentikan langkahku yang hendak keluar dari dalam kamar mandi.

Aku ia hendak memperkosaku?

Dengan lembut saya menggosok punggungnya dengan spon yang ada di tanganku, jujur… ini kali pertama saya memandikan seorang kenapa remaja yang lebih tua usul tahun dari anakku, tidak anakku sendiri tak perna kumandikan.

Tetapi entah mengapa, ia karena membujukku untuk memandikannya dengan alasan ia sedang sakit.

Aku ingin ia sakit terus saya aku memandikannya? Kamu tak juga, ini tidak kupikir-akalannya saja seperti semalam. Tetapi demi menebus cuma anakku, saya aku ingin supaya dia tak pulang kekampung halamannya dan supaya semuanya jikalau anakkulah yang membuatnya meninggalkan rumah.

Aku-dapat jikalau aku Suamiku dengan keluarga besarnya yang ada di kampung dapat renggang ingin kelakuan jikalau.

“Terimakasi ya Bun, telah dia memandikan Irwan, jadi makin betah tinggal di rumah ini.” Ujarnya, sambil memandangku dengan tatapan buah hatinya ingin saya dia menuruti karena.

Kubalas dia dengan senyuman….

Dikala ini kami berada di dalam kamar mandi, ia sedang duduk dia kecil, sementara saya berlutut di belakangnya sambil menyabuni punggungnya.(Apabila kalian pelan nonton JAV jepang kalian pasti tau posisi ini, maaf klau namun menggambrkannya krang jikalau)

Tanganku umum kedadanya, lalu turun kepahanya, dan pada dikala berbarengan mataku terpaku kearah penisnya yang telah mengancung keras di depan mataku.

Gleek… Saya menelan air liurku, membendung nafasku supaya dapat aku.

Rupanya ia terstimulasi, kamu tidak ia yang telanjang sementara saya masih berpakaian utuh, tidak kerudungkupun tak kulepas.

Dikala tanganku berada di dia paha dalamnya, saya tak sengaja meraba batang aku, dan… punyanya sungguh-sungguh keras, tidak lebih keras di bandingkan milik Suamiku.

Astaga… Aku yang kupikirkan, saya aku ingin, secepat mungkin napas mandinya, supaya pikiranku tak ngelantur kemana-mana, dapat gawat jikalau saya hingga terbawa suasana seperti semalam, dapat-dapat saya lepas kontrol seperti semalam dengannya.

“Ayo berdiri!” Kataku.

“Tetapi Bun….”

“Mengapa Wan?” Tanyaku amat, melainkan entah mengapa ada rasa takut di dalam diriku.

Ia tersenyum. “Melainkan kontolnya saya kok gak di sabunin juga Bun?” Ya Tuhaaan… ia memintaku membersihkan aku, jangan sinting Wan, mana mungkin Bunda ingin.

“Kau dapat sendirikan?”

“Tanggung Bun!” Dua menarik tanganku, lalu ia kamu kearah penisnya.

Saya menepisnya, maaf saya tak segila itu, memandikannya saja telah membuatku merasa seperti wanita benar-benar, apa lagi jikalau aku membersihkan penisnya? Tak Wan kau salah mesti Bunda.

Kejadian semalam, ingin saya menilai kau sama lugunya seperti anakku, melainkan terbukti saya salah menilaimu.

Mata kami berpandangan lalu tiba-tiba ia terbukti bibirku. Mataku terbelalak dan hendak melepaskan diri darinya, melainkan Irwan dengan membuat mengecup tubuhku sampai terlentang, belum sempat saya berdiri, ia telah mendudukiku.

“Wan… Aku yang…” Suaraku terputus saat ia dia bibirku dengan rakus.

Tangannya menyelinap masuk kedalam gaun tidurku, lalu dengan satu sentakan ia karena membuka celana dalamku. Saya yang panik dia melawan sekuat tenagaku, melainkan saya gagal ingin namun jauh lebih kuat dariku.

Ia menarik gaun tidurku sampai sobek, kekuatannya payudaraku yang mengembung seperti balon.

“Jangan ngelawan, atau Toni yang akan menanggung dia…?” Bisiknya di telingaku.

Toni… Aku maksud dari ucapannya? Ia mengancamku dan Toni? Ya Meski, berarti apa yang di katakan Toni kemarin benar, selama ini Irwanlah yang merasakan memukul dirinya sampai babak belur? Tidaaak… kau bohongkan Wan? Ya Meski, saya memarahi anakku demi membela orang yang merasakan menyelakainya…

Maafkan Bunda nak…

“Bajingan kau Wan!”

“Hehehe… Apabila Bunda kepingin Toni hidup, lebih aku Bunda menuruti kamu namun.” Ancamnya kembali sambil menciumi payudarahku.

Aahkk… “Jangan sakiti Toni Wan, Oohk… Aku salah kami Wan?” Isakku frustasi…


“Maaf namun tidak menuruti kamu!”

Ia membuka kedua kakiku, lalu dengan sekarang kurasakan benda tumpul milik Irwan menyeruak masuk kedalam vaginaku. “Aaaahkk…” Lidahku terjulur dia benda asing itu menerobos vaginaku yang telah lama tak tersentuh.

Tidaaak… saya sama sekali tak menikmatinya, ini bukan film nikmat cerita dewasa, saat seorang wanita yang di perkosa dia merasa keenakan. Saya sama sekali tak merasakannya.

kudapatkan hanyalah rasa sakit di liang peranakanku, ia kasar… sungguh-sungguh kasar sekali… sumpah saya mengutuk perbuatannya.

Dan semuanya mulai terasa gelap….

Seorang pemuda sedang duduk di tepian bahkan tidurnya, sambil menghisap lintingan ganja yang ada di tangannya.

“Halo….”

“Gimana Wan, karena gak…? Berharap hingga kapan namun menunggu hasil darimu, jikalau kau hingga gagal, kau aku tau dia…”

“ Bos, ini juga udah karena kok, melainkan ia belum jinak…” Ujar Irwan sambil mengamati sesosok wanita yang tidak mengenakan kerudung tanpa mengenakan dia, sedang menangis di pojokan bahkan tidurnya dalam dia terikat.

” Ingat ya Wan… jangan main-main sama namun.”

“Beres Bos, secepatnya namun akan serahkan ia, melainkan tunggu ia jinakan dikit ya Bos…”

“Oke…”

“Oh iya Bos, barang namun dia habis ni, namun dapat ambil lagikan?” Tanya Irwan sambil menghisap dalam-dalam lintingan ganjanya.

“Kau temuin Roni saja di bahkan pelan.”

“Terimakasi Bos…” Tutt… tut… tut…

Irwan menutup telponnya dan meletakan kembali hpnya di atas meja.

Ia kembali menghampiri Ibu muda itu sembari membawa suntikan, lalu sembari tersenyum dia hingga jarum suntik ingin di depan mata sang wanita.

Ibu Muda itu ideal histeris, dia memohon melainkan mulutnya yang tersumpal kain memperhatikan dapat bicara, ia tidak menatap takut kearah pemuda ingin yang sedang memamerkan senyuman iblisnya. Kemudian pemuda itu menarik pergelangan tangannya yang terikat.

“Eeehmmpp…” Pekiknya dikala jarum itu cuma diatatara lipatan siku tangannya.

Tuesday, January 29, 2019

January 29, 2019

Cerita Dewasa Panas Bermain Diam-Diam Dengan Istri Tetangga Yang Berbadan SEMOK


Saya merupakan seorang karyawan yang berprofesi di Perusahaan Multimedia, meskipun istriku merupakan sales sebuah produk jamu dari Madura. Kami sudah dikaruniai seorang si kecil laki-laki berusia 6 tahun yang telah duduk di kelas 1 SD.

Di depan rumahku tinggallah pasangan muda suami istri yang sudah mempunyai seorang putra berusia 4 tahun yang diasuh oleh seorang asisten yang datang jam 7 pagi pulang jam 4 petang. Tetanggaku ini merupakan seorang wiraswasta bidang percetakan meskipun istrinya merupakan karyawati di sebuah instansi.

Dari cerita yang pernah mereka ucapkan, dahulu mereka pernah mencontoh suatu aliran yang sungguh-sungguh fanatik, itulah sebabnya istri tetanggaku ini senantiasa mengenakan hijab lebar yang senantiasa menutupi kepala dan dadanya dan juga senantiasa mengenakan baju longgar yang panjang hingga ke mata kaki.

Dari cerita istriku, kuketahui bahwa sang istri sungguh-sungguh melihat permasalahan kekerabatan suami istri untuk menjaga keharmonisan rumah tangga mereka. Organ ini sebab istri tetanggaku ini yakni pelanggan konsisten istriku dalam membeli jamu dari Madura, secara khusus jamu yang terkait dengan kekerabatan suami istri seperti “sari rapet”, “Pria perkasa” maupun jamu lainnya yang senantiasa terkait dengan kekerabatan suami istri.

Meskipun senantiasa mengenakan hijab lebar, konsisten saja tak dapat menutupi kecantikan, keanggunan dan putihnya kulit istri tetanggaku ini, sehingga saya kerap membayangkan bagaimana situasi tubuhnya jika tak mengenakan busana, pastilah sungguh-sungguh seksi dan sungguh-sungguh menggairahkan.

Disamping sebagai seorang wiraswasta, tetanggaku ini aktif di sebuah LSM yang melihat perkembangan perekonomian masyarakat. Sebab kompetisi bisnis yang kian ketat, hasilnya usaha tetanggaku ini pailit, dan hasilnya dia lebih mengonsentrasikan diri untuk mengeluti LSM yang dia ikuti. Dan terbukti di LSM yang digelutinya ini, dia menerima kepercayaan untuk mengawasi pencairan dana masyarakat di luar kota dengan honor yang lumayan untuk menghidupi keluarganya. Sehingga dia mesti kerja di luar kota dan seminggu sekali baru pulang ke rumah.

Pada suatu hari istriku berkata bahwa komputer tetanggaku bermasalah dan meminta bantu padaku untuk langsung membenarkannya, karena tak mungkin mesti menunggu suaminya pulang dan lagi pula banyak profesi mendesak yang mesti dijalankannya. Dan katanyanya meski dia sedang ada dikantor, saya dipersilahkan untuk membenarkan komputer di siang hari, karena ada pengasuh buah hatinya di rumah.


Obsesiku kepada istri tetanggaku ini seperti mendapatkan kans. Saya menyanggupi untuk membenarkan komputernya.

“esok hari akan ku kerjakan..” kataku pada istriku.

Keesokan harinya sebelum saya ke rumah tetanggaku, saya persiapkan sebagian spy cam (“Kamera pengintai”) ukuran kecil tanpa kabel yang saya hubungkan ke komputerku.

Rupanya metode operasi komputer tetanggaku ini bermasalah, karenanya mesti ku install ulang agar normal kembali. Pada dikala penginstallan sedang berlangsung, saya menanti pengasuh tetanggaku ini lengah atau keluar memberi makan asuhannya. Dikala pengasuh si kecil hal yang demikian keluar, karenanya kugunakan kans ini untuk masuk ke kamar tetanggaku dan meletakkan 2 buah spy cam ditempat yang pas dan tersembunyi yang dapat menangkap kesibukan daerah tidur dan sekitarnya.

Sesudah pembetulan metode operasi komputer tetanggaku selesai, saya langsung pulang dan menyalakan komputer untuk mengetes apakah spy cam yang saya letakkan berfungsi dengan bagus. Dan terbukti alat kecil memang benar-benar canggih, kecuali formatnya kecil dan tanpa kabel, terbukti energi tangkap gambarnya malah nyaris total dan yang lebih canggihnya lagi merupakan kecakapannya melaksanakan zoom.

Mulailah pada jam-jam tertentu saya memantau situasi kamar hal yang demikian. Dari hasil pantauan hal yang demikian, tedapat sebagian moment yang saya rekam, diantaranya merekam tubuhnya yang sedang telanjang bulat dan berlenggang lenggok didepan cermin sehabis mandi, merekam kesibukan dirinya yang sedang terstimulus di malam hari pada dikala suaminya di luar kota, pun sempat ku rekam bagaimana ganasnya dia di daerah tidur pada dikala suaminya pulang dari luar kota.

Terbukti dibalik keanggunan dan kealiman penampilan luar istri tetanggaku ini, terbukti dalam terkait suami istri ia sungguh-sungguh ganas dan binal membikin suaminya kewalahan, dan kerap kali menonjol ia masih bernafsu melainkan suaminya telah ambrol dan hasilnya ia cuma dapat galau tak dapat membisu memandang suaminya tidur kecapaian.

Akhir-akhir ini aktivitas tetanggaku ini kian padat, sehingga jadwal kepulangannya menjadi tidak menentu, sesekali dua pekan sekali pun pernah hingga dua bulan baru pulang. Pun pernah secara bersenda gurau istri tetanggaku ini berkata pada istriku :

“Bu…, aku mah jablay…(jarang dibelai maksudnya) “

“Mengapa gitu ?” tanya istriku pada.

“Habis si Bapak jarang pulang, dan kalo pulangpun cuma satu malam sesudah itu pergi lagi.. Aku mah punya suami… namun jarang sekali berkasih-kasihan “ katanya dengan nada sedih.

Pada suatu hari, istriku cerita padaku bahwa pada tadi siang dikala istriku bertamu ke tetanggaku, ia memandang istri tetanggaku sedang menangis. Dan dikala ditanya kenapa, istri tetanggaku menjawab terisak “Meski Bapak, tadi malam pulang, namun belum ngapa-ngapain ia telah pergi lagi dengan sahabatnya malam itu juga dan hingga kini belum pulang. Melainkan aku lagi pingin-pinginnya..”

Mendengar cerita istriku, saya menjadi terpengaruh untuk mengisi kekosongan beri sayang ini. Akhirnya bagaimana caranya? dan tidak mungkin saya bisa menarik hati seorang istri yang senantiasa taat melaksanakan instruksi agama. Apalagi ia senantiasa mengenakan hijab dan tak pernah memberi kans terhadap bukan muhrimnya untuk berbincang-bincang bebas dengannya.

Saya saya punya pandangan baru untuk mengancamnya akan menyebarkan video rekaman dirinya yang sedang telanjang dan yang sedang terkait dengan suaminya. Rekaman hal yang demikian saya simpan di CD.

Pada malam hari dikala istriku telah tidur, kuletakkan CD rekaman hal yang demikian di depan pintunya dan kuhubungi HP istri tetanggaku ini dari HP-ku dengan mengaplikasikan nomor yang baru kubeli siang tadi

“Bu…, Coba ibu buka pintu depan dan ambil amplop yang tersimpan dibawah pintu, kini..! Isinya merupakan CD berisi video rekaman yang mesti ibu tonton di komputer” kataku menyuruh tanpa memberi kans padanya untuk bertanya siapa yang menelepon.

Saya mengintip dari dalam rumahku, tidak lama kemudian saya memandang pintu depannya terbuka, kemudian ia keluar dengan hijab lebar dan pakaian longgar yang awam dikenakan kemudian memandang situasi sekitarnya, lalu sesudah yakin tak ada seorangpun, lalu ia memandang ke bawah dan mengambil amplop yang saya simpan dan dengan tergesa-gesa pintu itupun ia tutup kembali.

Seperti-kaprah separuh jam kemudian, HP-ku suara dan sesudah kulihat terbukti istri tetanggaku menghubungiku. Saya saya tekan tombol terima, lantas terdengar bunyi serak seperti orang yang sungguh-sungguh naik darah namun tidak berdaya

“Anda siapa ? Dan apa maksudnya menonjolkan video ini pada aku ? “ tanyanya.

“Aku hanyalah seorang penggemar berat ibu. Dan aku mau segala orang tahu bahwa tubuh ibu sungguh-sungguh menggairahkan dan ibu sungguh-sungguh binal dan ganas di daerah tidur” jawabku santai.

“Apa maksudnya…?” katanya dengan napas yang mulai tersekat

“Akan aku perbanyak CD ini dan akan aku bagikan ke tiap-tiap rumah di lingkungan ini, juga akan kirim ke dunia maya supaya orang sedunia tahu apa dan bagaimana ibu. “ jawabku masih dengan nada santai dan kalem.

“Ja…jangan…jangan…!” potongnya mulai gugup.

“Apa yang hakekatnya kau inginkan…, berkeinginan uang…? Berapa…?” katanya memelas dan bunyi melemah.

“Aku nggak berkeinginan uang…” jawabku

“Lalu apa..?” susulnya

“Aku cuma mau dapat merasakan tubuh ibu yang sungguh-sungguh menggairah…” kataku menggodanya.

“Saya mungkin …..Saya nggak sudi….”

“Ya…nggak apa-apa.. Akhirnya ibu jangan terkejut apabila esok hari segala tetangga akan onar sebab mempunyai rekaman hal yang demikian..” jawabku mengancam

“jangan…jangan dikerjakan ….bantulah kasihani aku…” katanya lagi memelas

“Saya akan aku lakukan…asal ibu memenuhi harapan aku” kataku lagi.

Lama ia tak menjawab…

Dan hasilnya…

“Baiklah… aku menyerah…, namun kumohon…. Tak mesti menghapus segala rekaman ini “ katanya dengan nada yang sungguh-sungguh berat dan pasrah sebab keok

“Baiklah…, kini ibu mesti membuka pintu depan, kemudian ibu mesti menunggu aku di kamar ibu. Kalu tak ibu lakukan karenanya aku tak akan datang” jawabku memberikan instruksi.

Seperti lama kemudian, kulihat pintu depan terbuka sedikit dan sebagian menit kemudian kulihat dimonitor bahwa ia sudah ada di dalam kamar dan duduk galau diatas kasur menunggu apa yang akan terjadi.

Kumatikan komputerku dan saya keluar rumah secara mengendap-ngendap menuju rumah tetanggaku melewati pintu depan yang terbuka, kemudian kututup dan kukunci. Lalu dengan perasaan deg-degan saya menghampiri kamarnya kubuka pintunya dan kututup kembali serta kukunci. Saya melihatku ia lantas berdiri dan berkata terkejut dan naik darah

“Ohh..terbukti bapak..! Mengapa bapak melaksanakan ini padaku. Apa bapak tidak takut apabila aku laporkan ke istri bapak ?” Ancamnya

“Laporkan saja dan aku akan menyebarkan rekaman itu. Saya paling rugi kan bukan aku, namun ibu sendiri ?” jawabku menekannya

“Jadi gimana ? berkeinginan batal ?” sambil saya membalikkan badan seolah-olah akan keluar kamar.

“Jangan…aku menyerah…” katanya perlahan dan terisak meneteskan air mata.

“Baiklah apabila semacam itu…” kataku sambil menghampirinya.

Akhirnya duduk mematung di pinggir daerah tidur dikala kuhampiri. Saya duduk disampingnya, ia menggeserkan badannya seperti yang ketakutan, namun saya membendungnya sambil berkata

“Ingat, jikalau ibu tak melayaniku malam ini, karenanya ancamanku akan kulaksanakan !” kataku mengancam. Saya ia membisu dengan badan menggigil ketakutan dan mata yang terpejam.

Tangan kananku memeluknya dari belakang. Kudekatkan wajahku ke wajahnya. Akhirnya masih memejamkan matanya. Ohhh alangkah menawan wajahnya, bibirnya yang tipis dan berair menggodaku untuk mengecupnya

Akhirnya membisu saja mematung, pun badannya terasa sungguh-sungguh dingin. Akhirnya saya tidak peduli, saya terus mengulum bibirnya yang tertutup rapat dan sesekali lidahku menjilati bibirnya. Akhirnya mulai bereaksi namun cuma sekilas sesudah itu ia konsisten membisu sambil memejamkan mata.


Tanganku membuka hijab lebar yang dia kenakan dan melemparkannya ke lantai, karenanya tampaklah rambut cantik dengan leher tahapan menstimulasi menyangga wajahnya yang menonjol sungguh-sungguh menawan dan menggemaskan, meski dengan mata terpejam dan ekspresi wajah yang tegang.

Bibirku mulai menciumi dagu, pipi, dan tentang lehernya yang sungguh-sungguh menstimulasi, sebagian kali kurasakan ada respon dari dirinya dengan keluarnya keluhan dari mulutnya.

“Euh….euh….”

Melainkan segitu, lalu ia membisu lagi seperti sedang bertahan untuk tak terpengaruh atas stimulasi yang kulakukan pada dirinya. Lalu tanganku menarik seleting pakaian panjang yang terdapat dipunggungnya dan pakaiannya kutarik ke bawah, tampaklah tubuh putih mulus yang harum dengan buah dada yang montok terhalang oleh BH yang masih membendungnya supaya tak tumpah. Kutarik pengait BH sampai BH hal yang demikian terlepas dan kulemparkan ke lantai, karenanya tampaklah buah dada yang benar-benar montok menggairahkan tergantung bebas dihadapanku.

Badannya kian kaku, kudorong paksa supaya ia meringkuk di kasur, lalu dengan tergesa-gesa sebab bernafsu tanganku mulai meremas buahdada cantik hal yang demikian yang kiri dan kanan secara bergantian.

Ouh… alangkah mengasyikkan dan puasnya bisa mempermainkan buah dada dari seorang wanita yang lazimnya tertutup pakaian longgar dan hijab yang lebar. Mulutku mulai menjilati dan menciumi semua permukaan kulis halus di sekujur tubuh terbukanya. Menonjol disertai dengan ciuman serta hisapan yang seru. Dan hasilnya bibirku menuju buah dadanya . Melainkan dada sekal dan montok itu saya hisap dan gigit-gigit gemas penuh nafsu, kemudian saya kebagian puting susunya yang telah mulai tegak menantang. Kupilin-pilin dengan bibir dan lidahku..

“Ouh…ouh…euh…..euh… ssstt…hhhssstttt…” Erangan halus dan desis enak keluar dari mulutnya tanpa disadarinya

Akhirnya langsung membisu kembali sesudah ia menyadarinya apa yang sedang terjadi. Saya sekali terjadi pergulatan batin yang sungguh-sungguh hebat antara mempertahankan harga diri dan kehormatan melawan gairah nafsu yang telah mulai bangkit mempengaruhinya. Organ ini nampak dari gerakan tubuhnya mulai menggelinjang dan merespons tiap-tiap sentuhan dan stimulasi yang kuberikan padanya. Peperangan antara rasa tercela dan rasa enak yang dia terima demikian hebatnya sehingga nampak dari peluh yang mulai mengucur dari tubuhnya.

Badan dan tubuhnya sungguh-sungguh merasakan stimulasi yang kuberikan melainkan pikirannya melarang untuk merespons, sehingga respon yang dikasih menjadi tak konstan, sesekali melenguh merasakan dan sesekali lagi membisu mematung tak memberikan tanggapan atas stimulasi yang kuberikan padanya. Akhirnya saya terus memberikan stimulasi-stimulasi kenikmatan padanya dengan terus memilin dan meremas buah dadanya yang cantik.

Usahaku memberikan hasil. Akhirnya menjadi lebih kerap mendesah dan melenguh membendung enak yang dinikmati, meski dengan malu-malu sambil konsisten berupaya menjaga harga dirinya supaya tak jatuh dihadapanku.

“Ouh… oohh…ouh….” Erangan nikmatnya menjadi lebih kerap kudengar.

Kedua tangannya mencengkram kasur dengan sungguh-sungguh kuat sampai urat-urat halus tangannya kelihatan menggambarkan bahwa ia sedang dilanda kenikmatan dan stimulasi daya seksualitas yang teramat sungguh-sungguh.

Saya mulai menanggalkan pakaian longgarnya dari tubuhnya dan menjatuhkannya kelantai. Mataku nanar diliputi nafsu yang kian menggebu memandang tubuh bugil menstimulasi di hadapanku yang cuma menyisakan CD yang menghambat estetika vaginanya. Lalu kutanggalkan CD yang menghambat panorama cantik ini. Dan…. Terpampanglah tubuh telanjang yang benar-benar cantik membangkitkan gelora daya seksualitas yang kian tidak tertahankan. Penisku kian tegang memandang panorama itu

Tanpa buang waktu, saya menciumi kedua paha cantik yang putih, mulus serta harum ini. Kugunakan lidahku untuk mengulas segala permukaan paha bagus yang kiri ataupun yang kanan secara bergantian.

Erangannya menjadi kian nyaring dan kerap

“Ouh…ohhh…Pak…ouh….ouh…” ternyata rasa malu dan marahnya telah kian keok oleh rasa enak yang kuberikan.

Bibir dan lidahku, lalu naik keatas kebagian selangkangannya yang menjanjikan berjuta-juta kenikmatan. Saya itu semacam itu cantik dikelilingi oleh rimbunnya jembut hitam nan halus. Kujilati jembut cantik itu. Akhirnya mengerang keras….

”Aaahh….ohhh”

Badannya mulai bergetar seperti dialiri listrik, mulutnya ternganga dengan napas seperti terbendung, lalu

“Aahhh…ouh….ouh…” erangannya kian keras menggambarkan bahwa harga dirinya kian keok oleh rasa enak yang kuberikan

Kusibakkan bibir organ intim wanita yang menutupi liang organ intim wanita cantiknya, terlihatlah lorong sempit memerah yang berair berlendir. Lidahku terjulur untuk mengkait-kait lorong itu. Badannya kian bergetar dan erangannya telah berganti menjadi jeritan-jeritan terbendung.

“Aahh….Aahhh….Ouhh…enak…ouh….” mulutnya mulai meracau.

Jempol tangan kananku tidak membisu, kugunakan untuk menekan dan memutar-mutar klentitnya yang kian kelihatan keras. Gerakannya telah kian menggila dan tangannya telah tidak malu-malu lagi mengusap dan menekan-nekan kepalaku supaya lebih dalam memasukkkan lidahku kedalam liang vaginanya kurasakan kian berkedut.

“Aahh…aahhh… ouh…. Pak….ouh…..terusssss…ouh…” jeritannya kian keras, bokongnya kian maju menekan wajahku…

Saya dengan tidak tabah kedua kakinya ia naikkan keatas pundakku dan menjepit leherku dengan keras sambil melonjak-lonjak tidak karuan dan menjerit-jerit menjemput enak yang bertubi-tubi datang padanya sampai hasilnya dia menjerit panjang

“Aaaaaaahhhhh…………….” Badannya melenting, bokongnya terangkat dan tangannya mencengkram kaku di kepalaku serta kakinya kian keras menjepitku seperti tang raksasa .

Lalu sebagian detik kemudian bokongnya berkedut-kedut dan liang vaginanya berkontraksi sungguh-sungguh hebat dan melamuri lidahku dengan cairan kenikmatan.

Dan sesudah itu badannya terlempar ke kasur, cengkraman tangannya dikepalaku melemah demikian juga dengan jepitan kakinya di leherku. Sesudah itu yang kudengar merupakan helaan napas yang tersengal-sengal seperti orang baru selesai melaksanakan lari sprint 100 meter.

Tanpa ia kehendaki, istri tetanggaku ini sudah mengalami orgasme yang sungguh-sungguh hebat yang saya berikan dalam sesi pemanasan ini.

Saya berdiri dipinggir kasur, kuperhatikan bahwa matanya terbuka dengan pandangan yang menandakan orang yang baru saja menerima kenikmatan orgasme.

“Bagaimana bu ? Kini khan..?” tanyaku menggodanya

Akhirnya cuma membisu dan buang muka, namun dari wajahnya, kutahu ia tak menampik dengan apa yang kuucapkan padanya. Akhirnya cuma buang muka…. malu….

Saya mulai menanggalkan semua baju yang kukenakan. Kecupannya akupun telah telanjang bulat. Saya naik ke daerah tidur dan merangkak menghampiri dirinya, sambil berbisik

“Sudahlah..Bu…, tidak perlu malu…., nikmati saja…. Apalagi yang Ibu pertahankan dariku ? Saya komponen tubuh Ibu yang paling rahasiapun telah saya jelajahi , pun Ibu telah menerima puncak kenikmatan orgasme yang akhir-akhir ini jarang Ibu peroleh…” Kataku memberi pengaruh pendiriannya , sambil kembali menstimulasi dirinya dengan memberikan kecupan hangat pada bibirnya dan meremas buah dadanya yang tidak membosankan untuk diremas dan dipilin-pilin.

Terbukti kata-kataku memberi pengaruh pendiriannya sehingga hasilnya ia membalas ciumanku dengan sungguh-sungguh ganas dan bernafsu ditambah lagi bahwa dirinya memang telah terbakar nafsu berahi sesudah sekian lama saya berikan stimulasi-stimulasi yang memandunya menempuh orgasme yang sungguh-sungguh hebat.

Saya padaku kian panas dan menggairahkan, pun tangannya telah berani meremas dan mengocok penisku yang telah sungguh-sungguh tegang. Saya badannku kuputar 180 derajat sehingga kepalaku yang berada di atas menghadap vaginanya dan wajahnya yang berada di bawah menghadap penisku.

Kurengkuh bokongnya yang montok lalu kembali lidah dan bibirku mempermainkan vaginanya sekali lagi dengan sistem yang berbeda. Kembali ia melenguh..

“Ouh….ouh…..Saya tidak bendung…saya tidak bendung…Ouhhh” erangnya.

Seperti kupedulikan erangannya, saya terus menjilati dan menghisap vaginanya dan sesekali saya tusukkan lidahku kedalam liang vaginanya yang berbau khas. Gerakan bokongnya kian menjadi. Dan tiba-tiba saya merasa bibirnya mulai menggilas penisku dengan penuh nafsu.


Saya…melayang…dengan apa yang ia lakukan sehingga bibir dan lidahku membisu berprofesi…. Jilatan dan hisapan pada penisku kian bervariasi

“Ouhh….” Akupun melenguh enak..

Saya takut. Bahwa pertahannanku akan bobol, karenanya saya konsentrasikan mengoral kembali vaginanya dengan ganas dan kencang. Akhirnya menjerit…

“Aaah…pak…saya tidak bendung……saya tidak bendung.. masukkan…. Sudah auh…”

Seperti kupedulikan permintaannya, saya kian giat mengoral organ intim wanita cantik ini. Tiba-tiba badannya menghentak menggulingkan tubuhku kemudian ia bangun , memutarkan badannya , kemudian dalam posisi menungging ia menasehati penisku yang sedang berdiri tegak ke arah liang vaginanya yang telah sungguh-sungguh berair, lalu menekan bokongnya ke bawah dan…

Blessshh….Penisku mulai menjelang liang vaginanya pelan-lahan. Mataku nanar berkunang-kunang menikmati kenikmatan yang sukar ‘tuk dibayangkan. Saya-lahan bokongnya mulai turun naik, sementara kedua tangannya merengkuh pundakku dari belakang sambil bibirnya dengan penuh nafsu menciumi dan menghisap bibirku.

Gerakan bokongnya kian kencang, kepala telah mulai terdongak sambil mengeluarkan napas mendengus seperti orang orang yang sedang ‘pushup’

“Ehh..euh…hekks…hekss…euh…” dengusan itu terus menerus keluar seiring dengan terjangan bokongnya menekan selangkanganku sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan dihisap-hisap dengan sungguh-sungguh enak. Mataku terbeliak-beliak membendung enak yang tidak terperi

Merasa kakinya kurang nyaman, hasilnya istri tetanggaku meluruskan kakinya sehingga ia telangkup menindih tubuhku. Tangannya masih meraih pundakku sebagai pegangan dan buah dadanya ditempel pada dadaku. Kemudian kembali memaju mundurkan bokongnya supaya vaginanya bisa bergesekan dengan penisku dan penisku bisa keluar masuk sampai hingga ke pangkalnya.

Gerakannya kian kencang, kedua kakinya mulai kejang-kejang lurus dan erangannya kian memburu

“ Ouh…hekss….heks…heks…”

Dan hasilnya…ia kembali menjerit panjang

“Aaaaaahhhhkkkks……….”

Badannya kembali melenting terdiam kaku, mulutnya menggigit pundakku dan kedua tangannya menarik pundakku dengan sungguh-sungguh keras dan kaku, dan sebagian detik kemudian keluar helaan napas panjang darinya seperti melepas sesuatu yang sungguh-sungguh enak…

”Ouhhhhhh…”

Akibat berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sungguh-sungguh hebat di dalam vaginanya yang kurasakan sungguh-sungguh mencengkram kuat-kuat semua batang penisku dan diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding organ intim wanita yang memijit penisku membuatku diriku melenguh mendapatkan sensasi yang sungguh-sungguh enak dari organ intim wanita istri tetanggaku ini.

“ohh….” Keluhku.

Kedutan bokongnya makin lama makin melemah dan hasilnya tubuhnya ambrol menindih tubuhku

Cukup lama ia merasakan sensasi orgasme sambil telangkup lemas diatas tubuhku. Kemudian mata terbuka menatapku sambil berkata

“Dia sungguh-sungguh lama ..saya tidak menikmati sensasi orgasme yang demikian enak…makasih pak ! “ katanya sambil mencium bibirku. Dia sirna rasa malu dan marahnya padaku.

Saya cuma tersenyum manis padanya sambil membalas ciumannya dengan menghisap bibirnya dalam-dalam.

Kedua tanganku memeluknya dan meletakkan telapak tanganku pada kedua pundaknya yang masih telangkup menindih tubuhku. Lalu pantatku, kugerakan keatas dan kebawah sambil kedua tanganku menarik pundaknya kebawah membikin penisku yang masih tegang menggesek dinding organ intim wanita dan memberikan kenikmatan padaku dan padanya. Penisku dengan lancar keluar masuk liang vaginanya yang masih konsisten sempit menjepit dan meremas-remas penisku dengan ketat. Sensasi kenikmatan mulai kembali menjalari semua urat syarafku dan akupun mulai mendengus enak


“Ouhhh…ouhh…”

Dia gerakanku ini, membangkitkan kembali gairahnya yang baru saja menerima orgasme dan friksi-friksi ini memberikan kenikmatan-kenikmatan padanya sehingga hasilnya bokongnya kembali bergerak maju mundur dan keatas kebawah meraih kenikmatan yang lebih.

Akhirnya kembali memompakan tubuhnya diatas tubuhku, dan gerakannya makin lama kian kencang dan kembali erangan enak nya yang khas keluar dari mulutnya

“Ehh..euh…hekks…hekss…euh…” dengusan itu terus menerus keluar seiring dengan terjangan bokongnya menekan selangkanganku sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan dihisap-hisap dengan sungguh-sungguh enak. Dan kembali mataku terbeliak-beliak membendung enak.

Gerakannya kian kencang, dan tidak lama kemudian kembali kedua kakinya kejang-kejang lurus dan erangannya kian memburu

“ Ouh…hekss….heks…heks…”

Dan hasilnya…ia kembali menjerit panjang

“Aaaaaahhhhkkkks……….”

Badannya kembali melenting terdiam kaku, mulutnya menggigit pundakku dan kedua tangannya menarik pundakku dengan sungguh-sungguh keras dan kaku, dan sebagian detik kemudian keluar helaan napas panjang darinya seperti melepas sesuatu yang sungguh-sungguh enak…

”Ouhhhhhh…”

Akibat berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sungguh-sungguh hebat di dalam vaginanya yang kurasakan sungguh-sungguh mencengkram kuat-kuat semua batang penisku dan diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding organ intim wanita yang memijit penisku membuatku diriku melenguh kembali mendapatkan sensasi yang sungguh-sungguh enak dari organ intim wanita istri tetanggaku ini.

“ohh….” Keluhku.

Kedutan bokongnya makin lama makin melemah dan hasilnya tubuhnya kembali ambrol menindih tubuhku untuk kesekian kalinya.

Pencapaian orgasme yang dia peroleh di atas tubuhku, terus dijalankannya berulang-ulang, sampai hasilnya untuk yang kesekian kalinya ia benar-benar ambrol diatas tubuhku dan tak dapat bergerak lagi sebab kehabisan daya.

Akhirnya menggelosorkan tubuhnya disamping tubuhku, sambil meringkuk miring saling berhadapan dan berpelukan. Akhirnya berkata padaku dengan tersengal-sengal kehabisan nafas

“Pak …saya sungguh-sungguh lelah… tetapi sungguh-sungguh puas…..namun kepuasanku belum total apabila vaginaku belum disemprot oleh ini..” katanya sambil meraih penisku yang masih tegang menantang.

Luar awam besar nafsu sex yang dimiliki istri tetanggaku yang berhijab lebar ini. Apakah sebab ia memang jarang menerima nafkah batin dari suaminya yang jarang pulang, atau seperti dugaanku bahwa ia mempunyai nafsu yang sungguh-sungguh besar sebab kongkretnya ia kerap membeli jamu-jamu kuat pada istriku.

Saya yang belum menempuh puncak, tak mau berlama-lama rehat takut nafsuku surut dan penisku melemah, karenanya saya mulai menindihnya dan tanganku kembali meremas-remas buah dada cantik miliknya serta memilin-milin putting susunya yang melambung menantang. Kemudian kembali bibirku menciumi bibirnya dengan penuh nafsu.

Nafsunya bangkit kembali meski dengan daya yang masih lemah, tangannya meraih penisku dan diberi pengarahan kedepan liang vaginanya, pahanya terbuka lebar memberi jalan pada penisku untuk langsung menyusuri liang enak vaginanya. Ku dorong pantatku semacam itu kepala penisku pas berada di liang vaginanya . Dan

Blessh…., penisku kembali menjelajahi liang sempit yang telah sungguh-sungguh berair milik istri tetanggaku ini dan “ouhh…” lenguh kami beriringan membendung enak.

Pantatku mulai mengayuhkan penisku supaya lancar keluar masuk menggesek-gesek dinding organ intim wanita yang senantiasa memberikan sensasi enak. Gerakanku makin lama makin kencang dan berirama.

Pinggulnya mulai bergerak membalas tiap-tiap gerakannku, sehingga lenguhanku dan erangan enak dari terdengar saling berbalasan

“Ouh…ohhh…sedap…banget…ohhhh…” dengusku..

“Auh…auh…makasih Pak….ouh….enak…oh…” erangnya

Gerakanku makin lama makin kencang dan keras tidak beraturan sehingga terdengar bunyi yang cukup keras dari bertarungnya dua selangkangan

Plok…plok…plok…

Maka pula dengan gerakan pinggulnya kian keras menyambut tiap-tiap gerakan pantatku., sehingga suara bertarungnya selangkangan kian keras

Plok…plok…plok…

Dan hasilnya mulutku mulai meracau..

”Ouh…Bu…Saya …berkeinginan … keluar, saya berkeinginan… keluar ouh…”

Dan ia juga meracau sambil menarik-narik tubuhku dengan keras

“ Ayo.. pak… bareng… bareng…”

Dan hasilnya secara beriringan kami menjerit berbalasan melepas enak menempuh orgasme. Badanku dan badannya melenting dan menjerit

“Aaaaahhhh….”

Dan …cret…cret…cret air mani kentalku terpancar sebagian kali membasahi semua rongga organ intim wanita istri tetanggaku ini dan dibalas dengan kontraksi dan kedutan-kedutan yang hebat didalam liang vaginanya yang menggambarkan kami mendapatkan puncak orgasme yang tidak terlukiskan nikmatnya.

Lalu badanku ambrol jatuh menimpa tubuhnya dan kugelosorkan kesamping tubuhnya supaya tak membebaninya. Kami meringkuk sambil berpelukan dan menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme dengan mata terpejam dan napas tersengal-sengal seperti habis berlari dikejar harimau.

Seperti lama kemudian , matanya terbuka dan memandangku dengan tatapan penuh kepuasan serta berkata dengan bunyi yang lemah

“Melainkan kali ini saya bisa menikmati berkali-kali orgasme yang luar awam nikmatnya dalam satu kali persetubuhan..huhh… benar-benar melelahkan tetapi sungguh-sungguh memuaskan dan tidak mungkin terlupakan…” Katanya sambil mengecup mesra bibirku.

Lalu sambungnya lagi “Dia tahu senikmat dan sepuas ini yang kudapat dari Bapak.. Bapak tak perlu mengancamku seluruh…” katanya sambil tersenyum.

“Dan saya rela … menanggung seluruh hasilnya asal saya dapat menerima enak seperti ini dari Bapak…” katanya mulai melantur…

Kuperhatikan jam dinding telah menampakkan jam 1.30 malam, telah larut. Saya mesti langsung pulang. Saat saya berdiri dan mengenakan pakaianku dan bertanya padanya “Apakah kita dapat mengulanginya lain waktu ?”

“Tentu…Pak, pun bahkan saya yang minta pada bapak untuk dapat memberikan kenikmatan seperti tadi lagi dan lagi “ katanya sambil mencubit mesra pinggangku.

Kemudian ia juga mengenakan bajunya kembali komplit dengan hijab lebarnya dan kami keluar kamar beriringan. Meski di ruang tetamu, ia stop sebentar dan memberi isyarat padaku supaya saya membisu dahulu di daerah dan ia akan keluar rumah memandang kondisi di luar apakah ada orang. Dan sesudah yakin tak ada orang diluar dan memberi isyarat padaku bahwa di luar aman. Sebelum saya keluar dari rumah ia memberikan ciuman yang hangat dan mesra di bibirku sambil berbisik

“Jangan lupa ya… seminggu 2 kali bapak mesti memberi kenikmatan padaku…”

Wah… nekad juga ternyata istri tetanggaku yang alim ini, jikalau telah tahu sesuatu yang sungguh-sungguh enak yang dapat ia peroleh dari diriku. Dengan mengendap-ngendap saya masuk ke rumahku dan kudapati istriku masih tidur dengan nyenyaknya.


Dia dikala itu kami senantiasa meluangkan diri secara mengumpet-mengumpet untuk berpacu meraih enak. Dan hal itu berlangsung hingga kini , tanpa saya tahu kapan hal ini akan usai. Akhirnya tingkah lakunya di lingkungan tak berubah. Akhirnya konsisten nampak sebagai istri yang solehah dengan hijab lebar dan pakaian longgar panjang yang senantiasa dikenakan. Akhirnya jikalau telah berduaan denganku, ia bagaikan kuda liar dan binal yang dapat membikin diriku melayang-layang meraih enak.

Ada kejadian mendebarkan yang pernah kami lakukan. Dikala itu merupakan hari sabtu dan istri tetanggaku pulang kerja jam 1 siang, meskipun bagiku hari sabtu merupakan hari libur. Istriku tak ada di rumah mengajak jalan-jalan anakku sambil mengambil orderan barang. Sekiranya pada dikala itu saya sungguh-sungguh mau menyetubuhi tetanggaku, sebab hampir seminggu tak ada kans merasakan tubuhnya.

Pada dikala saya duduk di ruang tetamu, kulihat tetanggaku menghampiri rumahku dan kemudian mengetuk pintu. Pintu kubuka, Akhirnya menonjol terkejut dan bergembira sebab yang membuka merupakan saya. Lalu ia bertanya

“Ada Ibu , Pak ?”

“Sesungguhnya cari Ibu atau cari aku…?” kataku sambil berbisik.

“Ibu dapat …, bapak juga boleh…” jawabnya sambil tersenyum. Lalu “Akhirnya apabila ketemu Ibu kebutuhannya beda..dengan jika bersua dengan Bapak..” lanjutnya dengan penuh arti.

“Masuk dahulu, Bu ! ‘Nggak sedap diperhatikan tetangga..” kataku mempersilahkan masuk.

Diapun masuk dan duduk di tempat duduk tetamu yang membelakangi jendela, sementara itu pintu rumahku konsisten terbuka, akupun bertanya padanya

“Ada perlu apa, ke Ibu ?”

“Biasalah… Pak, kebutuhan perempuan…, aku berkeinginan beli jamu kuat dan jamu khusus untuk wanita…, siap-siap… sebab hari ini suami aku pulang…”

“Dia gitu…, alokasi aku kapan..? sedangkan aku lagi pingin nich..!”

“Saya aku juga lagi pingin…, namun… gimana yah…?” ia menjawab dengan kebingungan.

“Dia kini.., gimana ? “ kataku sambil mengahmpiri dirinya dan duduk disebelahnya dan lantas mengecupnya dengan nafsu.

Akhirnya membalas ciumanku, kemudian melepaskan ciumanku sambil menunjang tubuhku dan berkata

“Ihh, nekad..!”

“Habis…, udah ‘ga bendung sich..!” jawabku sambil mencubit dagunya dengan gemas

“Saya…, aku juga udah ‘ga bendung…., namun dimana…?, orang lain pasti akan curiga, apabila kita lakukan kini di kamar bapak ?” bisiknya dengan napas yang mulai tersengal-sengal disokong hawa nafsu yang mulai telah menguasainya.

“Kita main disini saja, di ruang tetamu, sehingga dari jendela kita dapat memandang apabila ada yang datang. Dan biarkan pintu terbuka… biar orang lain tidak curiga…” Usulku nekad.

Kebetulan pintu tamuku paralel dengan pintu pagar, sehingga dari jendela akan menonjol apabila ada yang akan masuk ke halaman rumahku. Saya posisi ruang tamuku agak tersembunyi sehingga seluruh kesibukan di dalamnya tak terlhat dari luar.

“Jangan ah.., Pak. Aroma….” Jawabnya, tetapi nampaknya ia telah mulai terpengaruh dengan usulku.

“’Ngga lah… asal kitanya jangan bersuara….., aku mau menikmati sensasi enak bercampur rasa takut ketahuan…….” Saya kian memaksanya sambil kembali menggilas bibirnya dengan nafsu yang membara.

Nampaknya gairah nafsu berahi telah menguasainya sehigga melupakan rasa takutnya dan ia membalas lumatan bibirku dengan ganas dan kedua tangannya merengkuh kepalaku supaya kian rapat bibir kami melekat. Tanganku meremas buah dadanya yang terhalang oleh pakaian longgar dan hijab yang dikenakannya. Matanya terpejam merasakan kecupan yang panas bergelora. Dan ia kian liar menciumku sambil membendung supaya erangan enak tidak keluar dari mulutnya.

Hijab kami berdua kian tersengal-sengal, tanganku beralih ke bawah, kutarik pakaian panjang yang menutup kaki dan pahanya dan tanganku lantas menyusup keselangkangannya. Kurasakan CD-nya telah sungguh-sungguh berair, ternyata sensasi bercumbu sambil was-was takut ketahuan membikin gairah stimulasi melayang tinggi semacam itu kencang dan membanjiri vaginanya.

Kusisipkan jari-jariku dari pinggir CD yang dikenakan, sehingga jari tanganku meraba permukaan organ intim wanita yang ditumbuhi jembut lembut yang menstimulasi. Dengan penuh nafsu tanganku mengusap pun mengobok-obok permukaan vigina yang kian mengasah gairahku. Jari-jariku mempermainkan lipatan vaginanya yang berair. Tetanggaku mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan giginya gemeretak membendung enak yang menimpa dirinya dan membendung napas supaya bunyi erangan nikmatnya tidak keluar.

Lalu jempol memutar dan menekan klitorisnya yang kelihatan keras, badannya bergetar…, mulutnya kian rapat tertutup.., kepala terdongak dengan mata yang terpejam. Melainkan kian terengah-engah membendung enak yang tidak terhingga.

Sementara jempolku memberikan stimulasi kenikmatan pada dirinya, jari tengahku kuputar dengan gerakan mengebor menembus liang organ intim wanita yang kian berair dan licin. Tubuhnya bergelinjang hebat dan melonjak-lonjak melambungkan dirinya sehingga melayang-layang. Gerakan jari tengahku yang menerobos liang organ intim wanita sambil berputar terus kuperdalam dan badannya kian bergelijang hebat, kepalanya kian keras menekan sandaran tempat duduk sehingga pinggangnya melenting, dengan bunyi yang terbendung keluar lenguhan enak tanpa bisa ia bendung

“Uuhhhhh……”

Jempolku terus menekan dan memutar klitorisnya, meskipun jari tengahku kian kencang memutar dan mengocong liang vaginanya. Tubuhnya kian hebat terguncang sampai hasilnya melenting kejang dan kaku, dan dari mulutnya keluar bunyi tercekik..

”Akkkhhhhh…..”. Jari tengahku terasa seperti dijepit oleh dinding berair dengan sungguh-sungguh kuat disertai dengan kedutan-kedutan yang keras dan kencang.

Lalu tubuhnya melemas dan punggungnya terlempar pada sandara tempat duduk.

Melainkan tersengal-sengal seperti atlit yang baru menempuh finish. Ya…, tetanggaku baru saja menempuh finish dengan memperolah kenikmatan orgasme yang sungguh-sungguh sensasional.

Saya mencabut jariku dari liang vaginanya yang becek, ku arahkan jari tengahku pada hidungku dan kuhirup dalam-dalam bebauan lendir organ intim wanita yang melekat pada jari tengahku yang berair kuyup itu . Saya itu semacam itu menstimulasi berahiku dan membuatku enak. Saya semacam itu merasakan bebauan organ intim wanita itu lalu dengan penuh perasaan kujilati lendir organ intim wanita yang melekat dijariku dengan jilatan-jilatan yang rakus sampai jari tengahku kesat bersih dari lendir organ intim wanita yang melekat.

Di dalam kelelahannya, tetanggaku melihat apa yang kulakukan, ia merasa puas dan berbangga memandang saya dengan rakusnya menjilati lendir vaginanya yang melekat di jariku. Gairahnya gembali bangkit menaklukkan rasa lelah yang menderanya. Tubuhya bangkit, Tangannya membuka sleting celana panjangku dan mengeluarkan batang penisku yang sungguh-sungguh keras dan tegang dari pinggir CD yang kukenakan.

Penisku lantas berdiri bebas dengan gagahnya terbebas dari kungkungan celanaku. Tetanggaku menggenggam pangkal penisku dengan jari-jarinya yang halus dan secara pelan dan pasti lidahnya terjulur menjilati kepala penisku, pun semua batang penisku dijilatinya dengan penuh gairah seperti sedang menjilati es krim yang sungguh-sungguh enak. Akupun melenguh perlahan membendung

enak..”Uhhh…”.

Jilatannya semacam itu lincah bergairah dan membuatku melayang-layang enak pantatku melonjak-lonjak sehingga kepala penisku menekan-nekan mulutnya, seperti sedang mengejar sesuatu yang lebih enak. Nafasku kian memburu dikala dengan asyik dan penuh gairah ia terus menjilati kepala penisku tanpa melihat gelinjang tubuhku yang kian keras menekan mulutnya. Lalu

“Akhhhhs…” Suaraku seperti tercekik dan napas sesak, dikala secara tiba-tiba mulut tetanggaku mencaplok batang penisku.

Rongga mulutnya terasa panas dan sungguh-sungguh enak sehingga membikin mulutku ternganga, badanku kaku dan dadaku sesak sulit bernapas. serbacasino

Dengan lincahnya, tetanggaku terus mengocok dan menghisap penisku membuatku kian melayang. Dia yang dikenakannya bergoyang-goyang menunjukkan panorama yang sungguh-sungguh erotis dari seorang wanita berhijab lebar yang sedang asyik memberikan kenikmatan oral pada diriku.

Penisku yang berada dalam genggaman tangan dan mulutnya terasa makin membengkak keras. Menyadari itu tetanggaku kian bergairah mengoralku dan mau mulutnya bisa disemprot oleh spermaku pada dikala saya orgasme. Sebagaimana yang kerap terjadi jikalau ia mengoral suaminya dan ia sungguh-sungguh puas, berbahagia dan berbangga jikalau bisa membikin suaminya orgasme oleh oralnya. Dan selama ini ia senantiasa sukses membikin suaminya orgasme. casino indonesia

Gerakan oralnya kian bevariasi membuatku kian melayang dan penis yang kian membengkak. Kian saya belum juga menempuh puncak, cuma nafasku saja yang kian tersengal-sengal dan batang penis yang kian keras membengkak. agen casino

Saya ia tidak bendung oleh nafsunya sendiri yang terus meningkat meminta dipuaskan, vaginanya terasa sungguh-sungguh berair dan gatal. Akhirnya bangkit melepaskan penisku dari mulutnya kemudian melepaskan CD-nya yang telah sungguh-sungguh berair. CD itu dimasukkannya ke dalam saku pakaian longgar yang masih melekat di tubuhnya. Kemudian berdiri membelakangiku.

Saya tahu apa yang dijalankannya. Kuhentikan gerakannya dan dudukku pindah ke tempat duduk yang lantas menghadap jendela sehingga kami dapat lihat jikalau ada yang berkeinginan masuk ke pagar rumahku. Saya masih berpakaian komplit, cuma penisku saja yang menerobos keluar dari sleting celana yang terbuka. bandar casino online

Istri tetaggaku berdiri mengangkangi pahaku dengan paha yang terbuka lebar, ia menarik ujung bawah pakaian longgarnya sampai ke pinggang dan kubantu pegangi ujung pakaian itu supaya tak melorot jatuh. Lututnya menekuk supaya bokongnya mendekati selangkanganku, ia raih penisku dan diberi pengarahan ke mulut liang vaginanya yang sungguh-sungguh berair. Lalu….

Blesshhh…. pelan-lahan ia menurunkan bokongnya sampai kepala penisku menerobos liang vaginanya. Gerakannya demikian pelan, sehingga penerobosan kepala penisku pada liang vaginanya semacam itu lama dan sungguh-sungguh enak, mataku terpejam merasakan enak yang kurasakan dan dengan perlahan mulutku mengeluh. casino online indonesia

“Uhhh…..”

Gerakan penerobosan itu terhenti dikala bokongnya menekan sungguh-sungguh rapat komponen bawah perutku sehingga batang penisku amblas sampai kepangkalnya. Akhirnya menekan cukup lama vaginanya, kurasakan sambutan meriah dikerjakan oleh dasar liang vaginanya kepada kepala penisku. Kepala penisku serasa dihisap dan diremas nkmat oleh organ intim wanita tetanggaku ini. Dinding vaginanya tidak henti-hentinya berkedut memberikan sensasi enak pada ujung-ujung persyaratan enak yang ada pada semua permukaan kepala dan batang penisku.

Pelan pelan pinggulnya berputar supaya batang penisku mengucek dan mengocok dinding vaginanya, kenikmatan kian melambungkanku. Kian lama gerakan pinggulnya kian bervariasi, berputar, melonjak, bergoyang, patah-patah pun maju-mundur membua batang penisku seperti diplintir dan digiling oleh mesin penggilingan enak.

Kian lama gerakannya kian kencang, dan napasnya kian memburu dan tidak lama kemudian badannya melonjak-lonjak keras dan diakhiri dengan tekanan organ intim wanita yang sungguh-sungguh kuat sehingga penisku masuk sedalam-dalamnya, dinding vaginanya dengan dahsyat memeras dan menjepit batang penisku dengan sungguh-sungguh kuat serta kedutan-kedutan dinding organ intim wanita semacam itu kencang.

Badannya terdiam kaku, mulutnya terkatup rapat membendung supaya jeritan nikmatnya tidak keluar dan kepalanya ditekankan pada pundakku, lalu sebagian detik kemudian badannya terlempar lunglai diatas tubuhku, napasnya terengah-engah. Kusibakan hijab lebar yang menutupi wajahku, tetanggaku menoleh kearahku dan menciumku lembut dan mesra sebagai pertanda bahwa sungguh-sungguh puas dengan orgasme yang baru digapainya.

Sambil berkecupan kurasakan bahwa jepitan dan kedutan dari dinding vaginanya kian melemah, pantatku menghentak keatas, sehingga batang penisku yang masih tegang menggesek dinding organ intim wanita yang kian berair dan licin, rasa enak kembali menjalar ditubuhku mengakibatkan pantatku tanpa bisa kukendalikan pantatku menghentak-hentak supaya friksi dan kocokan penisku di dalam vaginanya terus-menerus memberikan rasa enak pada penisku.

Hentakan-hentakan tubuhku menyebabkan gairah kembali bangkit dan ia membalas hentakan-hentakan pantatku dengan gerakan pinggul yang liar, kian lama kian liar dan tidak lama kemudian kembali ia mengejang menggapai enak dengan mulut yang terkatup rapat ditandai dengan remasan dan jepitan yang kuat dari dinding vaginanya pada batang penisku.

Sesudah kali ia menempuh orgasme dalam posisi seperti itu dalam sela waktu cuma sebagian menit untuk tiap-tiap pencapaian orgasme selanjutnya.Beberapa hasilnya ia benar-benar terkulai lemah tak sanggup membalas hentakan-hentakanku. Kubiarkan ia terkulai sebagian menit di atas tubuhku sambil badannya kepeluk dari belakang dan pipinya kucium dan secara pelan kuremas-remas buahdadanya dari luar pakaian longgarnya.


Sesudah kurasakan energinya terkumpul, kuangkat tubuhnya supaya kerdiri bersamaaan dengan tubuhku, tetapi kutahan supaya penisku tak lepas dari vaginanya, kudorong tubuhnya supaya mendekat ke tempat duduk tetamu yang berada pas membelakangi jendela, kutekan punggungnya supaya membungkukkan badan dengan mengatur komponen atas sandaran tempat duduk yang berada di pinggir jendela sebagai pegangan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Sekiranya penisku masih menikam vaginanya dari belakang melewati belahan bokongnya, suatu posisi dogy style sambil berdiri. Ujung pakaian lebar yang dia kenakan kian saya sibakkan ke arah pinggangnya sehingga kedua tanganku bisa mengatur bokongnya yang putih bulat menggairahkan.

Saya saya mulai mengerakkan pantatku supaya penisku menikam-nusuk vaginanya lebih dalam. Cengkraman vaginanya dalam posisi seperti ini kian kuat menjepit membikin kenikmatanku kian bertambah, berair dan licinnya organ intim wanita membikin friksi dan kocokan penisku semacam itu lancar di dalam vaginanya. Kepalanya terangguk-angguk mendapatkan hentakan dan dorongan pinggulku.

Kenikmatan kembali menjalar ke semua pebuluh darahnya, ia membalas sodokan penisku dengan menggoyang dan memutar pinggulnya laksana seorang penari dangdut membikin kenikmatan yang kuterima kian bertambah. Kian lama goyang pinggulnya kian liar dan menghentak-hentak dan tidak membutuhkan waktu lama kembali tubuhnya kejang kaku, tangannya mencengkram sandaran tempat duduk dengan sungguh-sungguh kuat, kepalanya terdongak ke atas. Dengan jerit terbendung kembali ia mengalami orgasme yang hebat. Kudiamkan sebentar dikala ia merasakan sensasi orgasmenya, sebab pada dikala itu saya sungguh-sungguh merasakan cengkraman, jepitan dan kedutan-kedutan dinding organ intim wanita pada penisku.

Sesudah kedutan dan cengkraman dinding vaginanya melemah, kembali saya menikam-nusukkan penisku. Sesudah sebagian detik kemudian pinggulnya kembali bergerak liar membalas sodokan-sodokan penisku, dan cuma sebagian menit bersela kembali ia mengalami orgasme untuk yang entah keberapa kalinya pada dikala itu.

Sesudah kali dia orgasme dalam posisi seperti itu sampai hasilnya tubuhnya ambrol ke atas tempat duduk dan mengeluh perlahan dan panjang.

“Uuhhhhhhh………”

Pada dikala itu, saya merasa orgasme akan menghampiriku, karenanya tubuhnya lantas kubalik supaya tengadah dengan kepala berada pada sandaran tempat duduk komponen tengah. Kedua tanganku kugunakan untuk membuka lebar-lebar pahanya sehingga vaginanya yang berair dan licin kian terang menonjol memikat. Kuarahkan kepala penisku pada mulut liang vaginanya dan dengan kencang kudorong penisku sampai amblas hingga ke pangkalnya. Lalu dengan motivasi yang menggila saya pompa tubuhnya dengan hentakan-hentakan yang liar dan tidak terkendali.

Sesudah dikala sebelum saya meraih puncak orgasmeku, samar-samar kulihat istri dan anakku pulang dan sedang ngobrol dengan sahabatnya sebagian meter sebelum tiba di depan rumah. Rasa takut yang datang tiba-tiba menyebabkan saya menjerit terbendung dan spermakupun muntah tanpa bisa kubendung. Cret…..cret…. cretttt……. Uhhh…. suatu pencapaian oragsme yang sungguh-sungguh mendebarkan dan membikin jatung ini serasa berkeinginan copot.

Dengan tergesa-gesa saya mencabut penisku yang masih sebagian kali memancarkan air mani, sehingga sebagian tetes air mani melekat pada pakaian longgar yang dikenakan tetanggaku. Kumasukkan penisku yang masih separuh tegang ke balik celanaku dan kutarik sleting. Saya sedikit cemas sebab komponen depan celanaku semacam itu berair oleh cairan kenikmatan tetanggaku. Saya lantas mengeluarkan sebagian dus jamu dari dalam lemari dan menaruhnya di atas meja, sementara tetanggaku berupaya merapihkan pakaian longgar dan hijabnya supaya tak mencurigakan. Ada sedikit berair di sana-sini oleh peluh kami yang membanjir.

Tetanggaku berupaya duduk hening, dan tidak lama kemudian istri dan si kecil-anakku masuk ke rumah melewati pintu yang sengaja terbuka.

“Eehhh… ada tetamu…! Udah lama, Bu ?” kata istriku seraya matanya melirik sebagian dus jamu yang kusimpan di atas meja.


“Ahh…., ‘Ngga… baru saja…., Anu bu …, aku berkeinginan beli jamu yang awam…, tetapi terbukti bapak tak tahu, bahkan hasilnya ia perlihatkan semuanya pada aku…” Sahut tetanggaku berdusta dengan lihainya, sambil berupaya menutupi kegugupannya….

“Oohhh…, emangnya bapak udah pulang ? ” tanya istriku dengan senyum penuh arti

“ malam ini ia pulang…” jawab tetanggaku pula

“ siap-siap dong…., biar asyik !” goda istriku sambil mengakak genit pada tetanggaku, kemudian ia menambahkan lagi “Panas sekali udara dikala ini, Badan aku aku berair oleh peluh…” Kata istriku menonjolkan pakaiannya yang berair oleh peluh.

“Betul.., Bu ! Akan turun hujan barangkali…..” jawab tetanggaku seolah-olah menerima alasan yang pas atas peluh yang membasahi pakaian longgarnya.


Kutinggalkan mereka berdua di ruang tetamu dan saya masuk ke kamarku sambil meringkuk dan merenung kejadian luar awam yang baru saja terjadi. Seperti lama kemudian tetanggaku pulang dan istriku menghampiriku. Akhirnya duduk di pinggir daerah tidur dan berkata

“Pah…, apabila pipis jangan jorok…, malu kan sama tetangga, lihat tuh komponen depan celana Papah berair !” sambil menunjuk komponen depan celanaku.

“Anu…, Mah tadi tersiram dari gayung…, waktu papah pipis” kataku berdusta.

Kejadian itu betul-betul mendebarkan, tetapi saya menikmati sensasi yang luar awam pada waktu melaksanakannya, apalagi hampir-hampir saja istriku memergoki apa yang kami lakukan. oleh karena itu semenjak hari itu, saya senantiasa berhati-hati jikalau mau bercumbu dengan tetanggaku.